-Something in Arjuna's Mind-

351 93 24
                                    

Januari 2021, jauh sebelum bertemu Camellia di Pulau Badi, Juna lebih dulu mengenalnya.

Pertemuan pertama mereka bahkan Juna abadikan dalam buku diary.

Hari ini bekerja bersama spesialis konservasi kelautan asal Raja Ampat, saya banyak belajar darinya, rupanya dia bekerja untuk perusahaan jasa wisata milik seseorang yang saya kenal. Kami bersinergi memberikan edukasi kepada wisatawan tentang pentingnya perlindungan lingkungan laut, kami juga memastikan aktivitas wisata yang ada di sini tidak merusak lingkungan laut sehingga mereka bisa percaya pada perusahaan sebagai pelaku pariwisata yang bertanggung jawab. Di antara semua, hari ini ada sesuatu yang sedikit berbeda, saya melihat makhluk Tuhan yang nampak lebih mencolok dari yang lain, dia membawa kamera yang bahkan lebih besar dari wajahnya, bersemangat sekali merekam penjelasan saya dan rekan setelah kami beri izin untuk dokumentasi, katanya dia mau memasukkan rekaman itu ke channel YouTube, saya penasaran video seperti apa yang pernah dia unggah, jadi saya bertanya nama kanalnya dan dia memberitahu; nama kanalnya serupa bunga; indah; bermekaran; berguguran; Camellia's bloom.

***

Arjuna berdiri di atas perahu kayu yang bergetar lembut di tengah lautan biru Raja Ampat. Aroma garam laut tercium berkat angin sepoi-sepoi yang membelai wajahnya. Di sekeliling, pulau-pulau kecil berjejer indah—tak heran, inilah lukisan Tuhan yang sebenarnya.

Hari itu, Juna bersiap mengedukasi sekelompok wisatawan tentang pentingnya konservasi laut.

"Baiklah, selamat datang di surga bawah laut negeri kita!" serunya semangat, diiringi tepuk tangan riuh. Jangan lupakan senyumnya yang merekah sempurna.

"Di sini, kita ngga hanya menikmati keindahan alam, tapi juga belajar mengenai cara melindunginya."

Ryn ada di sana. Satu-satunya wisatawan yang memegang kamera di tangan —dia merekam setiap momen sejak tadi. Juna bahkan tak tahan untuk tidak melirik ke arah mata yang berbinar-binar manakala ia menjelaskan tentang ekosistem terumbu karang yang kaya di sekitar Raja Ampat.

"Emangnya kenapa harus dijaga, sih? Kan, cuma batu-batu biasa? Nggak punya nyawa juga."

Celetukan sang puan tak serupa dengan elok parasnya. Juna kalau tidak sedang kerja, sepertinya ingin menarik bibir sang wanita untuk dikasih lem saja. Namun di sisi lain, kasihan, namanya juga orang tidak paham. Dan anehnya, orang yang sejak tadi sulit paham inilah yang menarik perhatiannya.

"Siapa nama panggilanmu?"

"Ryn Camellia Soebagio. Soebagio nama keluargaku. Ryn nama panggilan, dan Camellia nama tengah."

Benar-benar menyebalkan. Ingin Juna menyahut seperti ini; yang mau tahu lebih jelas, siapa? Kan, cuma nanya nama panggilan saja.

Namun kali itu dia tersenyum sabar. "Ryn, terumbu karang bukan hanya sekadar batu. Mereka adalah rumah bagi lebih dari 2.000 spesies biota laut. Tanpa mereka, banyak ikan dan makhluk laut lainnya yang kehilangan tempat tinggal."

"Jadi kalau terumbu karang rusak, semua makhluk ini juga akan terancam?"

"Betul sekali!" jawab Juna antusias, meski menahan kesal sebab perempuan itu bertanya tapi fokusnya hanya pada posisi kamera. "Dan itulah sebabnya kita perlu menjaga kebersihan laut dan engga merusak habitat mereka saat snorkeling ataupun menyelam."

A Love for JunaediTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang