Spill sabunnya Anin?
Karena banyak yang tanya. Oke, sabun dari susu kambing. Shower gel gitu. Tapi versi Anin yang parfumnya LN jadi harganya ya gitu deh.
Tapi kalo mau cari, ada kok sabun susu kambing yang harganya baik, wangi berjam-jam. Manfaatnya? Alusss bro serius brooo kulitnya. Nggak boong broo. Wkwk promosinya Pak Dandi.✨✨
Anin mulai terbiasa saat membuka mata bukan di kamarnya sendiri, tapi di sebuah ruangan mewah yang atapnya saja membuatnya langsung berdecak kagum. Tentu saja punyanya si patung yang sekarang entah di mana keberadaannya.
"Bagus," panggil Anin pelan. Suaranya masih susah dikeluarkan tapi ia berusaha lebih keras. "Gus!"
Astaga, di mana sih patung itu?
Mana Anin kalau bangun tidur belum langsung bisa duduk. Kalau ngoceh sih ahlinya. Tapi kan kalau duduk bikin pusing.
"Gus ... Bagus .... Gus, main yuk." gumam Anin lalu terkikik sendiri. Ia seperti tidak asing dengan panggilan itu. Persis seperti anak ngajak main temannya. Tapi memang kapan ia mengajak Bagus main? Orang kenal juga baru tiga tahun ini.
"Bagus!!!" Hilang sudah kesabaran Anin untuk menunggu Bagus buat bantu ia bangun. Selagi bisa dilakukan sendiri akan ia lakukan.
"Apa?" Suara itu terdengar dari arah pintu ruang kerja. Bagus berjalan tenang menghampiri Anin.
"Kamu tuh kebiasaan ngilang," omel Anin. Ia menggeram sebal saat Bagus malah hanya berdiri di samping tempat tidur dengan raut bertanya. "Sekali-kali gitu kalo aku bangun, kamu ada di sini. Lagi duduk di sofa kek, atau di sebelahku sini kan romantis."
Bagus tidak menanggapi, malah berbalik lagi dan berjalan pelan.
"Gus, ke mana?!" sewot Anin.
"Balkon," jawab Bagus tanpa menghentikan langkahnya.
"Beneran patung banget ini orang. Nyebelin," gerutu Anin, berusaha meredam kekesalannya. "Nggak ada romantis-romantisnya!"
Bagus berhenti melangkah. Menengok sebentar lalu berbalik. Langkahnya kembali menghampiri Anin. "Apa?"
"Cuma 'apa' doang. Perasaan gue dah ngomong maunya apa," gumam Anin, tidak ditujukan pada Bagus sebenarnya.
Bagus duduk di tepi tempat tidur, tepat di samping Anin yang masih duduk bersila."Udah, kan?"
"Udah apanya. Ulangi." Anin berbaring lagi dengan muka ditekuk. Sial, ia benar-benar kesal. Ditariknya selimut sampai leher karena dingin AC terasa di kulitnya. Ia memejamkan mata, ingin tahu apa yang biasa Bagus lakukan kalau ia sedang tidur. Siapa tahu kan, kayak drama korea gitu.
Tapi ditunggu-tunggu malah tidak ada pergerakan. Bahkan Bagus ngomong pun tidak.
"Baguusss!" geram Anin. Ia sibakkan selimut dan menendangnya hingga mengumpul di kaki.
Enak ya di film dan novel-novel kalau dapat pacar yang dinginnya selangit. Tidak tahu saja Anin makan hati sendiri tiap pintanya tidak dituruti. Kaku banget.
"Apa?"
"Apa lagi?" Anin melotot. Kesabarannya benar-benar diuji. Kayaknya lelaki itu tidak ingat bagaimana keadaannya pagi tadi sampai Anin harus menenangkannya berkali-kali. Sekarang malah bikin kesal begini. "Diusap-usap rambutnya, pipinya, gini, Gus," ujarnya lebih pelan. "Aku ajarin sini. Tutorial membuat Anin bahagia."
"Gimana?"
Capek banget Anin rasanya. Tapi ia tarik tangan Bagus untuk hinggap di kepalanya. "Diusap."
KAMU SEDANG MEMBACA
GlowApp (Aplikasi Cari Jodoh)
Teen Fiction[Pemenang Wattys 2022 Kategori New Adult] Berawal dari sindiran pedas trah Kakek Sadewo, Anin sebagai cucu perempuan satu-satunya yang belum punya pacar merasa tertekan. Demi membawa teman kondangan agar sindiran julit para tantenya terbungkam, ia m...