~Vee Vivis~
"Ayo pulang."
Aku yang sedari berjalan di belakang Nuea, pandanganku tak lepas dari Mark. Tak peduli mereka yang tak tahu penasaran melihat. Mengulurkan tangan meminta tangan Mark untuk menyambut. Tapi respon dari orang yang sangat aku rindukan tak kunjung merebut.
"Mark.... " Panggilanku tak ada jawab.
"Mark, P'Vee yang akan mengantarmu." Kulihat James menyenggol lengan Mark.
Tak jua Mark bergerak atau menjawab. Tangannya masih setia memegang tali tasnya, wajahnya datar menatap wajahku. Tak sabar, aku menarik tangan Mark. Menggenggamnya tanpa penolakan.
"Vee, hati-hati." Teriakan Nuea tak aku gubris.
Membawa tubuh yang lebih kecil mengikuti langkahku menuju mobil terparkir. Membukakan pintu mempersilakan Mark duduk. Aku memutar ke arah pintu kemudi. Memasangkan seatbelt ditubuh Mark agar nyaman.
"Dimana Mark tinggal saat ini?"
"Hotel WongWei dekat Universitas."
Jawaban Mark terlalu malas. Tapi itu tak apa, karena akhirnya aku mendengar suara indah itu.
"Kenapa tidak langsung ke penthouse?"
"Phi, bisakah Phi segera menjalankan mobil? Mark lelah."
"Maaf." Sesalku yang tak peka melihat gurat lelah yang ada di wajahnya.
"Mau mampir mencari makan?""Phi?! Mark mohon segera antar Mark saja, atau Mark akan keluar menggunakan taksi."
"Baik, Phi minta maaf na."
Segera aku menjalankan mobilku. Mata ini sesekali melirik di kursi samping. Mark menempelkan kepalanya di pintu mobil, matanya menutup namun tak sampai tertidur. Aku membodohi diri, harusnya aku tahu Mark lelah, tapi aku malah membuat Mark tak nyaman.
Brakk
Mark membuka dan menutup kasar pintu mobil bahkan sebelum mesin mobil mati. Dia berjalan duluan tidak menunggu. Langkahku mengejar Mark. Merangkul pundak yang terasa lebih lebar. Mark tidak menolak sentuhanku, sebab dia terlalu malas berdebat dengan sifatku yang tak suka dibantah.
Sepanjang kami berjalan, karyawan yang berpapasan memberi hormat, tentu mereka harus tahu siapa tuannya.
"Jika Mark tidak suka ketika karyawan memperlakukan Mark seperti itu bilang saja."
Aku khawatir jika Mark risih dengan sikap hormat karyawan, Mark tak terbiasa dengan hal seperti itu. Namun yang aku dapat adalah gelengan Mark.
"Saat P'Vee mengatakan Mark calon pendamping P'Vee, maka Mark harus siap menerima perlakuan seperti itu."
Jawaban Mark membuatku terharu walau dengan mimik datar. Mark benar-benar telah mempersiapkan dirinya untuk mendampangi diriku. Aku sudah sering mendengar dan melihat sendiri bagaimana Mark belajar yang kata Mark adalah 'memantaskan'. Sebenarnya aku tidak peduli itu, yang aku inginkan Mark menjadi dirinya bukan dipaksakan. Sudah aku katakan berulang kali agar Mark tak perlu melakukan itu, namun dasarnya Mark keras kepala sama sepertiku.
Memasuki kamar hotel, aku mendapati barang bawaan Mark yang masih di dalam koper. Mark sibuk dengan memunguti barang-barangnya memasukan ke dalam lemari. Dia tidak peduli ada aku disana seakan kasat mata baginya.
"Mark..." Sekali lagi aku diabaikan oleh Mark. Aku tidak tahu alasan Mark sangat dingin.
"Mark..."
Kali ini aku beranikan memeluk Mark dari belakang yang sedang berdiri menghadap lemari. Menyusupkan kepala di bahu. Aku merasakan tubuh Mark yang seketika menegang. Namun Mark tidak menolak atau membalas pelukanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession || VeeMark / YinWar [End]
FanfictionKetika jarak adalah hambatan Waktu kan menjadi cobaan Apakah cinta masih ada saat dipertemukan Atau ternyata itu obsesi dari dua insan Vee Vivis Wong, sang pewaris dua kerajaan yang merupakan mahasiswa teknik tahun ketiga, memiliki kekasih sejak ke...