~Mark Masa~
Bus berbaris di halaman fakultas. Para mahasiswa berbondong dengan tas-tas besar. Berpakaian kasual bebas tanpa seragam perkuliahan di tubuh. Setelah melewati masa pengenalan bagi mahasiswa baru, hari ini senior membawa kami untuk mengikuti kegiatan selanjutnya, tradisi khusus yang hanya ada di Fakultas Teknik, tradisi pemasangan gear. Selain ini adalah tradisi, P'Vee mengatakan bahwa kegiatan ini juga sebagai ajang mengakrabkan antar senior dan junior, antarjunior itu sendiri, serta sebagai penghilang kepenatan akibat kegiatan yang sudah dilaksanakan dan akan dilaksanakan.Aku sudah duduk di barisan kursi tengah. Seberang ada James dan Kamphan, belakang mereka Fuse dan Win. Mengingat dua teman baruku, aku beruntung mereka bukan orang dengan mulut besar, artinya hubunganku dengan P'Vee tidak sampai bocor keluar.
"Permisi boleh aku duduk denganmu?"
Suara pria menyela obrolan kami. Dia bertanya tentang kursi kosong di sampingku yang belum terisi oleh lainnya. Aku melirik ke arah teman-temanku meminta bantuan untuk jawaban yang akan aku berikan. Jujur aku tidak mengenal dia siapa.
"Namaku Thew, kita di tahun yang sama Mark. Tapi aku dari Fakultas Seni. Jadi apa kursi di samping Mark bisa diberikan kepadaku?"
Dia tahu namaku. Aku tidak tahu bahwa orang lain akan mengetahui namaku, karena aku termasuk pasif dalam pergaulan.
"Ah maaf, untuk saat ini masih kosong, tapi-"
"Terima kasih Mark, aku akan menaruh tasku di atas."
"Ouy-."
Hei, aku belum menyetujuinya, tapi sepertinya dia tidak peduli dengan protesanku.
"Ini kursiku, silakan tempati kursi kosong lainnya, Nong."
Suara datar yang aku kenal mencegat tubuh yang hendak duduk, posisi di depan telah digantikan. Dia P'Vee menaruh tasnya di atas, membuat pria itu dengan terpaksa mengambil tasnya lagi dan pergi ke kursi panjang di belakang.
Aku mendelik ke arah P'Vee, status seniornya membuat dia bisa melakukan apa yang dia kehendaki. Bukan berarti aku lebih memilih orang tadi entah siapa namanya, tapi aku yakin bahwa aku duduk dengan P'Vee adalah rencananya.
Selama pejalanan menuju pantai, headset menempel di telinga. Kepala sandarkan ke arah jendela, bersedekap tangan, menutup mata. Namun P'Vee dengan percaya diri mengambil tanganku untuk dibawa dalam genggamannya, kepalaku ia tarik agar bersandar di bahunya.
"P'Vee..." Erangku protes.
Dasarnya keras kepala, protesanku tak juga ia gubris. Seakan tuli, P'Vee malah mengambil satu sisi headsetku untuk di pakai di telinga. Malah ia memejamkan mata, tangan kami yang bertaut tersembunyi di celah antara kami. Pandanganku mengedar pada penumpang lainnya, aku takut lainnya akan melihat apa yang P'Vee lakukan padaku. Beruntung, mulut-mulut yang sedari tadi ribut kini sudah tenang, mereka memilih menikmati perjalanan dengan berkelana ke alam mimpi, menyimpan energi untuk kegiatan nanti.
Padahal aku sudah meminta kepada P'Vee untuk merahasiakan hubungan kami dari umum, karena yang aku yakini orang-orang belum tahu hubungan kami, dibuktikan tidak adanya orang yang membicarakan. Walau dengan perdebatan alot, akhirnya P'Vee terpaksa setuju. Namun ia mengajukan syarat untuk mengubah status di media sosialnya menjadi 'In Relationship' tanpa menandai dengan siapa. Tentu hal ini menjadi gempar di Universitas dan publik, pasalnya P'Vee sangat dikenal hampir di tanah Thailand. Yeah siapa yang tidak mengenal P'Vee, anak dari pemilik Wongwei dan Vivis. Begitu pula gosip yang aku tangkap dari mayoritas mahasiswa, mereka mengatakan jika itu adalah P'Ploy, dengan tambahan bukti P'Ploy juga beganti status media sosialnya. Hah, memuakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession || VeeMark / YinWar [End]
FanfictionKetika jarak adalah hambatan Waktu kan menjadi cobaan Apakah cinta masih ada saat dipertemukan Atau ternyata itu obsesi dari dua insan Vee Vivis Wong, sang pewaris dua kerajaan yang merupakan mahasiswa teknik tahun ketiga, memiliki kekasih sejak ke...