Sudah dua bulan lamanya setelah kepergian Gea yang meninggalkan isak pilu dan kerinduan, Aldi kembali ke rutinitas biasanya.
Berbeda dengan Anca yang merasakan Aldi yang kembali dingin setelah kepergian Gea. Dan Anca yang mulai menjauh dari Aldi membuat asumsi-asumsi putusnya mereka berdua menjadi beredar. Anca bukannya menjauhi Aldi, tapi Anca tahu jika Aldi membutuhkan ruang untuk menyendiri dan menenangkan pikirannya.
Belakangan ini, Aldi memang terlihat menyendiri, dia tak segan-segan membentak dan memukul jika ada orang yang mengusiknya. Dan Anca merasakan perbedaannya.
Hari ini, Anca duduk ditepi lapangan sambil mengusap peluhnya akibat pelajaran olahraga materi Sepak Bola tadi.
"Nih." Seseorang memberikan botol membuat Anca mendongak lalu tersenyum tipis saat menemukan Dalvin.
Mereka memang terlihat dekat akhir-akhir ini, jadi Dalvin tak segan-segan memberikan seluruh atensinya pada Anca.
Dalvin mendudukan dirinya di samping Anca lalu melirik Anca sebentar sebelum kembali melihat ke depan.
"Lo gak ada kelas?" tanya Anca sambil membuka tutup botolnya.
"Gue bolos."
Anca mengangguk mengerti, kedekatannya akhir-akhir ini dengan Dalvin membuat Anca tahu jika Dalvin bukanlah siswa pintar yang sering dielu-elukan oleh guru.
Dalvin menatap Anca yang berada di sampingnya. "Ca, gue suka sama lo."
"Uhuk! Uhuk!" Anca memukul-memukul dadanya untuk mengeluarkan air yang masuk ke mulutnya akibat kaget tadi.
Dalvin terkekeh. "Maaf buat lo kaget." Sementara Anca hanya terdiam dengan raut wajah bingung.
Bruk!
Dalvin menyingkirkan bola yang hendak menubruk Anca. Lalu melirik Selina yang cengengesan. Selina masuk ke SMA Adijaya satu bulan yang lalu.
"Maaf, Ca!" teriak Selina sambil menunjukan v sign-nya. Lalu berlalu dari sana sambil memberikan umpannya kepada teman satu kelompoknya.
"Woy, Ca! Anterin gue ke Toilet, mau boker!" teriakan dari Cindy membuat Anca menoleh.
Anca melirik ke arah Dalvin dengan kikuk, Dalvin tersenyum tipis lalu menganggukan kepalanya.
"Gue masih pacaran sama Aldi, rumor putus itu salah," ujar Anca pada Dalvin sebelum berlalu dari sana.
Sementara Dalvin hanya terdiam lalu tersenyum pahit. Setidaknya, rasa yang dulu ia simpan telah tersampaikan walaupun tak mendapatkan balasan yang dinginkan.
***
"Lo tunggu diluar, jangan ngintip!" Cindy berujar dengan mata melotot membuat Anca mengangguk malas.
"Siapa juga yang mau ngintip lo!" Anca berdecak kesal.
"Lo kan dulu suka bintitan karena sering ngintipin gue mandi," balas Cindy.
"Halu! Mana pernah gue ngintip lo."
"Halah, diem di sini lo. Jangan kemana-mana atau gue kasih ingus landak," ancam Cindy lalu masuk ke dalam toilet untuk mengurus urusan alamnya.
"Iya-iya!"
"Cin, gue nunggu diluar, ye. Kalo lo ketemu hantu, gak usah teriak, pendem sendiri. Jangan suka ngeluh deh," ujar Anca sambil mengetuk bilik Toilet Cindy.
Anca berlalu dari sana setelah mendapatkan umpatan dari Cindy.
"Segarnya epribadiii!" Anca berteriak sambil merentangkan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Logic & Heart
Teen Fiction[Follow dulu sebelum membaca] [Completed] *** Anca Zabryna, cewek yang mendapatkan peringkat terburuk diangkatan kelas 11. Sifat kekanak-kanakan dan receh tak lepas dari diri Anca. Cewek ini gampang tertawa juga gampang menangis. "Jadi kemaren lo li...