“Hati-hati memilih hati nanti sakit hati.” — Aziel Carlos Damian
“Benar kata orang jika mencintai seseorang itu kita bisa senang hati menerima bahagianya namun juga harus siap melawan perihnya luka.” — Nazhira Almahyra
16. Obrolan singkat
SMA Cakrawala.
Dipenuhi oleh anak-anak yang dikenal akan kebandelannya, tapi dibalik itu mereka banyak mengandeng prestasi baik akademik maupun non-akademik. Banyaknya piala dan bermacam penghargaan lainnya terpajang rapi di dalam etalase yang memang sengaja diletakan di depan kantor kepala sekolah.
SMA Cakrawala lebih di kenal dengan sekolah unggulan. SMA yang banyak diminati serta isinya para cogan dan cecan semua. Urutan pertama menempati posisi sebagai sekolah gudangnya cogan serta dipenuhi anak sultan.
“Entar malem jadi 'kan?” Tanya Aldo pada Dimas.
Dimas menoleh kemudian mengangguk. Ia sedang menulis lebih tepatnya menyalin jawaban milik Edo—teman sekelasnya.
Dengan gerakan secepat kilat karena ada banyak yang harus ia tulis. Padahal anak bapak Jaka ini termasuk siswa yang pintar tapi ia sedang tidak mood mengerjakan tugas. Jadilah ia ingin menyalin punya temannya saja.
Semalam saat sedang makan malam Jaka dengan santainya menaruh sebongkah cabai ke dalam makanan Dimas. Dan tanpa berdosa nya bapak dua anak ini malah tertawa sampai ngik-ngik akibat terlalu banyak tertawa saat melihat Dimas yang kepedasan. Dimas yang kesal dengan sengaja menendang tulang kering Jaka dari bawah meja, namun bukan Jaka namanya yang tidak tahu kebusukan Dimas. Dia dengan sengaja mengangkat kakinya kemudian menendang kaki Dimas sehingga terarah mengenai orang di samping Jaka, Bagas Kalingga Saddam—anak sulungnya.
Bagas yang menerima tendangan mendadak pun akhirnya tersedak ayam geprek buatan Enda. Rasa pedas itu menjalar sampai ke hidung ketika Bagas yang mulai terbatuk. Enda yang melihat itu menghela nafas panjang, sudah biasa baginya melihat kekonyolan Jaka serta keusilan Dimas dan dihadiahi tatapan maut dari putra sulungnya.
“Napa bibir lo merah gitu? Abis itu ya lo ayo ngaku,” ujar Yuda dengan tampang jahil.
“Lo mau gue bantai!” Sarkas Dimas melotot horor. Yuda tertawa mendengarnya.
“Sialan! Ini gara-gara Bokap gue,” amuk Dimas tapi tangannya masih menulis dengan perasaan dongkol.
“APA?” Yuda mengeplak meja dengan keras kemudian berkata, “Bokap lo gay! Emang Bunda lo nggak ngasih jatah bulanan apa?”
“YUDANJING! MULUT LO MINTA GUE SUMPEL PAKEK KAIN PEL! BOCAH EDAN!”
Dimas mengaitkan tangannya di leher Yuda membuat sang empunya seperti ikan yang berada di darat, kelepek-kelepek kekurangan oksigen.
Aldo tertawa senang, ia melanjutkan makan dengan kaki yang di angkat satu. Seperti sedang di warung kopi saja, asik menikmati adegan cekik-mencekik itu.
Seisi kelas sudah biasa melihat pertikaian mereka, terutama antara Dimas-Yuda atau Aldo-Yuda.
Yuda menyulurkan tangannya meminta bantuan. “Bebeb Titi tolonggg...” Titi yang melihat itu memutar bola mata malas, memilih menyumpal telinga nya dengan earphone.
Dimas melepaskan lilitan itu, sebelum duduk ia menjambak cukup kuat rambut Yuda yang membuat cowok itu memekik kesakitan.
“Bokap gue kasih cabek segebok! Bayangin aja pedesnya gimana! Emang dasar Jaka tarup minta disentil ginjalnya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIES [revisi]
DragosteSelamat datang di cerita 'MEMORIES' ______________________ Nazhira Almahyra, gadis mungil berkulit kuning langsat yang sampai saat ini masih mencintai mantan kekasihnya-Haikal Bagaswara-Alumni SMA Cendana. Kehadiran murid b...