Bab 17 - รัก

639 86 61
                                    

~Mark Masa~

Apa yang terjadi?

Aku pun bertanya demikian. Apa yang terjadi pada kami. Kenapa kami menyiksa diri kami sendiri hingga menjadi sakit? Bukankah menjalin hubungan itu agar bahagia? Kenapa kami berubah menjadi siksa?

Setengah jam yang lalu aku berada di Mansion Vivis, dan Paman-paman bertanya tentang hubunganku dengan P'Vee. Aku membisu. Tidak bisa menjawab bagaimana. Yang terjadi adalah kami bodoh. Sehingga kami gila.

Paman Peak berkata beliau bertemu dengan P'Vee di tempat magang. Tubuhnya lebih kurus. Kumisnya bersemayam di atas bibir. Pipinya tumbuh jerawat dengan kulit yang kusam. Rambutnya memanjang dan kusut. Mendengar itu, ingin rasanya aku mengomeli P'Vee. Merawat dia hingga dia tetap menjadi kekasihku yang tampan.

Teman-temanku sibuk dengan kegiatan mereka. Ada yang mengurus bisnis keluarga, ada yang bekerja paruh waktu, sibuk dengan organisasi maupun klub mahasiswa. Begitu pula aku, waktuku terkuras dengan klub renang dan mengajar di studio. Bukan tanpa alasan, aku berharap kegiatanku mengalihkan fokusku merindukan P'Vee. Percuma, rinduku tak bisa sembuh, P'Vee yang mampu menyembuhkan.

"Kamu tidak lelah memotretku?"

"Tidak. Aku tidak akan melewatkan objek semenarik dirimu."

"Bisa kamu hentikan, Thew! Orang-orang mengira aku menjalin hubungan denganmu dan putus dengan P'Vee!"

Suaraku meninggi. Banyak orang berspekulasi demikian. Apalagi Thew setiap hari memposting fotoku di media sosial. Aku khawatir P'Vee akan salah paham di sana.

"Itu yang aku harapkan."

"BRENGSEK!"

Bola mataku hampir keluar. Suara kerasku membuat mata di sekitar kolam renang mengarah pada kami.

"Hahaha.... Apa kamu serius menanggapi leluconku? Hai, aku sadar diri siapa lawanku. Pangeran pewaris dua kerajaan."

"Ish... kamu mengejutkan, brengsek."

"Hahaha...." Tawa Thew mengejekku.

"Tapi-" Kata Thew terputus. Matanya yang menatapku membuatku mengkhawatirkan kalimat yang akan dia sampaikan. "Jika kamu tidak bersama P'Vee lagi, bisakah kamu memilihku untuk bersamamu?"

Kalimat Thew terus berputar-putar dalam benakku. Bukan khawatir tentang Thew yang menginginkanku, tapi tentang aku yang tidak bersama dengan P'Vee. Itu mustahil. Ibarat pujangga mengatakan, kami telah ditakdirkan. P'Vee pemilik tulang rusukku.

Drrttt

Drrttt

Pemberitahuan datang dari akun media sosialku. Aku terlalu malas membukanya. Paling pemberitahuan beberapa akun mulai mengikutiku. Aku mengabaikan.

Hingga hari sore, aku bertahan di area kolam renang. Thew telah meninggalkanku karena harus pergi ke studio foto milik keluarganya. Tubuhku sudah berganti dengan seragam teknik.

"Nong, sendirian?"

Aku menengok kepada orang yang baru saja tiba. Membalas dengan sedikit senyuman dan wai.

"Hm. Sebentar lagi akan kembali. Phi mampir ke kampus dari magang, ada apa?"

"Ah, aku harus menemui dosen pembimbing. Beberapa minggu lagi magang selesai."

"Ohh..."

Ternyata waktu telah berlalu. Kalau begitu, tinggal beberapa minggu lagi juga aku akan bertemu P'Vee.

Tidak ada lagi pembicaraan diantara kami. Kami sibuk dengan pikiran atau mungkin sedang mencari topik apa yang mungkin dapat kami bicarakan.

"Hmm... Mark?"

Obsession || VeeMark / YinWar [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang