12

36 16 1
                                    

"AAAARRRGGHH."

"HYUNGGG TOLONGIN!"

"CHEN DI BELAKANG LO!"

"SIALAN MATI AJA LO DEMON DAJJAL!"

"NAMANYA DEMON YA PASTI DAJJAL."

"WOII ITU LANGITNYA MULAI RUNTUH."

"TAHAN PAKAI KEKUATAN LO!"

"G-gue udah ga kuat lagi."

"ENGGAK LO PASTI BISA LO KUAT!"

"Maaf t-tenaga gue udah abis gue ga-gabisa nahan lebih lama lagi."

Brrraaakkkkkk

"AARRGHHHH"

Lay terbangun dari tidurnya dengan mata terbuka lebar. Tangannya gemetar menggenggam erat ujung bajunya. Tubuhnya terasa lemas. Ilusi itu menghampiri Lay lagi bedanya kali ini dalam bentuk mimpi. Ketakutan itu kembali. Dia telah kembali.

"Lay lo napa dah? Kok kayak ketakutan gitu?" Tanya Xiumin yang sedang duduk bersender di samping Lay.

Lay hanya diam membisu. Mulutnya masih terkunci dalam ketakutan. Ia menatap Xiumin dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Membuat Xiumin semakin bingung dan menaikkan sebelah alisnya.

"Lay? Kok diem? Lo napa sih? Mimpi buruk? Ato ap-"

Greppp

Ucapan Xiumin terhenti saat Lay memeluknya dengan tiba tiba. Tentu saja Xiumin kaget. Tangannya kemudian terulur dan mengelus pelan kepala Lay. Lay sedang tak baik baik saja. Xiumin tau itu.

"Cerita aja. Jangan dipendem sendiri masalahnya." Titah Xiumin.

"I-ilusi itu. Dia k-kembali hyung. Dia datang lagi." Jawab Lay dengan gugup.

"Ilusi? Ilusi apaan?"

Lagi-lagi Lay hanya diam. Ia malah mengeratkan pelukannya. Xiumin pun juga mempererat pelukannya. Mungkin Lay belum siap cerita.

"Yodah gapapa kalo lo ga siap cerita. Gue ngerti kok. Jangan takut, lo punya gue dan yang lain. Kita janji bakal selalu ada di sisi lo." Kata Xiumin dengan seulas senyum di wajahnya.

"J-jangan janji hyung......."

🚲

"Kau tak tidur, pangeran Kai?" Suara itu membuat Kai yang sedang menikmati pemandangan luar terlonjak kaget.

"Aku hanya ingin menikmati pemandangan ini. Kapan lagi aku bisa menikmatinya selain malam hari." Jawab Kai yang membuat nenek tua di sampingnya terkekeh. Kadang Kai heran ini nenek kok sukanya ketawa mulu, apa minta disumpel ya tuh mulut make kaos kakinya Chen.

"Tentu. Nikmatilah selagi bisa." Kai mengernyit mendengar kata yang keluar dari mulut nenek itu.

"Apa maksudmu?" Tanya Kai kemudian.

Sang nenek justru terkekeh lagi. Hal itu membuat Kai sedikit jengkel. Ia tak mengerti dengan jalan pikiran nenek itu. Cukup lama nenek tua itu terkekeh sampai akhirnya ia berkata, "Kau tau Kai, terkadang mengetahui sesuatu lebih awal justru akan membuatmu berada dalam bahaya."

"Ohhh maaf karena tak memanggilmu dengan embel-embel pangeran. Sulit sekali membiasakan diriku untuk memanggil anggota kerajaan yang bukan bangsaku dengan gelarnya. Itu sedikit memuakkan." Imbuh sang nenek kemudian.

Kai membeku. Nenek itu, dia penuh kejanggalan. Siapa dia sebenarnya? Itulah pertanyaan yang selalu melintas di benak Kai dan saudara saudaranya sejak pertama kali bertemu dengan nenek itu.

VAMPIRES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang