38. Mau Nggak?

41.4K 7K 1.1K
                                    

Agak santuy kan enak ye😆

✨✨

"Pagi, Cantik."

Anin mengangkat tangan sampai dada. Bukan hanya karena kaget selepas buka pintu kamar langsung disambut Bagus lengkap dengan senyum cerah, tapi juga karena desiran hangat di dadanya mendengar bagaimana cara Bagus menyambutnya.

"Masih pagi loh," gerutu Anin, tidak mau menghadap Bagus lagi.

"Aku juga bilang pagi kan tadi?" Bagus mengernyit bingung.

Bukan itu maksudnya! Teriak Anin dalam hati. Masih pagi dibikin deg-degan.

"Mau ke mana?" Anin memilih tidak lagi membahas masalah pagi. Ia mendongak dan Bagus terlihat menatapnya lumayan lama. "Gus?"

"Iya." Bagus mengangguk singkat. Lalu menghela tubuh Anin agar berjalan ke ruang tengah. "Ke pantai."

Anin masih ikut berjalan saat melirik satu kamar tamu yang tadinya mau ia tempati kini terbuka sedikit. "Ada orang?" tanyanya.

"Bang Gagah."

"Jadi tidur di sini?" Anin terkejut. "Aku kira nggak jadi. Betah banget di rumah omku."

"Agak malem ke sininya."

Anin mendekat ke arah kamar dan berdecak sebal melihat posisi tidur Gagah. Ia langsung membuka pintu lebar dan masuk. Bisa-bisanya masih pakai celana jeans, kaus kaki, dan kemeja. Kondangan dalam mimpi kayaknya. "Bang!"

"Nin, jangan dibangunin. Kasian." Suara Bagus terdengar dari pintu. Ia memilih bertahan di sana.

"Tidurnya jangan telungkup, Bang." Anin menepuk punggung Gagah pelan, tidak memedulikan ucapan Bagus tadi.

"Berisik, Nin."

"Dibilangin ngeyel ya. Entar kalo lo penyakitan, ikan lo yang ngurus siapa?"

"Ikan?" Gagah langsung melek. Bahkan segera menoleh ke arah meja di mana ada satu ikan lagi berenang di akuarium mini. Ia beranjak dan mengusap luar kacanya. "You okay, my fish? Suara Anin emang terlalu keras. Lo pasti keganggu."

"Berhenti jadi gila bisa kan, Bang?" Anin mengurut pelipisnya. Pusing lihat tingkah Gagah yang makin aneh tiap hari.

"Rese. Cerewet." Gagah kembali berbaring telungkup.

"Malah balik lagi telungkup ni orang. Bang, yang bener tidurnya!"

"Astaga." Gagah mengeluh pelan, tapi akhirnya pasrah saja. Ia berbaring menghadap kanan. "Gus, ajak ini cewek cerewet keluar sana. Berisik amat."

"Iya, Bang," jawab Bagus patuh. "Saya mau bawa Anin jalan-jalan."

Gagah membuka matanya lagi. Tatapnya terarah ke Anin lalu ke Bagus. Senyumnya tersungging kemudian. "Asyik, jadi dapet channa dong gue, Gus?"

Tawa Bagus terdengar dengan sebuah anggukan.

"Channa apaan?" Anin melempar tatapan ke Gagah bergantian Bagus.

"Ikan, Nin." Bagus yang menjawab.

"Ya ampun, Bang Gagah!" pekik Anin kesal. "Lo jadiin adik lo ini taruhan? Iya? Kalo Bagus sama gue balikan, lo minta ikan gitu? Gue buat jaminan?"

"Enggak enggak." Gagah sontak bangkit duduk dan membawa Anin dalam pelukan. Ia usap kepala Anin di dadanya. "Nggak mungkin. Gue nggak kayak gitu." Ia menggeleng kuat-kuat.

Anin berkata dengan nada sedih. "Jahat banget jual adik sendiri."

"Sumpah nggak gitu, Nin. Cup cup. Jangan sedih." Gagah memeluk kepala Anin makin erat. Tatapannya terarah ke Bagus. "Nggak usah, Gus. Jangan ngasih-ngasih gue ikan lagi ya. Beneran dikira jual adik nih gue."

GlowApp (Aplikasi Cari Jodoh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang