"Pelacur." Kalimat itu terucap beriringan dengan tetesan air mata membasahi kedua pipi Bara. Cowok itu benar-benar kecewa dengan apa yang Metana katakan padanya barusan.
Metana melotot, kedua tangannya terkepal kuat, rahangnya mengeras, derai air matanya tiada henti menghujani kedua pipinya. Metana merasa dunianya telah hancur. Orang yang dia sayang sudah tak akan lagi bisa dia genggam.
"Apa Lo bilang?"
"Hah?"
Bara menyentak tangan Metana yang terus memaksanya menatap mata perempuan itu.
"Lo pelacur, dengan gatau dirinya Lo tidur sama sahabat gue sendiri. Puas Lo! Puas udah bikin persahabatan gue sama Raga berantakan kaya gini!"
"ANJING!" Bara memukul tembok kokoh yang berada disampingnya dengan kepalan tangannya, Metana teriak histeris melihat Bara lagi-lagi merendahkannya.
"Gue bakalan gugurin anak ini, gue janji gue bakalan memperbaiki semuanya Bar, tolong percaya sama gue. Gue bakalan balik ke Lo."
Bara menggelengkan kepalanya, "Gaperlu, gue gaakan pernah terima orang yang udah ngancurin kepercayaan gue. Dan Lo bukan orang yang pantes buat gue kasih kesempatan kedua."
Bara mengerang, darah bercucuran ditangannya karena meninju tembok dengan brutal tadi. Bara marah, ia ingin sekali melampiaskan amarahnya sekarang. Namun, Bara masih bisa sadar kalau dia tak akan melampiaskan pukulannya kepada Metana.
"Bar, tolong. Gue yakin kita masih bisa perbaiki ini semua, tolong Bar, jangan tinggalin gue. Gue janji bakalan gugurin anak ini." Metana terus terisak, tangannya tidak berhenti mengguncang bahu Bara agar pria itu mau menerimanya kembali.
"Bangsat! Gausah nyoba buat memperbaiki semuanya. Piring kalau udah pecah, gaakan pernah bisa jadi satu lagi. Begitupun perasaan gue ke Lo. Semuanya udah gaada. Udah mati. Kita selesai sampai disini."
Metana menahan lengan Bara agar cowok itu tidak pergi, wajahnya sudah dibanjiri air mata, Bara tidak tahan lagi, dia mencintai Metana namun egonya memilih pergi meninggalkan perempuan itu dengan perasaan kecewa yang teramat besar.
"Enggak. Lo gaboleh ninggalin gue Bar." Metana menahan lengan Bara agar cowok itu tak bisa pergi, bahkan dia sampai jatuh karena tersandung tali sepatunya yang tak terikat dengan benar. Tangannya mencoba menahan kaki Bara, membiarkan cowok itu menyeretnya dan memberikan luka baru pada lututnya.
"Lo janji bakalan jaga gue sampai kapanpun.
"Dengerin gue, pelacur." Bara menarik rambut Metana membuat perempuan itu menatap matanya yang diliputi rasa benci.
"Anggap aja kita gapernah kenal, semua yang kita lakuin hanya sebatas simbiosis mutualisme sesama manusia. Kalo Lo butuh gue, sebut berapa harga Lo perjam. Ngerti!."
Bara menghempas tangannya yang tadi mencengkram rambut Metana dan menepis kasar tangan Metana sampai membuat perempuan itu kembali terjengkang diatas aspal.
"BARA ENGGAKK. LO GABOLEH NINGGALIN GUE." jeritnya tak terima.
"Bara yang gue kenal gaakan pernah ninggalin gue."
"Tolong bar. Jangan pergi."
Metana berteriak, tangannya memukul perutnya yang masih rata namun sudah dipastikan ada kehidupan disana.
"Anak sialan. Gue gamau punya anak kaya Lo. Pergi!"
Metana memukuli perutnya dengan kencang sampai akhirnya, Bara melihat Raga mengampiri perempuan itu dengan memeluknya seraya menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BCS : RAGALATIFA [SELESAI]
Jugendliteratur[TAHAP REPUBLISH] FOLLOW SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN SHARE KE SOSIAL MEDIA KAMU YA ♥️ Cover mentahan PINTEREST 📌 SUDAH TAMAT DIVERSI SEBELUMNYAA TAPI MASIH BANYAK TYPO 🤲 SEDANG TAHAP REVISI DAN REPUBLISH ULANG #Boysclubseries ****...