LH 09: SIAPA KORUPTORNYA?

1.7K 533 294
                                    

Anca turun dari Bus dengan langkah tergesa-gesa. Di belakangnya, Aldi tengah berjalan dengan langkah santainya sambil menenteng satu tas yang bercorak Doraemon.

Aldi menarik kerah belakang Anca saat cewek itu berada di depannya. Anca yang ditarik, mundur beberapa langkah.

"Aldi anj*ng! Lepasin kerah baju gue bego!" teriak Anca, baju sekolah yang memang didesain sepinggang tertarik beberapa senti ke atas. Untung saja Anca memakai dalaman, jika tidak sudah pasti perut Anca akan terlihat.

Aldi melepaskan tarikannya saat Anca sudah berada di sampingnya. "Nih," ujarnya sambil memberikan tas bercorak Doraemon itu kepada Anca.

"Gak usah tarik-tarik baju gue juga dong! Kalo gue mati kecekek gimana? Lo mau gue gentayangin hah?!" sungut Anca, tangannya bergerak mengambil tas yang ada di tangan Aldi.

"Anca!" panggilan itu membuat Anca dan Aldi menoleh ke arah belakang, di belakangnya Cindy tengah melambai-lambaikan tangannya.

Mampus gue, batin Anca.

"Hai, Pagak Kegetogos! Agapaga kagabagarege? Sagayaga Cigindygi tegemegen Agancaga." Aldi mengernyitkan dahinya bingung saat Cindy berbicara seperti itu.

Anca menepuk jidatnya sendiri mendengar omongan absurd sahabatnya ini.

Aldi menyenggol bahu Anca, membuat Anca menoleh ke arahnya.

"Bahasa apa?" tanya Aldi tanpa suara. Aldi akan mempelajari bahasanya jika sudah mengetahui bahasa apa yang digunakan oleh teman Anca ini.

"Bahasa setan," jawab Anca tanpa suara.

"Udahlah ayo! Gak usah ladenin orang sesat," ajak Anca sambil menarik lengan Aldi.

"Anca tunggu gue anjir! Enak aja bilang gue sesat," gerutu Cindy sambil berjalan mengikuti Anca yang menarik Aldi.

"Lo emang sesat, kemaren gue liat lo ngejailin anak kecil depan komplek, kan? Sampe tu anak nangis?" tanya Anca.

"Tu anak ngelunjak anjir, masa ngatain gue mirip Isyana Saraspati. Padahalkan emang bener," jawab Cindy menggebu-gebu.

"Punya temen bego amat."

"Siapa yang lebih bego? Peringkat gue sama lo tinggian siapa?"

"Gue ke 412 lo keberapa?"

"Gue ke 399. Tinggian gue lah!"

"Tinggian gue, 412 sama 399 gedean yang mana?"

"412 sih ..." jawab Cindy sambil menggaruk kepalanya.

"It-" baru saja Aldi hendak berbicara, tapi Cindy memotongnya. Dia ingin berbicara bahwa kelasnya sudah terlewat tapi Anca masih menarik tangannya.

"Gak gitu konsepnya, Sumiarti!"

"Kan emang 412 tuh tinggi."

Mereka berdebat sambil berjalan dan tidak memperhatikan sekitarnya.

"Bodolah, pusing gue," ujar Cindy frustasi. Sementara Anca tersenyum kemenangan.

"Ca, lo ngerasa gak sih?" tanya Cindy, dia merasa ada sesuatu yang ganjal.

"Apa? Jantung berdegup? Bisa nafas? Baru nyadar lo kalo bisa nafas? Cin, lo hidup gak nafas?" tanya Anca.

"Bego, lo ngerasa diperhatiin sama satu sekolah gak sih?" tanya Cindy sambil menatap sekeliling.

Dia menepuk jidatnya sendiri saat tahu sejenis makhluk apa yang Anca bawa bersamanya.

"Jadi pacaran Aldi beneran sama Anca!" teriakan itu berasal dari mulut Tania, dia melengok ke arah jendela sambil menatap ke arah Aldi, Anca dan Cindy.

Logic & Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang