6. S&G Cafe
“Capek banget,” keluh Nazhira, merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan masih menggunakan seragam sekolah.
Sepulang sekolah Nazhira main dulu ke rumah Ratu. Kata Ratu Mamanya baru pulang dari Bali bawa oleh-oleh banyak. Nanda tidak bisa ikut, katanya ada urusan mendadak.
Nazhira membuka tas sekolahnya kemudian mengambil benda pipih persegi panjang. Ia mencari nama 'Bapak' di kontak ponsel. Nazhira merindukan orangtuanya, tiga hari belakangan ini ia disibukan oleh tugas. Mereka cuma bermodalkan telepon setiap hari sekedar menanyakan kabar atau bercerita hal yang lainnya.
“Bapak sibuk nggak ya, gue takut ganggu.” Nazhira mengetuk handphonenya di dagu. Matanya melirik ke arah meja nakas di samping tempat tidurnya. Jam sudah menunjukkan pukul 16.45 WIB.
“Telpon aja deh,” ujarnya.
Berdering..
“Hallo. Assalamualaikum. Gimana kabarnya? Sehat kan? Terus Mama gimana? Sehat juga 'kan? Udah makan belum?” Nazhira memborong semua pertanyaan saat panggilan itu tersambung. Gadis itu mengubah posisi tidurnya menjadi tengkurep.
Terdengar kekehan di seberang sana. “Wa'alaikumussalam. Alhamdulillah kabar Bapak baik begitupun Mama kamu. udah dong... Apalagi Bapak yang masak pasti enak. Kamu tahu nggak? Mama kamu sampe nambah loh, katanya pengen nyoba masakan Bapak. Belum tahu aja bapakmu ini kalau sudah masuk dapur masakan nya sebelas dua belas sama masakan chef Juna.”
“Oh iya?” Nazhira nampak bersemangat mendengar cerita di balik layar handphone.
“Mama kamu makan banyak tapi badan tetap kurus,” ejek Tedy yang memperhatikan istrinya sedang makan di lantai dapur.
“Emang Bapak masak apa?” Tanya Nazhira.
“Bapak masak nasi goreng pete sama tempe orek, duh enak banget loh Zi. Mama kamu aja nambah terusss,” kata Tedy yang melihat istrinya mengisi piringnya kembali dengan satu centong nasi tapi istrinya tetap tenang dan masih lahap dengan makanannya.
“Jadi pengen deh,” kata Nazhira dengan mimik wajah melas.
“Sayang banget nasi gorengnya udah di habisin sama Mama kamu. Gimana dong?”
“Aku mau! Kalau aku pulang masakin aku juga ya?” Pinta Nazhira.
“Kebalik deh kayaknya kamu yang semestinya masakin Bapak bukan Bapak yang masakin kamu.”
“Tapi Mama dimasakin tuh, masa anaknya enggak? Harus adil dong.”
“Iya deh... Anak bontot kayaknya udah kepengen banget.”
“Bapak mah...” Nazhira cemberut.
“Iya-iya sih Unyil...”
“Kok Unyil sih, aku udah gede tahu!”
Tedy tertawa mendengarnya. “Dulu Bapak inget banget waktu kamu masih umur tiga tahunan, Nenek kamu kalau lagi main ke rumah pasti yang dicarinya ya kamu. Sambil teriak Unyil... Mana Unyil... Haha.”
“Tapi sekarang kan aku udah SMA jadi nggak bisa lagi dong dipanggil unyil. Eh kok senyap banget, Mama kemana Pak?” Tanya Nazhira ketika tidak mendengar suara Mamanya. Perasaan tadi ngoceh-ngoceh.
“Itu lagi makan.”
“Dari tadi belum selesai Pak?” Tanya Nazhira.
“Udah selesai Zi, tapi nambah lagi.”
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIES [revisi]
RomanceSelamat datang di cerita 'MEMORIES' ______________________ Nazhira Almahyra, gadis mungil berkulit kuning langsat yang sampai saat ini masih mencintai mantan kekasihnya-Haikal Bagaswara-Alumni SMA Cendana. Kehadiran murid b...