~Vee Vivis~
Sialan
Brengsek
Kata yang pantas aku ucapkan untuk keadaan ini dan juga untuk diriku sendiri. Ketika aku melihat tubuh mungilnya bergetar. Ketika kaki kecilnya berlari. Ketika tangan lembutnya mengepal keras pada pegangan koper. Dan ketika suara isak tangis keluar dari mulut manisnya.
Srettt
"Lepas brengsek!" Mark meronta untuk tangannya aku lepas, namun aku enggan melepaskan.
"Ssttt.... Dengarkan Phi." Aku membujuk.
"Ishhh...." Tapi dia tetap bersikeras.
Hup
Tubuh mungilnya aku sekap dalam diriku. Lengan-lenganku mengunci dia agar tak kemana. Namun, dia tetap berontak dalam kungkunganku.
"TOLONG DENGARKAN DULU, MARK!" Suaraku keras.
Seketika saja Mark diam. Dalam hatiku merasa bersalah karena berteriak kepada Mark.
"Maaf, maafkan Phi. Phi tidak bermaksud berteriak. Maaf." Sesalku. Ditambah bajuku basah oleh air matanya.
"Suara Phi menakutkan." Ciutnya.
Oh sialan mulutku.
Dalam rengkuhanku, aku elus punggung dia. Walau dia tak membalas apapun.
"Lepaskan!"
"Tidak!"
"Lepaskan, Mark sesak."
"Oh maaf Mark."
Lekas aku melepaskan rengkuhanku. Namun Mark mengambil kesempatan ini untuk mencoba kabur. Buru-buru aku menangkap dia kembali agar tidak kemana.
"Jangan harap bisa kabur."
"Sesak Phi."
"Phi sudah melepaskan."
"Hati Mark sesak." Dia memukul dadanya sendiri.
"Maaf maaf. Tolong dengarkan Phi." Aku memegang pundaknya yang bergetar. Air mata itu masih saja bersemayam.
"Apa yang perlu dijelaskan, eoh? Semuanya sudah jelas di mata Mark."
"Belum. Kita perlu bicara."
"Bicara apalagi? Bicara yang akan menambah sakitnya Mark? Benar begitu?"
"Tolong jangan mengulangi kesalahan lagi hanya karena tidak ada komunikasi dan pembicaraan, Mark!"
Deg
Aku melihat tubuh Mark yang menegang. Aku tahu aku terlalu kasar berbicara hal demikian. Tapi itu perlu agar kesalahan atas kesalahpahaman tidak terulang lagi.
Jariku mengusap lelehan air mata Mark hingga tidak bersisa. Merengkuh wajahnya yang ayu yang aku damba. Mengecup dua belah mata lama. Sungguh aku hanya menginginkannya, bukan siapapun.
"Vee?"
Sialan, aku melupakan wanita satu ini.
"Kamu pergilah sendiri. Ada hal yang sangat penting untuk aku selesaikan dengan orang yang terpenting dalam hidupku."
"Heumb." Angguk dia. Kemudian pandangan Ploy mengarah pada Mark dengan penyesalan, sedang aku lihat Mark enggan menatapnya.
"Dengarkan Vee. Kita tidak ada apapun. Dia sangat mencintaimu."
Kemudian Ploy pergi meninggalkan kami yang betah terdiam. Atau hanya Mark yang tak merespon.
"Jadi?"
"Mark ingin istirahat. Mark akan mencari tempat tinggal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession || VeeMark / YinWar [End]
FanfictionKetika jarak adalah hambatan Waktu kan menjadi cobaan Apakah cinta masih ada saat dipertemukan Atau ternyata itu obsesi dari dua insan Vee Vivis Wong, sang pewaris dua kerajaan yang merupakan mahasiswa teknik tahun ketiga, memiliki kekasih sejak ke...