-TITIK TERANG-"Cassie......."
Orang yang di balik pohon ternyata Cassie yang sedang duduk bersama Hussein yang lagi tidur di pangkuan nya.
"Lo----"
"Lo ngikutin gue?"
"Nggak kok, nggak sumpah. Gue di sini lagi cari angin, bosan di rum---" omongan Gangga terpotong
"Alasan yang sering di pake sama semua orang, basi. To the point, kenapa lo ngikutin gue?" Tanya sekali lagi Cassie
"Sumpah demi apapun gue nggak ngikutin lo, lo boleh cek gps gue nih" Gangga memberikan handphone nya
Cassie pun mengambil handphone Gangga dan mengecek nya, ternyata benar, Gangga hanya mampir cari angin di sini.
"Percaya kan?"
"Hm" Cassie memberikan handphone Gangga kembali
"Boleh ikut duduk?" Tanya Gangga
"Lo gak liat kursi nya penuh? Punya mata kan?"
Bodoh banget sih gue, basa basi nya keliatan banget pinterr.
"Oh iya hehe, gue duduk di kursi sebelah aja ya"
Gangga sesekali melirik ke arah Cassie yang sedang duduk termenung menghadap ke depan, sambil mengelus rambut Hussein yang tengah tidur.
"Lo ada masalah apa lagi? Boleh gue denger?"
Cassie hanya melirik sebentar ke arah Gangga kemudian kembali menatap ke depan. Gangga semakin percaya Cassie punya satu masalah, terlihat dari mata nya yang kosong.
"Yaudah kalo lo gak mau bahas, gakpapa. Hussein anak nya gimana sih? Gue pengen lebih kenal dia lebih dalam"
"Lo kenapa semakin pengen tau keluarga gue? Lo mata mata?"
"Bukan gitu. Gue cuma pengen kenal Hussein aja, soal nya yang gue ambil dari beberapa hari ketemu lo sama dia, Hussein anak nya baik, penurut, gak banyak minta nya"
"........ Hussein lebih dari itu, dia lebih baik, dia anak yang kuat, anak yang ngertiin keadaan gue. Sekarang tujuan hidup gue cuma buat dia" Cassie melirik ke anak nya yang tengah tidur sambil mengecup ibu jari nya.
"Keliatan kok, lo pasti bangga punya anak kayak dia"
"Banget, dia itu pelangi setelah badai di kehidupan gue"
Gangga hanya bisa menganggukkan kepala nya. Kedua nya kembali terdiam, hanya suara percikan air kolam yang terdengar.
"Heumm. Yaudah gue pulang dulu ya, udah sore" Gangga berdiri dari kursi
Tak ada sautan dari Cassie, Gangga pun memilih untuk lanjut berjalan di depan nya, saat Gangga telah lewat di hadapan Cassie, Cassie mengatakan sesuatu.
"Pernikahan gue dengan orang yang gak gue cinta itu minggu depan, itu kan yang lo mau dengar"
"Minggu depan...." Gumam Gangga
"Dan gue gak tau cerita ke siapa lagi"
"Temen temen lo?"
"Gue gak dapet pencerahan di sana, malah mereka setuju sama pernikahan ini. Katanya supaya gue bisa move on"
Gangga berbalik arah menuju kursi Cassie.
"Kalo lo yakin, lanjutin. Kalo gak yakin lepasin"
"Percaya sama gue, jodoh itu gak kemana-mana. Mau lo tolak pun kalo emang itu jodoh lo, lo bisa apa"
Setelah mengatakan itu, Gangga pun pergi dari jangkauan Cassie.
Kenapa tiba tiba gue mau ngomong soal masalah gue ke dia, kenapa?
°°°°°°
Hari hari pun berlalu begitu cepat, kini sudah tanggal 06 juli dan ternyata benar benar cepat Sagar mendapatkan rumah produksi film untuk Gangga.
"Serius lo udah dapet? Gila yah lo, pake pelet apa? Beli rumah produksi itu gak murah bang"
"Cih. Yaudah makasih banyak bang. Jadi kapan gue ke kantor rumah produksi nya?"
"Oke kabarin ya kalo di suruh dateng, btw lo kapan balik?"
"Wih masih lama banget, yaudah sekali lagi makasih bangg"
Telpon terputus....
Kini Gangga tengah duduk di ruang tv sambil memakan cemilan, dan tak lupa miul ia tarok di perut nya.
"Woi ul, gak boleh liat film itu, itu adegan ciuman. Miul kan masih kecil" dengan polos nya Gangga menutupi kepala miul
"Kalo gue mah udah legal, udah resmi" ucap Gangga sambil mengunyah cemilan nya
Tiba tiba dari belakang pundak Gangga di tepuk oleh seseorang, dan itu Fajar.
"Gimana soal film yang kamu sutradaraiin itu? Udah sampai mana?"
"Lagi di pasca produksi yah, siang tadi Gangga barusan dari tempat kantor nya"
"Okey. Semoga sukses film nya, buat ayah bangga seperti yang kamu ucapkan"
"Aman pak bos, selagi di dukung mah aman aman aja"
Gangga pun meninggalkan Fajar yang kini menyantap sisa cemilan Gangga.
Saat di kamar, Gangga melihat sekilas sebuah kotak kecil berwarna cokelat yang sengaja Gangga simpan sebagai kenangan seseorang. Pria itu berniat ingin membuang nya tapi tidak bisa.
Gangga kembali membuka kotak kenangan itu, ia melihat beberapa foto di polaroid, gelang couple bermotif gembok dan hati, bandana berwarna biru dan pink dan masih banyak lagi barang di sana. Gangga mengambil salah satu foto di polaroid itu, ia tatap baik baik foto itu, foto yang kini ia pegang menyimpan sejuta kenangan yang sampai sekarang Gangga ingat dan juga membuat hati nya sakit jika harus mengikhlaskan nya."Andai kamu masih ada di sini, ini semua gak bakal jadi kenangan. Aku berusaha ngelupain kamu, kurang lebih 5 tahun, tapi susah sekali rasanya"
"Bantu aku biar aku bisa ikhlas dari sini" Gangga akhirnya menutup rapat kotak kenangan itu.
Kita punya harapan, tapi kita di hadapi oleh kenyataan.
Mencoba ikhlas itu memang perih, tapi bertahan untuk tetap tidak ikhlas itu lebih perih.
Jalani proses nya, yakin lah akan ada kehidupan yang lebih bahagia yang akan membayar keikhlasan itu.°°°°°°°°°°
Semoga suka ya sama cerita nya
Vote, komen dan di share juga ya man teman🤗
Jumpa di part selanjutnya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
•CASSIOPEIA•
Jugendliteratur"Maaf pak, saya bukan Sagar Alfarasyah Dewananda, saya adik nya. Sagar, Kakak saya tiba tiba terkena sakit berat dan secepatnya harus di obati di luar negri. Saya yang akan melanjutkan pernikahan ini" Satu kata untuk mendeskripsikan Gangga saat in...