11. Orange Juice

45.2K 8K 868
                                    

Jangan bosen ya. Walau update tiap hari😭
Besok kalo ide macet, bisa seminggu sekali soalnya😐

✨✨

Suara MC terdengar tepat saat Bagus baru menapak tangga terbawah. Mendadak ia seperti tersadar dan menggeleng satu kali. Genggamannya di tangan Anin terlepas begitu saja dan menghela napas dengan kasar.

Anin masih tidak mengerti, kenapa Bagus jadi seperti ini. Apa sedari tadi tidak sadar apa yang dilakukan padanya? "Gus ...," panggilnya pelan.

Lalu suara MC kembali terdengar tidak jauh. Memang hanya berbatas backdrop di belakangnya. Hal itu membuat Anin menepuk pelan lengan Bagus.

"Udah mulai tuh. Ayo," ajak Anin.

Bagus mendengarnya dengan baik. Ia menoleh ke Anin dan menatapnya cukup lama.

"Lo baik-baik aja, kan?" tanya Anin kesekian kali. Makin ragu kalau Bagus tidak kenapa-kenapa.

Akhirnya Bagus mengangguk. Ia berjalan lebih dulu melewati sisa jalan yang hanya cukup dilewati satu orang karena terhimpit dekorasi itu, sebelum masuk ke area acara. Ia sejajarkan langkahnya dengan Anin agar perempuan itu tidak merasa sendirian.

Ada sebuah sofa panjang tepat di samping pilar. Bagus meminta Anin duduk di sana.

"Itu Qia, ya?" tanya Anin takjub. "Cantik banget. Lo nggak bangga gitu, Gus, punya keponakan kayak Qia? Kalo gue, udah gue pamerin ke banyak orang saking bangganya. Duh, kapan ya gue punya keponakan."

Bagus bersandar dan hanya mendengarkan gumaman Anin.

"Dress-nya lucu," puji Anin lagi sambil geleng-geleng kepala melihat Qia yang sudah ada di depan. "Lo tau nggak beli di mana? Kalo tau, spill dong. Gue mau beli juga buat keponakan gue walaupun Bang Gagah nggak tau kapan insyafnya. Soalnya masih lebih cinta ikan daripada wanita. Mau kawin sama sisik ikan kayaknya. Eh, tapi kalo keduluan Frisya punya anaknya, nggak apa-apa lah gue kasih. Kan keponakan gue juga."

Anin bahkan tidak peduli ucapannya ditanggapi atau tidak. Terserah. Yang penting bisa mengutarakan apa yang ia lihat dan rasakan. Daripada dipendam jadi bisul.

Tunggu, jangan-jangan Bagus bisulan ya? Kan suka banget apa-apa diam kayak patung.

Baru juga ngobrolin Gagah, Anin merasakan ponsel yang ada di dalam tas di pangkuannya bergetar. Ia buka itu dan memang dari Gagah.

"Iya, Bang, kenapa?"

"Lo beneran lagi sama Bagus kan? PAP ke gue. Cepet."

Anin berdecak, tapi nurut. Ia ubah jadi panggilan video dan mengarahkan ponselnya ke Bagus yang masih bersandar santai.

"Woy, Gus."

Seperti tersentak, Bagus langsung duduk tegak. Ia menoleh dan baru sadar kalau Anin sedang video call dengan Gagah tapi diarahkan padanya. "Iya, Bang. Ada apa? Anin lagi sama saya."

Anin langsung geram. Sialan, sama Gagah aja Bagus mau ngomong. Padahal Anin tadi kayaknya bicara sampai dua kali pi kali er.

Dan Gagah cuma modal woy, Gus doang sudah dijawab delapan kata sama Bagus! Memang bagus sekali anak ini.

"Nggak apa-apa, gue mau mastiin Anin beneran sama lo. Takut manfaatin lo suruh pura-pura ngajak jalan, padahal ngelayap nggak jelas sendirian dia."

Astaga, jadi Gagah malah tidak percaya sama adiknya sendiri? Justru mengira Bagus yang dimanfaatin?

"Sembarangan lo ya, Bang!" sentak Anin tidak terima saat ia sudah membalikkan ponsel kembali menghadapnya. "Gue mana pernah boong izin ke mana pergi ke mana. Coba, pernah nggak?"

GlowApp (Aplikasi Cari Jodoh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang