LH 33: KECEWA

1.3K 327 433
                                    

Anca membalik-balikan buku di depannya dengan malas. Dia melirik ke arah jendela sebentar lalu kembali menghela nafas kasar.

Menghempaskan tubuhnya di kasur lalu mulai memainkan handphone-nya dengan posisi telungkup.

Lima menit kemudian ada panggilan masuk dari Aron, membuat Anca mengernyitkan dahinya bingung.

"Woy cabe!" Anca menjauhkan handphone-nya dari telinga, lalu meringis ngilu.

"Gak usah teriak, bisa gak lo?" Anca mendengus sebal.

Dapat didengarnya Aron terkekeh diseberang sana. "Iye-iye, maaf."

"Gue pinjem buku lo dong, gue kan baru masuk sekolah udah ujian aja."

"Siapa suruh masuk sekolah pas mau ujian."

"Gue sebenernya dari dulu udah disuruh masuk Adijaya, tapi gue-nya sibuk. Jadinya gue baru masuk sekarang."

"Nyenyenye."

"Serius bangs*t!"

"Lo gak salah minjem buku ke gue?" Anca mendengus lagi.

"Lah iya anjir! Gue ngapain nanya ke elo. Udah pasti zonk."

Anca memutar kedua bola matanya malas, "Gue matiin deh! Gak bermutu banget lo nelepon gue."

"Eh eh-"

Tut tut

Anca mematikan panggilannya sepihak, lalu menatap jendela kamarnya yang sama sekali belum ada tanda-tanda untuk diketuk.

***

"Kenapa?" Pertanyaan yang pertama kali keluar dari mulut Aldi. Matanya tak pernah lepas dari sosok di depannya ini.

Gea menatap Aldi sendu, mulutnya seolah mati rasa kala lelaki di depannya ini menatap dirinya dingin.

"A-aku minta maaf, a-aku gak tahu, Al. Itu tiba-tiba terjadi, i-ini ...."

"To the point."

"Kenapa kamu bersikap dingin kayak gini, Al?" Gea bertanya lirih.

"A-aku tahu aku salah, tapi jangan kayak gini, Al. A-aku kangen kamu yang dulu, aku ...."

"Lo yang ngerubah sifat gue ke elo, Ge."

Gea mendongakan wajahnya menatap Aldi, air matanya meluruh begitu saja disertai isakan kecil.

"Papah pa-papah aku Al ...." Belum sempat Gea berbicara, seseorang menarik tangannya kencang membuat Gea tertarik ke belakang.

"Anak tolol! Sudah saya bilang belajar ya belajar! Bukan malah main!" teriakan itu Gea dapat beserta tamparan keras di pipinya, membuat Gea tersungkur ke lantai.

Aldi tertegun, dia meraih tangan Jordan yang hendak menampar Gea kembali dah hal itu membuat Jordan mengeraskan rahangnya.

"Anak sialan kamu! Jauhi anak saya!" umpatnya pada Aldi.

"Liat tangan Gea." Aldi menggerakan dagunya ke arah Gea yang tersungkur. Dia melepaskan genggaman tangannya pada tangan Jordan lalu membantu Gea berdiri.

Aldi menyibak baju yang menutupi tangan Gea, lalu menunjukannya pada Jordan. Di sana terdapat banyak irisan silet. Itu membuat Jordan terkejut, tapi hanya sebentar sebelum rautnya kembali datar.

"Bahkan, om gak tahu kalo Gea punya tumor."

Rahang Aldi mengeras saat Jordan tak menunjukan ekspresi apapun, lalu berlalu dari sana bersama anak buahnya.

Logic & Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang