Extra part ~ 2 ( Bara dan Metana )

12.5K 888 75
                                    

Metana membuka pintu dan langsung tersenyum memeluk Latifa yang sedang menyusui Fany.

"Aduh, gemoy banget, sayangnya aunty. Lucu banget, siapa namanya?"

"Arga sama Fany." Metana memainkan pipi Fany dengan gemas. Senyumnya terukir jelas, sampai menangis.

"Si gembul sama si bawel kemana?"

"Tadi lagi ke supermarket sebentar, beli popoknya Eby, sama sekalian beli cemilan buat mereka."

"Aihh, gemes banget yallah. Gue jadi pengen punya bayi."

"Makanya cepet-cepet nyusul sama Kak Bara." Wajah Metana berubah saat Latifa menyebutkan nama Bara.

"Eh, kalian masih kan berdua?"

"Masih apa? Dari awal gue sama dia gak ada hubungan apa-apa."

"Tapi Lo sayang kan kak sama dia?"

"Sayang buat apa kalau udah kecewa." Latifa menggeser duduknya agar Metana bisa leluasa duduk disampingnya. Perempuan itu lantas tersenyum dan menggenggam sebelah tangan mungil Metana.

"Kak, ga sepenuhnya salah dia kok, kita semua turut andil salah dalam kepergian Abi, tapi bukan ini yang Abi inginkan. Abi cuma mau kita akur dan ga stuck mikirin dia terus. Hidup kita harus berjalan kalau kita mau dia bahagia dan tenang disana."

"Gue tahu Fa, gue kaya gini bukan karena nyalahin siapapun, gue yang bersalah disini. Kalo aja Abi bisa gue pantau, kalo aja dulu Abi ga gue lepas gitu aja. Kalo aja gue ga egois, gue pasti bisa nemuin pecahan puzzle ini. Gue terlalu sibuk mengejar cintanya Bara sampe gue lupa kalau Abi juga butuh kepastian tentang siapa bapaknya."

"Gue tahu Lo ibu yang baik kak, buktinya Lo mau lahirin Abi dengan normal pula."

"Itu juga karena Raga bilang dia mau tanggung bjawab sepenuhnya sama Abi. Kalo dia ga bilang gitu mana mau gue. Gue masih pengen seneng-seneng, belum mau punya anak." Latifa terkekeh geli mendengar perkataan Metana, iya dulu juga dia sempat ragu untuk menikah muda, dia takut tidak kuat akan rasa sakit melahirkan, dia juga takut kalau dirinya tidak sanggup merawat anaknya. Namun saat mengurus Abi dulu, Latifa malah jadi kepengen punya anak yang berasal dari rahimnya, untung saja Raga berhasil menghilangkan rasa traumanya yang secara paksa kena pemerkosaan dulu. Kalau bukan karena Raga, Abi, Eby, Arga sama Fany gamungkin bisa lahir kedunia sekarang.

"Bara tuh sayang sama Lo, ya mungkin apa yang Lo rasain sekarang dirasain juga sama Bara dulu," ucapan Latifa mampu membuat Metana menatapnya bingung.

"Maksudnya?"

"Iya, perasaan kecewa, gagal melindungi, dan perasaan bersalah pernah Bara rasain dulu. Tapi buktinya, dia tetep ada kan pas Lo butuhin. Cuma Lo prioritasnya, walaupun dia deketin Nessa buat balas dendam sama Raga tapi itu gabikim dia langsung suka sama Nessa. Itu tandanya dia ngejaga hati dia buat Lo yang sayangnya dia gatau sampai kapan. Dan sekarang waktunya."

"Menurut Lo gitu?"

Latifa mengangguk dengan tersenyum, "Dari semua yang terjadi sama gue dan Raga, kuncinya cuma satu, setiap ada masalah kalian harusnya menyelesaikan dengan kepala dingin. Tenangin diri Lo sedingin mungkin, sampai waktunya Lo bisa bersitatap sama dia tanpa rasa kecewa atau marah sama sekali. Itu lebih manjur buat nyelesain masalahnya."

"Memang orang bilang lebih cepat diselesaikan lebih baik, cuma tiap orang punya caranya masing-masing, kalo buat gue pribadi, menyelesaikan masalah langsung pas masalah itu lagi panas gak akan ngehasilin keputusan yang baik. Kita sama-sama diselimuti amarah, kesal dan berujung keputusannya kita ambil saat kita dalam keadaan emosi yang memuncak."

"Dan keputusan yang kita ambil saat emosi tidak akan pernah baik hasilnya. Malah nambah petaka."

Metana tersenyum getir mendengar penuturan Latifa, ia senang bisa mengenal Latifa lebih dalam. Perempuan itu memang jauh lebih dewasa dari dirinya. Mungkin karena Metana anak pertama dan sudah terbiasa apa yang dia inginkan harus selalu terwujud, itu mempengaruhi daya pikirnya juga. Metana tidak sampai sejauh itu memikirkan apa yang dipikirkan Bara, ia hanya memikirkan apa yang hatinya rasakan.

BCS : RAGALATIFA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang