3 -Tersisa tanpa jeda [revisi]

62 1 4
                                    

Jangan lupa diramaikan!!

Vote dan komen kalian sangat membantu semangatku ♡♡

Gimana cerita kalian hari ini? Semoga happy terus yaah<3

Buat yang sedang berjuang, semangat ✨🌻

Monggo dibacaaa

______________

3. Tersisa tanpa jeda

Mau cari pacar baru biar nggak diledek jones sama Jaka Tarub.” — Dimas Abbiyya Saddam

Semakin aku coba menghapus rasa ini untuk cepat pudar, maka bayangmu memilih enggan untuk menghindar.” — Nazhira Almahyra

Jangan hanya karena cinta, mata juga ikutan buta.” — Ratu Wiyana


“DIMAS ABBIYYA SADDAM!! DARI MANA SAJA KAMU ANAK BONTOT?!”

Seruan khas Bapak-Bapak menggelegar memenuhi setiap penjuru ruangan. Pria paruh baya itu berdiri di dekat pilar yang ada di pojok ruangan dekat dapur yang minim akan pencahayaan, baru keluar dari persembunyiannya. Walaupun sudah berumur tapi ketampanannya masih saja tetap hidup. Ayah dengan dua anak ini masih seperti tiga puluh tahun-an, padahal usianya sudah memasuki kepala empat.

Setelah mendengar derum suara motor anaknya, dia yang sedang nonton tv langsung bersembunyi di dapur. Dimatikannya lampu ruangan tengah sampai dapur biar seperti di film-film horor. Sengaja juga ia menggunakan bawahan mukenah milik istrinya—Enda—lalu dipakai sampai ke dada yang ia ambil di kamar mandi padahal besok pagi hendak dicuci. Ohh.. jangan lupakan wik keriting panjang berwarna abu-abu yang entah dapat dari mana. Tangan kanannya yang memegang gayung dan tangan kiri yang terangkat layaknya seorang Vampir China.

Ini ceritanya bakal cosplay jadi apa? Nenek gayung atau Vampir?

Dimas yang baru saja hendak melangkah menuju anak tangga ke dua menjadi terhenti karena teriakan Papanya yang sangat nyaring. Sampai-sampai Enda yang berada di kamar ikutan kaget, hendak memakai masker di wajah malah bibirnya ikutan juga terkena masker.

Untung saja mulutnya tertutup rapat, coba kalau terbuka bukan di pakai tapi dimakan.

Dimas mengelus dadanya perlahan. Papanya ini kalau sudah urusan teriak-teriak Dimas jamin pasti bakal menang jika ikut lomba dalam ajang teriakan maut.

Tapi dimana Papanya? Dimas tidak bisa melihat dengan jelas akibat lampu yang dimatikan. Memicingkan mata ke setiap ruangan demi bisa mencari keberadaan Papanya—Jaka. Walaupun lampu yang dimatikan tidak menyeluruh, tapi tetap saja terlihat gelap. Yang tadinya hendak memegang penyangga tangga eh malah ke pegang tangan.

Tangan sendiri maksudnya.

“Cu... Nenek tersesat. Temenin Nenek pulang ke makam. Nenek lupa jalan pulang. Maklum Cu sudah tua jadi mudah pikun.” Jaka menyetel suara seorang Nenek-Nenek dari handphonenya. Sebenarnya itu suara dia tapi di edit biar nggak ketahuan. Pintar juga Papa Jaka ini soal edit meng-edit. Tidak perlu diragukan lagi skill nya.

“Nggak lucu sumpahh!” Dimas melihat ke sekelilingnya.

Dimas tidak takut hanya saja bulu kuduknya seketika langsung berdiri mendengar suara yang menyeramkan di sekitarnya. Mungkin untuk nonton film horor tidak takut karena itu hanya film. Ditambah lagi ia mendengar suara khas tawa mbak kunti menggelegar di sekitarnya, jadi tambah merinding.

MEMORIES [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang