Epilog

70.2K 6.8K 909
                                    

Kenapa lama?

Jadi tuh sebenernya ada bab sebelum ini, tapi dirasa-rasa kok gimanaaa gitu. Haha *taukanmaksudnya? Eh

Jadi diputuskan langsung Epilog aja.

***

"Qia kan mau main sama Dias sama Kak Deon, Om," gerutu Qia saat diajak Bagus naik ke atas.

"Biarin mainan di sini," kata Anin. "Lagian mereka lagi asyik main kok kamu suruh Qia ikut kita ke kamar kamu."

Bagus geleng-geleng kepala, terlihat sekali habis akal dengan dua penolakan itu. "Nggak mau?" tanyanya pelan sekali lagi ke Qia.

Seperti bimbang, Qia menoleh ke dua temannya, lalu ke Anin, lalu ke Bagus lagi. "Tapi nanti temen Qia gimana dong, Om."

"Ikut."

Qia berjingkat senang dengan jawaban itu. Sedangkan Anin memutar bola matanya kesal. Bagus ada-ada saja loh, mengganggu kesenangan anak kecil yang lagi mainan di taman depan rumah.

"Tapi kata Mama." Qia seperti ingat sesuatu. "Om Bagus masih capek ya? Qia nggak boleh belisik nanti ganggu."

"Nggak capek." Bagus mengulurkan tangan untuk menggandeng Qia meski ia harus menunduk saat melangkah. "Nggak ganggu juga."

"Iya, Te?" Tidak percaya, Qia beralih tanya ke Anin.

"Iya, kata Om Bagus boleh ya udah naik aja ayo, Qi."

"Qia mau dong digandeng Kak Deon aja. Lasain Dias nakal tadi sembunyiin selendang Qia."

"Kan biar Qia nggak balik ke kayangan." Dias menjawab dengan santai.

Anin melotot, tatapannya bertautan dengan Bagus. Astaga, kecil-kecil pintar banget godain. Calon playboy anak satu itu pasti.

"Kayangan emang apa, Te?"

"Tempatnya bidadari."

"Bidadari apa Mimi Peri," gerutu Bagus.

Anin mencubit pelan lengan Bagus. Bisa-bisanya ucapin itu tapi ekspresinya santai banget begitu sih?

"Digendong Om aja," kata Bagus, segera meraih tubuh Qia dalam gendongan.

"Dasar posesif banget kamu jadi Om," bisik Anin yang pasti tidak digubris oleh Bagus karena lelaki itu sudah menaiki tangga.

Anin menyuruh Dias dan Deon jalan duluan naik tangga.

"Qia sama Kak Deon sama Dias boleh main di mana, Om?" tanya Qia saat sudah sampai di dalam kamar.

"Di mana aja." Bagus membuka jendela setengahnya agar tidak terlalu silau.

"Oke, Om!" teriak Qia semangat dan segera menggandeng dua temannya berjingkat di atas tempat tidur.

Anin tertawa melihatnya. Bisa gitu ya, Qia bahkan masih kecil banget, umurnya baru 4 tahun. Dua temannya itu tergolong sudah anak-anak, bukan balita lagi.

"Kamu mau istirahat?" tanya Anin mendekat ke Bagus.

"Iya." Bagus meraih tangan Anin dan mereka duduk di sofa yang masih seruangan dengan tempat tidur di mana ketiga anak kecil sedang bermain entah apa.

"Aku nggak nyangka banget." Anin bersandar. Ia memainkan jemari Bagus dengan pelan. "Padahal baru bulan lalu kita balik dari Jogja, baru juga lamaran. Eh, harus balik lagi ke sana karena hal ini."

Masih Anin ingat jelas minggu lalu. Saat anak dari salah satu Tante-nya tiba-tiba mendatangi rumahnya dengan tangisan. Katanya, sedang hamil tapi pacarnya kabur. Dandi yang berbaik hati menemui laki-laki itu dan akhirnya keduanya bisa dinikahkan.

GlowApp (Aplikasi Cari Jodoh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang