1

126 27 1
                                    

Terik matahari menangkap seorang namja berpakaian serba hitam lengkap dengan masker dan topi yang sewarna dengan pakaiannya itu. Ia sedang menguntit kedua orang yang berjalan beberapa meter di depannya. Wajah nya nampak cemas entah mengapa.

Ia terus mengikuti kedua orang itu.
Namun tiba-tiba ia berhenti dan terdiam ketika sekelibat bayangan peristiwa melintas di pandangannya. Wajahnya yang memang sudah pucat kini semakin pucat pasi penuh kekhawatiran.

1 detik
2 detik
3 detik
4 det-

Citttttt

"AWASSS..."

Namja itu harus berteriak. Ia segera mendekati kedua orang yang ia kuntit kemudian dengan keras mendorong kedua orang itu.

BRAKKKK

Untung ia melakukannya dengan tepat waktu. Atau kalau tidak, 2 orang itu akan berakhir dengan luka disekujur tubuh. Bahkan bisa lebih dari itu.

Namun nahas, sekarang malah ia yang tergeletak di atas aspal. Tulang tangan patah. Perut nya sakit menghantam bagian depan mobil. Kakinya pun penuh luka. Meskipun begitu, anehnya ia tak mengeluarkan darah barang setetes pun. Dan namja itu masih sanggup berdiri seolah tak terjadi apa apa padanya.

Kemudian ekor matanya menangkap dua orang tadi dengan wajah shock & blank. "Kalian nggakpapa? Ada luka ga?"

"Ki-kita gapapa. Cuman luka dikit ntar jugak sembuh. Tapi keadaan lo parah. Kita anter ke rumah sakit." Ucap salah 1  lelaki itu.

"Nggak usah, gue gapapa."

"Nggak papa pantat lo meletus. Keadaan lo parah njir. Lo kudu kita anter ke rumah sakit. Sok kuat banget ya lo." Sang adik menyahut.

Kakaknya yang melihat itu langsung menginjak kaki sang adik, membuat adiknya mengaduh kesakitan. "Heh yang sopan sama orang!" 

Namja penguntit tadi hanya terkekeh pelan. Ia membatin dalam hatinya,
Dari dulu ga pernah berubah emang. Udah mati masih aja julid. Dasar.

"Udah kita anter ajalah. Kita bakal ngerasa bersalah kalo ngebiarin lo pergi penuh luka kayak gitu gegara nyelametin kita." Paksa sang kakak.

"Gausah, ibu gue dokter jadi dia bisa ngobatin gue ntar."

"Yodah kalo gitu, thanks udah nyelametin kita. Kalo ga ada lo tuh ya, paling kita dah meninggoy."

"Sama sama. Gue pamit pergi dulu."
Ucap namja penguntit itu dengan senyum di wajahnya. Setelahnya, ia segera melesat pergi dari hadapan kedua orang itu.

🚲

Seorang pangeran tampan tiba di depan gerbang sebuah mansion yang terletak di tengah hutan. Yang didominasi dengan warna hitam dan percikan warna emas, menampakkan kesan misterius. Tampak sedikit mencekam namun indah disaat yang bersamaan.

"Apa yang terjadi padamu?!? Mengapa kau pulang dengan keadaan seperti ini?!" Sambut seorang wanita.

"Ini berkaitan dengan misi itu, ibu. Nanti akan kuceritakan."

"Maksudmu.... m-mereka?" Ucap ibunya sekaligus dengan wajah terkejut.

"Iya, X-EXØ. Saudara saudaraku. Tadi aku menguntit pangeran Xiumin dan pangeran Baekhyun. Saat itu ada mobil yang melesat cepat menuju mereka. Untung aku melihatnya."

"Sungguh? Sekarang berbaringlah ibu akan mengobatimu."

"Tak perlu. Ibu lupa kekuatanku? Aku kan bisa menyembuhkan diriku sendiri jadi ibu tidak perlu repot repot."

"Baiklah. Terserah kau saja. Setelah ini makan dan istirahatlah kemudian kita bicarakan misi kita."

Pangeran vampir bernama lay itu mengangguk kemudian segera menuju meja makan. Meneguk makanannya yang berupa cairan merah dalam gelas yang dihiasi dengan ukiran mewah.

 Meneguk makanannya yang berupa cairan merah dalam gelas yang dihiasi dengan ukiran mewah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Xaveria CH

VAMPIRES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang