Malam ini di kediaman Feroz terasa sangat sunyi. Tidak ada satupun orang yang berani mengeluarkan suaranya. Sejak ke pulangan Arkan rumah tersebut menjadi sangat hening dan juga mencengkram. Semua orang yang berpapasan dengannya pasti akan terkena imbasnya membuat sang istri Anindya menatap sang suami heran sekaligus bingung. Entah apa yang telah terjadi pada suaminya sehingga dirinya bisa semarah ini.
"Suamiku, apa yang telah terjadi padamu? Kenapa kau bisa semarah ini?" Tanya Anindya cemas dan bingung. Menatap sang suami yang melemparkan barang-barangnya asal.
"Dimana dia?" Seru Arkan yang tidak menghiraukan ucapan sang istri. Dan sibuk melepaskan dasi yang melekat di lehernya.
"Siapa yang kau maksud? Apa Damian?" Sang istri berusaha memastikan mengenai siapa yang suaminya ini cari.
"Benar, katakan padaku dimana putra gilamu itu. Ada sesuatu yang ingin aku katakan padanya," balas Arkan mengiyakan pertanyaan sang istri.
Anindya yang mendengar putranya dikatakan gila oleh suamianya sendiri menjadi sangat geram hingga menatap Arkan dengan pandangan sinisnya.
"Dia bukan hanya putraku saja tapi juga putramu, tuan. Dan dia bisa seperti itu karena kau," tunjuk Anindya di depan wajah Arkan yang kini berdiri dihadapannya dengan bertelanjang dada. "Karena kau putraku seperti itu, yang gila disini bukan dia tapi kau!" Kecam Anindya berkata seperti itu kepadanya suaminya sendiri tanpa rasa takut.
Arkan yang mendengar Anindya marah padanya menjadi diam. Ia sama sekali tidak bermaksud seperti itu. Namun, semua perkataannya tak bisa ia tarik kembali dan saat ini istri yang dirinya sangat cintai tengah marah kepadanya.
"Jangan panggil aku tuan, sayang. Aku ini suamimu, aku tidak bermaksud seperti itu. Hey sayang tolong dengarkan aku," pinta Arkan lembut membingkai wajah sang istri namun segera ditepis oleh Anindya.
"Jangan sentuh aku, aku benci padamu. Hari ini aku akan tidur diruang tamu dan kau jangan coba-coba untuk menemuiku atau sampai tidur denganku," ancam Anindya dengan sangat tegas dan meninggalkan Arkan yang menatap kepergiannya dengan perasaan cemas dan juga sangat gusar.
"Argh, sayang hei dengarkan aku dulu. Maafkan perkataanku sayang, maafkan aku," ujar Arkan menyesal dan berlari mengejar Anindya yang sudah pergi menjauh.
Sedangkan Anindya hanya diam, dirinya terus melanjutkan langkahnya tanpa berniat membalas perkataan suaminya itu. Ia marah sangat marah karena dengan tidak tahu dirinya, suaminya berani mengatakan bahwa putranya itu gila dan ia tidak terima itu. Putranya tidaklah gila namun hanya sedikit memiliki sifat yang berbeda dari pria lainnya dan itu semua diakibatkan oleh suaminya sendiri, Arkan dan ia sangat membenci fakta itu.
"Jangan coba-coba berbicara padaku, urus dirimu sendiri dan jangan urusi apa yang aku kerjakan. Bedebah dengan penjelasanmu itu, aku tidak peduli sama sekali." Seru Anindya murka dan juga sinis.
Arkan yang melihat Anindya benar-benar marah padanya menjadi sangat sedih dan juga kecewa. Ini semua memang salah sang anak dan ia hanya ingin meminta sebuah pertanggung jawaban saja bukan hal lainnya. Namun, akibat mulut sialannya ini Anindya marah padanya dan ia benar-benar merasa bodoh akan hal itu.
"Arggg, sial. Kenapa malah jadi begini. Brengsek kau Damian, dasar putra sialan," maki Arkan kesal dan frustasi karena telah dicueki oleh sang istri.
Damian yang namanya disebut-sebut kini malah terlihat anteng di atas kasur. Ia masih saja terlelap di atas kasur tersebut bersamaan dengan Kinan yang juga ikut terlelap. Tanpa mereka berdua ketahui sudah ada seseorang yang sedari tadi menyaksikan itu semua dengan tangan yang terkepal erat.
Ia menatap benci ke arah Kinan yang tengah berada di dalam dekapan hangan Damian. Bukan Kinan yang seharusnya berada disana tapi dia, dan dia sama sekali tidak terima bila posisi yang seharusnya ia tempati diambil oleh wanita kampungan itu.
"Tunggu pembalasanku Kinan, Damian hanyalah milikku. Hanya milikku. Dan sebentar lagi kamu akan bernasib sama dengan para korbannya yang lain," ucapnya tersenyum sinis. Menatap Kinan dengan tatapan permusuhan yang sangat kental di dalamnya.
"Eugh, apakah sudah malam?" Ujar Kinan serak seraya terbangun dari tidurnya namun nihil. Damian memeluknya terlalu erat hingga ia sama sekali tidak bisa melepaskan dirinya dari jangkauan pria itu.
"Huft, bagaimana ini aku harus segara bersiap-siap. Dan kenapa dia tak kunjung bangun padahal aku sudah menggoncangkan tubuhnya dengan erat," sahut Kinan lelah.
"Damian ayo bangun, kita harus segera siap-siap. Ini sudah malam Damian, ayo bangun!" Pinta Kinan sambil kembali mengguncang tubuh pria itu lagi.
"Sebentar lagi Kinan, Mian masih ngantuk. Ayo tidur lagi!" Balas Damian cuek dan mengeratkan pelukannya di tubuh Kinan.
"Cih, enggak bisa Damian. Lepasin pelukannya, Kinan sesak. Kalau kamu enggak mau bangun ya gak masalah tapi Kinan mau bangun." Kinan berucap kesal dan memukul-mukul tangan kekar Damian agar mau melepaskannya.
Damian yang melihat Kinan terus menerus memukul tangannya akhirnya mengalah juga. Ia akhirnya mengalah dan melepaskan tubuh Kinan dari pelukannya membuat Kinan bernafas lega.
"Makasih Damian!" Ujar Kinan senang dan kemudian ia turun dari kasur tersebut meninggalkan Damian yang menatap kepergiannya dengan raut wajah kesal.
"Kalau diturutin senang tapi kalau disuruh nurut malah nolak, kesal aku tuh. Kalau bisa aku ikat sekarang juga kamu Kinan," balas Damian mengerucutkan bibirnya saat melihat Kinan yang tanpa rasa bersalah pergi meninggalkannya sendiri.🌱🌱🌱🌱
Saat ini semua orang tengah berkumpul di meja makan. Tidak ada satupun orang yang berani untuk mengeluarkan suaranya, semuanya larut dalam makanannya sendiri, tak terkecuali Damian yang sibuk dengan dirinya sendiri sehingga ia sama sekali tidak menyadari tatapan tajam yang kini sang ayah layangkan padanya
"Kinan, suapi Mian lagi!" perintah Damian menatap Kinan yang belum juga menyuapinya makanan sehingga mulutnya kosong.
"I---iya Mian" jawab Kinan gugup saat menyadari tatapan tajam yang Arkan tujukan padanya.
Damian yang merasakan Arkan mengancam keberadaan wanitanya menjadi sangat marah dan langsung membalas tatapan Arkan tak kalah tajam. Dirinya tak suka bila Arkan menatap Kinan seintens itu dan ia sama sekali tidak menyukainya.
"Cih, Kinan jangan pedulikan pria gila itu. Pedulikan aku saja" sahut Damian membuat Arkan yang sedang makan langsung terbatuk-batuk.
"Apa kau bilang bodoh, gila? Aku tidak gila tapi yang gila itu kau" jawab Arkan sewot menatap Damian sengit.
Prang
"Bisa kalian berdua diam? Aku lelah mendengar perdebatan kalian terus menerus" sahut Anindya membanting sendok makannya membuat Arkan dan Damian menjadi diam seketika.
"Pria itu yang mulai, ayo Kinan suapi aku lagi." Damian berucap santai dan kembali melanjutkan makannya tanpa menghiraukan Arkan yang menatap benci dan sinis kepadanya.
"Dasar bocah sialan," guman Arkan berdecak pelan namun tetap saja masih bisa didengar oleh Anindya.
Prang
Bunyi bantingan sendok lagi namun kali ini lebih keras membuat Arkan terkejud bukan main.
"Aku sudah selesai, aku akan beristirahat. Dan Kinan kamu jangan lupa untuk makan malam dan bereskan semuai ini, kau tahu kan apa tugasmu?" Tanya Anindya menatap Kinan dengan raut wajah datar yang dibalas anggukan kepala oleh gadis itu.
"Baik nyonnya!" Sahut Anindya sebelum meninggalkan meja makan.
"Kinan bukan pembantu, Mama!" Bentak Damian marah karena Kinan diperlakukan sebagai pembantu dirumahnya sendiri.
Meskipun Damian tahu bahwa Kinan bekerja di rumahnya sebagai baby sisternya, namun tetap saja terselip rasa tidak rela bila gadis tambun itu diberlakukan sebagai pembantu di dalam rumahnya sendiri. Hanya dia saja yang boleh memerintah Kinannya bukan orang lain.
Anindya yang mendengar bentakan yang dilayangkan putra kesayangannya itu langsung menghentikan langkahnya. Ia tidak berbalik maupun mengeluarkan sepatah kata suaranya. Ia diam dan hanya bisa diam, percuma ia melawan atau membatah ucapan sang anak tetap saja sang anak tidak akan memperdulikan apa yang akan dirinya ucapkan.
"Jangan membentak istriku bodohh!" Maki Arkan yang tidak terima bila istri yang sangat ia cintai itu dibentak oleh siapapun termasuk putra kesayangannya itu.
Tbc.
See you next chapter !!
KAMU SEDANG MEMBACA
Maniak Pelukan VS Cewek Gendut [ Tamat ] REVISI
Genç Kız EdebiyatıKinan Ayranisa, gadis bertubuh cukup tambun yang bermimpi menikahi seorang pria yang kaya raya dan juga tampan. Namun, mimpi yang dirinya miliki hanya sekedar mimpi yang tidak akan pernah dapat dirinya wujudkan. Dengan berbekal ijazah SMA yang dirin...