Ujan di sini gaes, yuk angetin Bagus-nya🤪
✨✨
"Qia waktu bayi imut banget, sih," gumam Anin takjub melihat album foto.
Qia tertawa senang mendengar pujian Anin. Ia turun dari sofa dan menumpukan kedua siku di meja, melihat lebih dekat foto-fotonya sewaktu kecil. "Kok Qia nggak kecil lagi, ya, Te?"
Anin terkekeh. Ia usap kepala Qia dengan gemas. "Nggak bisa, Qi. Semakin hari kan tumbuh makin besar."
"Belalti Qia bisa tinggi kayak Tante Anin ya?"
"Bisa dong, Qia," jawab Anin, kembali membalik satu halaman lagi.
"Kalo besal, bisa imut nggak, Te?"
"Kalo udah besar, Qia pasti cantik kayak Mama."
Qia tertawa lagi. "Iya, mau kayak Mama, kayak Tante Anin, kayak Tante Zanna, Tante Nala, tapi nggak mau kayak Om Bagus."
Seketika Anin menoleh ke kanannya. Bagus tetap saja tidak berkomentar apa pun sedari tadi.
"Soalnya Om Bagus cowok," lanjut Qia lagi.
Anin menahan tawanya melihat Bagus yang geleng-geleng kepala takjub dengan celotehan keponakannya sendiri.
"Tante Anin nggak punya bayi?"
Pertanyaan yang langsung membuat Anin terdiam. Ini anak ada-ada saja pertanyaannya. Bagaimana ia bisa menjawab coba?
"Belum menikah, jadi belum punya bayi," jelas Anin pelan. Semoga Qia tidak meneruskan pertanyaan yang ....
"Kalo punya bayi, pilih yang imut ya, Te."
Mana bisa pilih bayi? Memangnya mereka hidup dalam film komedi animasi The Boss Baby?
Anin memilih tidak menjawab. Daripada salah bicara kan? Ia kembali membuka lembar berikutnya. Lagi-lagi foto Qia yang sudah beranjak lumayan besar. Tetap terlihat ceria.
"Tante Anin memangnya menikah sama siapa?"
Aduh, pertanyaan semacam itu lagi. Anin berpikir beberapa saat, sebelum mendekat ke telinga Qia dan berbisik. "Tante maunya menikah sama Om Bagus."
Qia bertepuk tangan, dengan cepat bergeser ke arah Bagus agar bisa mengatakannya. "Om, Om Bagus mau menikah sama Tante Anin ya?"
"Iya." Bagus mengangguk.
Anin membelalak. Astaga, ini laki kenapa gampang banget jawab iya sih?
"Yey! Belalti kalo menikah bisa satu lumah ya, Te. Kayak Papa sama Mama, telus punya bayi Qia. Om cepetan dong menikah sama Tante Anin bial Qia bisa ikut pilih bayi."
"Besok," jawab Bagus asal.
Anin langsung berdecak sebal. Bagus ada-ada saja jawabnya. Kalau Qia ingat lalu menuntut janjinya besok gimana coba? Ia menarik pelan tubuh Qia agar kembali ke sebelah kirinya. Bahaya kalau tanya-tanya ke Bagus terus, jawabnya ngasal tanpa pikir panjang.
"Mama mana ya, Te. Kok belum pulang?" tanya Qia mengedarkan pandangan ke arah luar.
Anin memang ke sana sepulang kuliah. Diajak Bagus tentu saja. Lumayan, soalnya di rumah siang-siang begini juga tidak akan ada orang. Keluarganya baru pulang menjelang sore.
"Mama lagi beli bibit ikan hias kan tadi," kata Anin. "Sabar ya. Nanti pulang kok."
Qia mengangguk patuh. Mereka masih melihati album foto Qia kecil saat terdengar langkah kaki dari arah garasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
GlowApp (Aplikasi Cari Jodoh)
Novela Juvenil[Pemenang Wattys 2022 Kategori New Adult] Berawal dari sindiran pedas trah Kakek Sadewo, Anin sebagai cucu perempuan satu-satunya yang belum punya pacar merasa tertekan. Demi membawa teman kondangan agar sindiran julit para tantenya terbungkam, ia m...