Cinta Kinan

8.2K 706 51
                                    

Tbc.

Vote yang banyak kalau mau lanjut ya !!

Setelah berhasil keluar dari kamar Damian, Sarah langsung melangkahkan kakinya ke tempat dimana dirinya harusnya berada. Disaat ia mulai menginjakkan kakinya di salah satu anak tangga, sebuah suara menghentikan kegiatannya membuat dia menghentikan langkahnya sejenak untuk melihat siapa orang yang telah memanggilnya barusan.

"Sarah Ayudhia!!" panggil orang itu lantang membuat Sarah menolehkan wajahnya ke kanan untuk melihat siapa yang telah memanggilnya dengan nama lengkapnya itu.

"Ouh, kau ternyata. Ada apa? Bukankah perintahmu sudah aku jalankan nyonya Anindya Abraham Feros" decaknya santai membuat wanita yang memanggilnya itu menatapnya geram.

Anindya yang melihat tingkah kurang ajar dari pelayan pribadinya itu hanya bisa mengumpat kesal. Ingin sekali rasanya ia menembak kepala wanita tua itu namun bila itu ia lakukan sama saja ia membuat semua orang tahu siapa dirinya sebenarnya.

"Kau benar-benar kurang ajar sekali Sarah, begitukah caramu berbicara dengan nyonyamu, hah?" tanya Anindya dengan senyum sinisnya menatap wanita yang merupakan sahabat karibnya itu dengan wajah jengkel menahan kekesalan yang sudah diubun-ubun kepalanya.

"Ayolah Anindya, aku lelah saat ini. Dan ya, uang yang telah kau janjikan kepadaku jangan lupa untuk kau berikan. Ingat, jangan terlambat atau rahasia besarmu tak akan segan-segan aku bongkar" ancamnya membuat Anindya menatap bawahannya itu dengan tatapan tak percaya.

Apakah ia barusan di ancam? Pikir Anindya menatap Sarah dengan tatapan penuh kebencian. Seharusnya sudah sejak dulu ia membunuh wanita iblis itu, bukan malah mengampuninya dan lihat sekarang apa yang barusan terjadi, wanita itu malah berani mengancamnya saat ini terlebih lagi ini rumahnya. Bukankah seharusnya dirinyalah yang berkuasa? bukan wanita itu.

"Apakah kau ingin kubunuh Sarah?" ancam Anindya penuh peringatan.

"Apa kau yakin bisa membunuhku nyonya? Yakin bahwa setelah kematianku hidupmu akan baik-baik saja?" sergah Sarah tersenyum sinis kepada majikannya itu.

Melihat senyum sinis Sarah kepadanya membuat tangan Anindya terkepal erat. "Jaga batasanmu jalang, ingat. Kalau bukan karena diriku mungkin kau sudah menjadi pelacur saat ini." tuduh Anindya.

Sarah yang tidak terima dengan tuduhan Anindya langsung membantahnya. "Hahaha, aku sungguh sedih melihat nyonyaku yang sudah gila saat ini. Miris sekali, bukan?" serangnya.

"Diamlah kau jalang, jika bukan karena aku mungkin putramu akan bernasib sama sepertimu. Menjadi simpanan tante-tante girang diluaran sana. Ingat, jangan sampai aku melakukan itu kepadamu. Jangan memancing kemarahanku Sarah" gertak Anindya tidak main-main dengan semua yang telah dirinya ucapkan.

Deg

"Jangan coba-coba untuk melanggar kesepakatan kita Anindya. Apa kau lupa, bahwa tanpa anakku mungkin putramu itu sudah terkubur di dalam tanah" desisnya tidak terima mengenai ucapan Anindya barusan.

"Hahaha, Kau takut Sarah?"

"Takut? Tidak mungkin. Bukankah seharusnya yang takut itu, kau?" tunjuk Sarah.

"Benarkah, baiklah. Bagaimana bila kita membuktikannya saja? Aku atau kau yang akan kalah, hem?" tantang Anindya membuat Sarah berkeringat dingin. Pasalnya ia tidak ingin hidup putra kesayangannya itu berada di dalam bahaya. Sudah cukup hidupnya saja yang hancur jangan sampai putranya juga merasakan hal yang sama yang dulu pernah terjadi kepadanya.

"Jangan Anindya, aku mengaku kalah. Jangan sakiti putraku, apapun yang kau inginkan akan aku turuti. Tapi jangan kau usik hidup putraku saat ini" pekik Sarah tidak terima bila hidup normal putranya itu hancur dikarenakan kebodohannya saat ini.

Maniak Pelukan VS Cewek Gendut [ Tamat ] REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang