Kuy. Ga rame ga kuy.
*canda.✨✨
Pernah ada di bayangan Anin, alasan kenapa Bagus begitu tertutup dengan tempat tinggalnya. Tapi pemandangan di depannya sama sekali tidak pernah terlintas di pemikirannya selama ini.
Ruangan itu tidak terlalu luas, hanya berisi tempat tidur sederhana tapi terkesan mewah dan hangat. Lampu remang di sisi tempat tidur membuat keadaan terasa damai dan tenang. Ada cermin besar di sisi kiri tempat tidur, yang Anin tidak tahu kenapa bisa sebesar itu.
Dari semua hal yang membuatnya kagum, satu kenyataan yang membuat matanya seketika membelalak saat pintu terbuka tadi adalah sebuah foto besar. Wanita dan seorang anak laki-laki. Anin tebak itu ibu Bagus, lalu—mungkin—kakak Bagus yang sudah tiada.
Tapi ... kenapa foto yang terpasang adalah saat Haris masih anak-anak? Sebenarnya di umur berapa lelaki itu kehilangan nyawa?
"Istirahat," perintah Bagus, lebih dulu berjalan ke tempat tidur untuk menatanya.
Anin tersentak. Ia berjalan sangat pelan ke arah tempat tidur. Sayangnya ia tidak bisa bohong. Matanya terus menatap ke arah foto besar itu terpasang.
"Gus," lirih Anin. Ia tidak yakin bisa tidur di sana. Kalau berbaring saja sudah menghadap foto yang hampir memenuhi separuh dindingnya.
"Takut?" tanya Bagus pelan, tahu arti tatapan Anin.
"Bukan." Anin menggeleng. Ia tidak takut. Tapi ia tidak akan bisa berhenti berpikir kalau menatap foto itu. Lalu pandangannya terarah ke tempat tidur. Ia akhirnya duduk di tepinya, tepat di sebelah Bagus.
"Itu Ibu," jelas Bagus tanpa ditanya. Dalam tatapnya terlihat sekali kalau lelaki itu mengenang. "Itu kakakku. Kamu tau."
Anin mengangguk. Ia berharap Bagus kembali bercerita lebih lanjut, tidak hanya sampai pada penjelasan tentang siapa yang ada dalam foto itu.
"Maaf, nggak bisa aku turunin walau—"
"Nggak. Bukan gitu," sentak Anin segera. Ia tidak mau Bagus berpikir kalau ia terganggu dengan adanya kenangan yang Bagus simpan rapi di kamarnya sendiri. "Aku cuma ... kaget aja."
Bagus tetap diam. Anin jadi menyesal ikut ke sana jika hanya bisa membuat Bagus merasa muram begini.
"Kamu sayang banget sama mereka, Gus?"
"Ya."
Jawaban yang tanpa jeda membuat Anin cukup terkejut. Walau ada pertanyaan lain kenapa hanya dua orang itu yang dipajang dan bukannya sekeluarga.
"Dua orang yang paling aku cintai di dunia ini," gumam Bagus.
Anin memperhatikan raut Bagus. Tetap datar tanpa ekspresi dan emosi walau ada getar dalam suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GlowApp (Aplikasi Cari Jodoh)
Novela Juvenil[Pemenang Wattys 2022 Kategori New Adult] Berawal dari sindiran pedas trah Kakek Sadewo, Anin sebagai cucu perempuan satu-satunya yang belum punya pacar merasa tertekan. Demi membawa teman kondangan agar sindiran julit para tantenya terbungkam, ia m...