~Mark Masa~
"Hmmpptt..."Bahkan kini aku masih dalam bawah sadar, tapi P'Vee sudah melahapku dengan rakus. Aku terbangun dari mimpi ketika merasakan seseorang sedang bernafsu menciumku. Benar saja, yang aku lihat pertama kali saat membuka mata adalah wajah P'Vee menempel pada wajahku. Bahkan tangannya bergerilya pada tubuhku. Piyamaku sudah tanggal dari badanku. Tangan tebal itu terlalu bersenang-senang meremas dadaku.
Drrttt....
"P'Veehhh... hmpptt." Dorongan tanganku pada tubuhnya tak mempan untuk dia melepas kesenangannya, padahal ponsel miliknya sudah bergetar beberapa kali.
"Agh... Mark menggoda Phi?" Sialan, niatku ingin menendang tubuhnya, yang ada malah lututku mengenai miliknya yang mengeras. Senyumnya merasa menang.
Bukannya berhenti, dia malah menurunkan kepalanya hingga hinggap pada leherku. Mengendus kulitku membuat sensasi menggelitik. Tanganku terulur menggapai ponsel di seberang tubuh P'Vee yang lumayan jauh, sehingga badanku harus terangkat dan mendekat, namun tak menyulutkan si mesum ini untuk berhenti.
Menggeser simbol hijau dari layar ponsel, jujur aku tidak melihat siapa yang pagi-pagi menghubungi P'Vee. Tempelkan saja ponsel itu di telinga P'Vee, dan biarkan dia yang menyapa. Pengeras suara aktifkan membiarkan telingaku ikut dengar.
"Halo, ini masih pagi, mengganggu istirahat kami saja." Tanpa basa-basi mulut tajam P'Vee berkoar.
["Papa mengganggu kalian yah?"]
"Sial." Umpat P'Vee kaget.
"Pftt.." Aku menutup mulutku menahan tawa.
P'Vee lekas menjengkit mendengar sapaan dari seberang. Aku tahu dia sedang mengutuk dirinya sendiri dari ekspresi yang ditunjukan.
"Ti-tidak Papa, Vee minta maaf. Anu itu karena ini masih jam 7. Yeah. Juga Vee tidak tahu siapa yang memanggil, Mark tidak memberi tahu Vee karena dia yang mengangkat."
Aku? Jariku menunjuk hidungku sendiri. Hei kenapa aku yang disalahkan? Salahkan saja mulut mesum dan tajamnya.
["Ya ampun Papa lupa selisih waktu Thailand dan Hongkong 1 jam. Apa kalian masih tidur? Tapi Papa tidak yakin karena telinga Papa menangkap suara aneh dari sana."]
"Su-suara apa? Tidak ada apapun, hanya ada Mark dan Vee disini." Gugup P'Vee.
"Ah Mark, mana menantu Daddy?" Suara Paman Yin mencariku.
"Halo Paman." Aku mendekat ke arah P'Vee, menyandarkan badanku di depan badan P'Vee. Tangan bebas P'Vee memeluk diriku dari belakang.
["Halo luk. Tadi malam sepertinya ada yang menandai akun Daddy."]
["Fotonya manis sekali kalian."]
"Ah itu untuk menggoda P'Vee saja." Maluku.
["Daddy.... Mommy..."] Suara teriakan cempreng dari jauh gadis dan lelaki datang.
["Sedang menghubungi siapa? Aow, P'Vee dan P'Khey. Halo."] Gadis satu-satunya dari keluarga mereka riang menyebut nama panggilan untuk kami.
P'Khey: Kakak Ipar. Maaf jika salah.🙏
"Halo Prince, Princess." Sapaku kepada si kembar.
["Phi, video call, na na."]
Aku dan P'Vee saling memandang, menanggapi permintaan Nong Noh. Tidak untuk saat ini, pasalnya kami masih setengah telanjang, tubuhku tersebar tanda merah akibat ciuman dan gigitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession || VeeMark / YinWar [End]
Fiksi PenggemarKetika jarak adalah hambatan Waktu kan menjadi cobaan Apakah cinta masih ada saat dipertemukan Atau ternyata itu obsesi dari dua insan Vee Vivis Wong, sang pewaris dua kerajaan yang merupakan mahasiswa teknik tahun ketiga, memiliki kekasih sejak ke...