Chapter 13

712 116 65
                                    

Usai meninggalkan rasa malu di restoran tadi, Ryn akhirnya bisa lebih tenang ketika sampai di apartemen dan bertemu dengan kasur kesayangan. Masih memandangi kartu nama milik seseorang yang bekerja di kementerian itu, ponsel di nakas bergetar.

Ponsel satu ini khusus berisi kontak keluarga dan orang-orang di rumah, tadi pagi sengaja ditinggal sebab Ryn enggan diganggu ketika bekerja.

Pram
calon suami mbak sejak tadi nungguin di rumah. bapak lagi ngga ada... gimana ini mbak?

Ryn mengabaikan pesan tersebut. Biarlah Pram-asisten pribadinya di rumah-menjamu tamu tak diundang itu lebih dulu. Ryn terlanjur malas bertemu dengan si calon suami sebab ternyata saat Sehan memberitahu lokasi bertemu, dirinya salah ketik nama tempat, sehingga berakhir dengan Ryn yang nyasar ke restoran lain.

Café Luxor, adalah tempat yang dimaksud oleh Sehan dalam pesan. Tetapi karena kesalahan pengetikan-entah pun auto-correct dari keyboardnya, malah menjadi Café Luxe. Café Luxe inilah tempat ia bertemu pria mirip Junaedi. Jadi, ketika pria tadi mengatakan bahwa dia yang menyewa seluruh tempat, itu benar adanya. Makin malu lah Ryn jadinya.

"Aish! Sehan Monyet! Udah salah kirim alamat, nggak minta maaf, lagi. Monyet!"

Kembali ke kartu nama, ia sedikit tenang. Lamat-lamat membaca semua tulisan yang tertera di sana. Spesialis Konservasi Terumbu Karang, itu pekerjaan Junaedi KW. 25 tahun hidup, Ryn baru mendengar jenis pekerjaan ini. Silakan sebut Ryn kurang banyak belajar, karena memang nampaknya begitu.

"Berapa persen kemungkinan Junaedi punya kembaran di dunia ini?" Ryn pernah dengar bahwa tiap manusia punya tujuh kembaran, tapi apakah memungkinkan jika berada di satu negara? Mungkin aja, kalau memang Juna terlahir kembar. Namun wajah serupa tapi tak sama, alias beda ibu dan bapaknya, rasanya sangat jarang, bukan?

"Junaedi asal Surabaya, Gardapati Arjuna ini orang mana ya...?"

Masih sibuk berpikir, pesan Pram masuk kembali, kali ini berhasil membuat Ryn bangkit dan ngebut pulang ke rumah keluarga.

***

Pram
calon suami mbak bertingkah. kalo mbak ngga datang ke sini sekarang juga, katanya dia mau ngacak-ngacak rumah.

Begitulah pesan yang membuat Ryn menginjakkan kaki di sini. Namun saat ia menemukan keberadaan Sehan di ruang keluarga, duduk tenang tanpa berbuat apa-apa, bahkan makan camilan yang disuguhkan pun tidak, rasa-rasanya Ryn ragu pesan Pram tadi betulan atau jebakan semata.

"Itu dia udah tenang, Mbak. Tadi grasak-grusuk, serius. Minta dibuatkan makanan karena selama nungguin mbak di tempat ketemuan, dia nggak makan sama sekali. Katanya nggak sopan makan duluan tanpa mbak. Jadi pas makanan untuk dia udah jadi, dia minta mbak datang ke sini, kalo nggak, rumah ini mau dirubuhkan. Begitulah ceritanya." Pramoedya, atau akrab disapa Pram, berbisik memberitahu sang nona tanpa diminta. Setidaknya ia ingin meluruskan keadaan, takutnya si nona mengira ia berbohong, makanya lekas menjelaskan situasinya.

"Sehan Zacky!"

"Zachary," koreksinya. Langsung berdiri begitu Ryn kasak-kusuk mendekati untuk siap memarahi. Namun tak mengizinkan wanita yang lebih tua darinya itu buka mulut, Sehan menimpali, "Akhirnya kamu datang, ayo makan."

"Hei! Seenak nenek moyangmu kamu di sini ya...!" Ryn tegak pinggang memerhatikan dia melenggang ke dapur. Sebenarnya bukan itu yang dipermasalahkan, tapi... "Siapa yang bolehin dia pakai sendalku itu?"

"Nggak tau, mbak. Masnya tadi ambil sendiri di sana." Pram menunjuk rak khusus penyimpanan sendal rumahan. "Nggak ada yang berani larang, soalnya dia bilang kalo dia itu calon suami mbak Ryn."

A Love for JunaediTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang