~Mark Masa~
Suara musik mendentum telinga. Lampu kelap kelip berwarna hampir memenuhi sudut bangunan. Alkohol menjadi santapan setiap pengunjung. Ditambah kepulan asap rokok yang menyesakkan.Winxs bar malam ini hanya dikunjungi oleh mahasiswa Bangkok Universitas saja, terutama Fakultas Teknik mendominasi. Namun tak pelak beberapa mahasiswa diluar teknik juga bergabung. Malam minggu ini semua sudah di pesan khusus untuk perayaan segala kegiatan yang berlalu dan menyambut kegiatan kompetisi olahraga universitas yang akan datang.
Seperti yang P'Vee katakan, kami akan akan datang bersama. Sontak membuat heboh lainnya, banyak yang mencurigai jika aku kekasih P'Vee, walau nyatanya itu benar. Tapi P'Vee tetaplah P'Vee, perkataannya membuat orang berpikir itu bukan aku.
"Menurut kalian aku tipe kekasih seperti apa? Membiarkan kekasihnya datang ke pesta atau lebih baik mengurungnya dalam sangkar?"
"Mengurungnya dalam sangkar." Jawab mereka.
Lihat saja, dia hanya memberikan pertanyaan tanpa harus beralasan. Membiarkan orang berasumsi sendiri tanpa repot menjelaskan.
"Lalu kenapa bisa datang bersama?"
Aku menunggu jawaban P'Vee, dia menatapku seperti menimang jawaban yang akan diberikan.
"Mark- Mark sepupuku."
Dari matanya aku paham, P'Vee tak suka menyebut kami hanya saudara. Tidak pernah P'Vee memperlakukanku semestinya saudara, sejak kecil dimata P'Vee aku adalah kekasihnya.
"Wong? Vivis?" Pound.
"Dari Papa."
"Ahhh..."
"Jadi Nong Mark tahu siapa kekasih tuan muda ini? Katakan kepada kita, na." Kla.
Eh? Menggigit bibir bawahku, aku tidak tahu harus menjawab apa.
"Sudah kalian. Hari ini kita sedang berpesta bukan mengintrogasi."
Aku bersyukur kepada P'Yihwa yang menyelamatkanku dari kebingungan. Dari yang diceritakan P'Vee, P'Yihwa sudah mengetahui itu aku, instingnya mampu menebak dengan tepat.
"Hmm Phi-phi, aku izin ke teman-temanku."
"Oke Nong."
Selamat. Berada di lingkaran senior membuat jantungku was-was, barangkali mereka benar menebak bahwa aku kekasih P'Vee.
Bukan aku tak menginginkan semua orang tahu, tapi aku belum siap menjadi pusat perhatian. Aku takut setiap langkahku orang akan menilai. Aku khawatir orang akan memberi pandangan buruk P'Vee jika sandingannya adalah aku. Aku masih ingin bebas. Aku masih berusaha agar aku pantas menjadi pendamping P'Vee. Tidak ingin membuat P'Vee malu jika aku berada di sampingnya.
Dan juga, hatiku masih terombang apakah yang aku lakukan karena ini 'cinta' atau sekedar 'obsesi' menjadi pantas mendampingi P'Vee.
Tak menghitung gelas ke berapa alkohol itu membakar tenggorokanku. Berharap itu akan membakar semua kalut. Nihil. Pikiranku masih kacau.
"Mark sudah hentikan, atau P'Vee akan menyeretmu."
Mendengar kata 'P'Vee' dari mulut James membuat aku semakin ingin menambah minuman. Setidaknya kesadaranku masih ada, atau benar P'Vee akan menyeretku dan membuat rahasia itu menjadi tak ada.
Takk
Meletakan gelas kasar. Berdiri dengan tubuh yang hampir tak bisa menopang.
"Kemana?"
"Toilet"
"Aku antar."
"Tak perlu. Aku bisa James."
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession || VeeMark / YinWar [End]
Fiksi PenggemarKetika jarak adalah hambatan Waktu kan menjadi cobaan Apakah cinta masih ada saat dipertemukan Atau ternyata itu obsesi dari dua insan Vee Vivis Wong, sang pewaris dua kerajaan yang merupakan mahasiswa teknik tahun ketiga, memiliki kekasih sejak ke...