~Vee Vivis~
Kepalaku berdenyut-denyut. Tubuhku kebas mati rasa. Bibir saat bergerak terasa perih. Tubuhku terasa seperti ada beban, sulit untuk bergerak. Benar saja, aku lihat sosok yang seharian dengan sengaja aku hindari sedang memelukku erat dalam lelapnya.Kilas balik kejadian semalam. Aku berkelahi dengan Neua, dan tiba-tiba bertemu dengan-
"Sial!" Ups, aku lirik Mark takut suaraku membangunkan. Tapi sepertinya dia tak terganggu. Apa dia sangat kelelahan? Hingga matahari hampir pada puncaknya saja dia masih belum membuka mata.
Dengan hati-hati aku memindahkan tangan yang terasa hangat saat disentuh. Setidaknya panas pada tubuh Mark menurun dari terakhir kali aku mengecek. Lekas aku membersihkan diri dan keluar dari kamar, biarkan pria kecil itu tidur dengan damai.
Menyeruput secangkir ekspreso dengan asap mengepul. Dalam dekapanku ada setoples kue kering buatan Mark. Aku ingat dulu saat kecil, aku pecinta makanan ringan dan Papa akan membuatkanku sampai perutku bosan sendiri. Sekarang Mark yang menggantikan menyediakan makanan kesukaanku.
Mengingat Papa aku merindukan keluarga di Hongkong. Menekan panggilan hingga terdengar suara malaikatku.
"Halo Papa. Vee rindu."
["Sayang, dimana Mark?"]
"Mark masih tidur."
["Aow, apa Vee terlalu keras sehingga Mark kelelahan?"]
"Tidak- tidak. Vee tidak semesum Daddy, Pa."
["Benarkah? Papa tidak percaya. Jadi ada hal lain apa selain rindu dengan Papa, hm?"]
"Pa? Vee-..."
Tiba-tiba lidahku kelu. Ingin rasanya aku menceritakan kesah. Tapi ini masalah kami bertiga, jangan sampai orang lain terlibat di dalamnya.
["Ya?"]
"Vee lusa pergi magang."
Obrolan kami berjalan. Banyak petuah yang diberikan Papa kepadaku. Tentang magang dan juga hubunganku dengan Mark yang akan dihadangkan dengan jarak kembali.
Setiap kalimat yang di ucapkan Papa menjadi belenggu dalam benakku. Bisakah aku mempertahankan hubunganku dengan Mark? Magang belum berjalan saja kami sudah dalam kondisi tidak baik-baik saja.
"Vee tahu Pa, Vee-"
"PHI? PHI? PHI?" Suara teriakan Mark memanggil-manggil namaku mengambil atensiku. Dia seperti khawatir aku tidak ada.
"Phi...?"
Grep
Tubuhku terhuyung akibat tubrukan tubuh Mark. Dengan erat dia mengalungkan lengannya pada leherku. Kepalanya menyusup di bahuku. Aku merasakan basah pada kaos yang aku kenakan.
["Halo sayang, Mark baik-baik saja?"]
"Yeah. Dia hanya terbangun karena mimpi buruk. Vee tutup dulu Pa. Salam untuk Daddy dan si kembar. Bye."
Pipp
"Sstt... Phi disini." Tepuk-tepuk kepala Mark berharap ini menenangkan Mark yang menangis.
"Hiks... Mark takut, Phi." Aku menunggu kalimat Mark yang tersedat. Dia perlu tenang. "Mark bangun tidak ada Phi. Mark takut Phi pergi lagi. Mark mencari tapi tidak ada Phi. Mark takut, hiks."
Pukk
PukkAku memahami arah ketakutan Mark kemana. Seharian kemarin aku meninggalkan Mark yang sakit. Kembali entah jam berapa dan dengan siapa. Yang aku tahu aku datang dengan luka dan mabuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession || VeeMark / YinWar [End]
FanfictionKetika jarak adalah hambatan Waktu kan menjadi cobaan Apakah cinta masih ada saat dipertemukan Atau ternyata itu obsesi dari dua insan Vee Vivis Wong, sang pewaris dua kerajaan yang merupakan mahasiswa teknik tahun ketiga, memiliki kekasih sejak ke...