Anin datang lagi 🙋 🏃
✨✨
"Bangun, Nin."
Gedoran pintu yang tak kunjung berhenti membuat Anin mengerjap. Astaga, ini bahkan masih pukul 9 pagi. Kenapa suara kakaknya mengganggu banget sih?
"Nin, kerjaan molor mulu mentang-mentang hari Minggu!"
Kurang apa lagi sih? Anin sudah beberes rumah sejak pagi buta. Sekarang saatnya ia kembali tidur. Orang tuanya aja nggak mempermasalahkan waktu ia izin tidur lagi. Malah Gagah yang repot.
"Cepet buka!"
Kesal, ia akhirnya menyingkirkan selimut dan beranjak. Soalnya ia percaya Gagah pasti tidak akan berhenti sebelum ia membuka pintu.
"Apaan sih, Bang?" tanya Anin sambil mengentakkan kaki.
Setelah pintu kebuka itu, Gagah malah langsung nyengir. Seolah tidak sadar Anin lagi badmood.
"Temenin gue beli ikan."
"Bang? Serius?" Bukannya marah-marah, Anin langsung bersandar di pintu saking lemasnya. "Gue masih pengin tidur."
"Bentar doang, Nin. Berangkat pagi biar nggak rame banget di tokonya. Lo kan tau kalo Minggu tokonya penuh."
Anin geregetan. Ia menendang pintu dan menatap Gagah garang. "Gue harusnya punya kesempatan buat nolak lo sekali-kali. Dan sekarang gue mau nolak!"
"Lo nggak akan nolak permintaan abang lo ini, Nin." Gagah tertawa seolah begitu percaya diri Anin tidak akan menolak permintaannya. "Entar gue beliin makanan apa aja yang lo mau deh. Gue bawa lo ke supermarket buat belanja."
Sial. Gagah memang selalu bisa membuat Anin berkata iya. Gagah sangat jarang memanjakan Anin begitu, jadi tawaran Gagah terdengar menggiurkan. Pokoknya Anin lagi butuh banyak makanan dan minuman untuk menunjang hari Minggunya menonton drama korea seharian.
"Ya udah, gue ganti baju dulu." Anin berbalik dan membanting pintu.
Seketika Anin nyengir. Awas saja Gagah. Setelah ia porotin harta kakaknya yang sudah menumpuk bertahun-tahun itu, ia yakin Gagah tidak lagi-lagi memintanya menemani ke mana-mana.
Sebenarnya Gagah tidak perlu repot-repot sampai mengimingi dibelikan makanan. Walau Anin menolak di awal, ia pasti selalu mengiyakan kok. Tidak mau durhaka ke kakaknya.
Tapi berhubung Gagah sudah menawari, ia akan melakukannya dengan baik. Gagah pasti akan langsung kepikiran nyusul si babi habis ini setelah tahu seberapa khilafnya Anin kalau belanja ke supermarket.
Selesai siap-siap, Anin menuruni tangga. Di ruang tamu ia lihat Gagah sedang memperhatikan akuarium yang ukurannya sudah di-upgrade. Kerjaannya memang ngurusin ikan. Bagus deh, daripada ngurusin hidup orang.
"Ayo, Bang," ajak Anin saat sampai di belakang kakaknya.
Gagah berbalik, lalu mengernyit. Tatapannya memperhatikan penampilan Anin dari atas sampai bawah. "Baru oplas di mana lo?"
Anin memutar bola matanya. Rambut yang dipotong, kok dikira oplas? "Kenapa? Mau bilang jelek gitu?" tebak Anin. Soalnya Gagah kan tidak pernah memujinya dari dulu.
"Nggak."
"Terus? Gue cantik dong?" kejar Anin. Siapa tahu Gagah sedang berbaik hati memujinya.
"Nggak juga."
"Nggak jelas lo," cibir Anin. "Cepetan ayo. Gue nggak sabar mau tidur lagi."
"Ck. Berabe gue bawa lo kalo penampilan lo kayak gitu. Bisa diculik wewe gombel."
KAMU SEDANG MEMBACA
GlowApp (Aplikasi Cari Jodoh)
Fiksi Remaja[Pemenang Wattys 2022 Kategori New Adult] Berawal dari sindiran pedas trah Kakek Sadewo, Anin sebagai cucu perempuan satu-satunya yang belum punya pacar merasa tertekan. Demi membawa teman kondangan agar sindiran julit para tantenya terbungkam, ia m...