13 -Gadis ceroboh [revisi]

25 2 0
                                    

13. Gadis ceroboh

Cuaca malam hari ini cukup tenang. Tidak ada tanda-tanda akan turun hujan. Langit malam yang kelam banyak dipenuhi oleh kemerlap sinar bintang.

Nazhira turun dari motor dan menyerahkan helm berwarna hijau pada ojol yang ditumpanginya kemudian menyerahkan uang berwarna hijau tak lupa mengucapkan terimakasih. Ojek online pun akhirnya pergi untuk mencari penumpang lain.

“Ada temennya Neng Nazhira, masuk Neng.” Satpam rumah Nanda membukakan pintu pagar, Badrol namanya.

Nazhira tersenyum tipis. “Makasih Pak. Nanda nya ada 'kan?”

“Ada, ada Neng Ratu juga di dalem, baru juga nyampe.”

“Ra. Sama siapa? Nggak bawa motor?” Nanda menghampiri Nazhira.

Nanda membawa sebuah kantong besar, sepertinya itu sampah yang ingin di buangnya ke dalam kotak sampah di depan rumah.

Nanda menepuk tangannya sendiri, membersihkan debu. Ia merangkul bahu Nazhira. Sebelum masuk ke dalam rumah, mereka berpamitan dahulu pada Pak Badrol.

“Males nyetir gue,” balas Nazhira.

“Lo kan emang gitu,” kata Nanda.

Nazhira nyengir kuda. “Nyokap lo ada di rumah?” Tanya Nazhira pada Nanda.

Nanda membuka pintu rumah. “Ada. Tuh, lagi nonton tv.”

“Kakak lo?”

“Kakak gue lagi di Sukabumi, tempat Nenek. Katanya sih pengen cari kerjaan di sana.”

Nazhira mengangguk. “Kenapa nggak kerja disini aja?”

“Dia nggak mau. Katanya sih mau cari suasana baru.”

Seorang wanita paruh baya membalikkan badannya ke sumber suara. Wanita itu menurunkan kacamatanya sampai ke hidung kemudian tersenyum.

“Nazhira. Kesini sama siapa?” Wanita paruh baya itu bertanya saat Nazhira menghampirinya.

Nazhira tersenyum tipis. “Sendiri Tante naik ojol. Tante Yhera apa kabar?”

Wanita yang disebut Tante Yhera—Mama Nanda itu pun menyuruh Nazhira untuk duduk kemudian ia meletakkan remote tv di atas meja.

“Tante baik. Kamu sendiri gimana? Udah lama nggak main ke sini lagi.”

Ratu datang dari arah kamar Nanda kemudian menghampiri mereka bertiga yang berada di ruang tamu. Ratu yang sedang menggenggam toples keripik kentang itu pun duduk di dekat Nanda.

Ratu berhasil lolos dari kandang Singa dan itu semua berkat bantuan dari Mama nya. Tetapi tetap saja, Ratu tidak diperbolehkan pergi sendiri. Jadilah Abang nya Ratu yang mengantar Ratu sampai ke rumah Nanda.

Mereka berdua memang sudah biasa bertamu ke rumah Nanda layaknya sedang berada di rumah sendiri. Yhera juga tidak keberatan malahan ia menerima dengan senang hati.

Beda halnya jika sedang berada di rumah Ratu. Apalagi Ratu punya Abang yang super tampan dan posesif. Abangnya Ratu sudah berumur 27 tahun dan ada banyak pretelan adik-adiknya Ratu yang masih kecil, kira-kira ada lima orang. Rumah Ratu benar-benar sangat ramai.

“Beberapa hari belakangan ini tugas lagi banyak-banyaknya Tan, jadi nggak sempet main kesini.”

Yhera mengangguk kemudian berdiri hendak menuju kamarnya. “Ya udah, Tante tinggal ke kamar dulu ya. Kalian ngobrol-ngobrol aja. Anggap aja rumah sendiri,” kata Yhera diakhiri dengan kekehan kecil.

“Iya Tan.”

“Iya Ma.”

“Kalau itu sih nggak usah dibilang lagi Tan. Rumah Nanda rumah kita juga.”

MEMORIES [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang