Bab 8 - My World

939 109 25
                                    

~Vee Vivis~


Cekrekk

Cekrekk

Jepretan kamera menjadi latar suara aktivitas kami hari ini setelah perkuliahan. Sebuah ruang studio foto milik club fotografi kini dihuni oleh tiga orang yakni aku, kekasihku, dan si brengsek Thew. Aku tidak ingin Mark risih atau merasa malu jika terlalu banyak orang, terlebih lagi aku memang sengaja ingin menunjukan kepada orang yang tidak punya malu itu bagaimana keintiman dan kemesraan kami, bahwa Mark sudah dimiliki oleh Vee Vivis Wong.

Sudah 1 jam berlalu, berpuluh gambar telah diambil. Biarkan si fotografer memilah gambar mana yang akan ia unggah di halaman media sosialnya. Aku ingin segera membawa kekasihku pulang, sebab sedari tadi dia sudah merengek untuk menyudahi.

"Lihat hasilnya."

"Nanti aku kirim hasilnya ke Phi." Mataku memicing curiga, ada muslihat dibalik keengganannya.

"Perlihatkan brengsek." Pitamku naik.

"Phi~" Mark menarik ujung kemeja lengan pendek teknikku. Suaranya ciut mendengar nada tinggiku. Aku memberikan senyuman kepadanya bahwa tidak apa, mengelus pipinya sebentar sebelum kembali lagi menghadapi si brengsek itu.

Ku rebut kamera dari tangannya walau ada perlawanan. Menekan tombol geser untuk melihat hasil, awalnya aku biasa saja, hingga beberapa bidikannya membuat wajahku mengeras. Mark di sampingku yang ikut melihat juga terkejut.

Mengambil memori dari kamera, laptop milikku dinyalakan. Beruntung aku selalu membawa laptop untuk mengerjakan pekerjaan perusahaan ketika waktu luang. Memasukan memori, menyalin semua hasilnya. Kemudian memilah yang perlu di hapus.

"Edit sekarang." Aku menyerahkan laptopku, walau tidak tahu aplikasi mana yang ia gunakan, setidaknya aku mempunyai aplikasi mengedit foto. Niat setelah selesai segera pergi, aku urungkan.

"Aku punya aplikasi khusus Phi."

"Buka laptopmu."

"Aku tidak membawanya."

Cihh. Pembohong besar. Seorang fotografer seperti dia mustahil tidak membawa laptopnya.

"Apa perlu aku menggeledah tasmu, eoh?" Aku menarik sebelah sudut bibirku.

Dengan wajah kalahnya, dia membuka laptop dan memasukan memori. Disampingnya aku duduk mengawasi setiap gerakan dia mengedit foto-foto pilihan. Sedangkan Mark yang awalnya protes ingin segera pergi berakhir dengan masih menetap di ruangan ini. Mark berada di sampingku bermain ponsel malas, aku menarik kepalanya bersandar pada pundakku agar tidak lelah. Tanpa perlawanan dia menempatkan posisinya dengan tenang. Tak menghiraukan aku dan si brengsek ini saling beradu.

Selesai dengan mengedit, aku langsung menyuruhnya mengunggah di media sosial dan lekas menghapus semua foto baik asli maupun editan. Tidak membiarkan dia menyimpan foto Mark di manapun. Biarkan dia hanya mempunyai di media sosial.

"Aku peringatkan lagi, jangan sesekali mengambil gambar kekasihku. Kau meminta saja tidak akan aku izinkan, apalagi diam-diam seperti penguntit yang baru saja kau lakukan dan hari-hari sebelumnya. Ini pertama dan terakhir kau bisa memotret kami, tidak ada lain kali."

~oOo~

Aku duduk di kursi dengan roda kecil dibawahnya. Melonggarkan dasi yang menyesakkan. Rambut yang awalnya rapi, berantakan sudah. Kertas-kertas bertumbuk di meja, membuat kepalaku semakin tersiksa. Kepala sandarkan pada kursi, menutup mata sejenak sedikit mengosongkan pikiran. Namun, bayanganku berkelana pada sosok kekasihku yang aku tinggal di Universitas. Berandai jika dia disini berada. Akan aku bermanja menjadi pengisi daya.

Obsession || VeeMark / YinWar [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang