Yang Ryn lakukan pertama kali ketika memasuki rumah usai membersihkan diri di kamar mandi adalah menuju dapur untuk melihat apa yang dilakukan sang pria, namun sesampainya di sana, batang hidungnya pun tak kelihatan.
"Junaedi…?"
Langkahnya kembali ke ruang tengah, lanjut mengetuk pintu kamar lelaki itu, saat tak kunjung menerima respon, Ryn memutar kenop pintu dan mengintip ke dalam, kamarnya gelap, lampunya belum dihidupkan.
"Junaedi? Kamu di dalam?"
Otak Ryn menyuruhnya melangkah memasuki kamar, namun sang hati menolak melakukan itu, sebab merasa tak sopan baginya seorang perempuan berada di kamar lelaki yang bahkan baru dua hari ini dia kenal, tapi setelah dipikirkan lebih dalam, kamar ini bukanlah kamar asli pria itu sebab mereka sama-sama menumpang di rumah yang dikasih pinjam sama kepala desa, jadi setelah dipertimbangkan, ia melangkah juga dengan hati-hati.
Tangan Ryn mendorong pintu agar terbuka lebar, lantas mencari di mana sakelar berada, setelah ditemukan, ia segera menghidupkan lampu kamar dan langsung tak percaya dengan penampakan ruangan di depan mata. Dari penampilannya, Ryn memang menyangka bahwa Juna bukan orang yang sangat perfeksionis dilihat dari rambutnya yang agak panjang dan kadang acak-acakan, namun Ryn tak menyangka bahwa dia akan seberantakan ini. Selimutnya tergeletak dengan tidak hormat di lantai, belum lagi baju-baju yang seolah mendobrak pintu lemari hingga tergantung manja menjelang jatuh. Masalahnya apa susahnya dia menutup pintu dengan benar setelah mengambil pakaian? mengapa tempat ini harus nampak seperti TKP kemalingan? Ryn berpindah ke nakas, secangkir ampas kopi dibiarkan diam begitu saja tanpa berniat untuk dibawanya ke dapur, padahal Ryn yakin kopi itu sudah sejak tadi pagi diminum habis.
Alih-alih melanjutkan mencari keberadaan Juna yang hilang bak dilahap Dementor, Ryn mulai bergerak membereskan kekacauan ini, meski tubuhnya masih dibalut jubah mandi, tak menyurutkan mulutnya dalam mengomeli perangai Juna yang sungguh kurang bermartabat.
"Jorok banget! Ew, ini yang katanya kemarin sangat menjaga kebersihan? Cih!"
Beralih ke lemari, dia menyusun ulang baju-baju Juna yang berserakan, kemudian secara tak sengaja saat menutup pintu almari, dia mendorongnya terlalu kencang sehingga sebuah buku terjatuh dari atasnya. Ryn lantas jongkok, menepuk sedikit sampul yang berdebu, lalu membuka halaman pertama dan menemukan sebait tulisan yang berbunyi;
'Hari pertama jadi trainer nelayan di Lombok, orang-orangnya ramah dan mau mendengarkan, terumbu karangnya sudah direstorasi dan jadi lebih terawat.' Di bawah tulisan tersebut, terdapat sebuah foto yang mulai pudar, foto itu memperlihatkan Juna berada di tengah bapak-bapak yang semuanya menggunakan kaos bergambar lautan dengan pohon kelapa di pinggirnya.
Ryn menjadi lebih tertarik untuk menggeser lembar selanjutnya, dan menemukan tulisan serta foto namun dengan latar berbeda.
'Hari kedua jadi trainer, semua orang masih baik, kami membuat dokumentasi menggunakan drone dan anak-anak antusias menonton.'
Lanjut ke halaman berikutnya, isinya nyaris serupa ; mengenai kegiatan Juna dalam membina nelayan di berbagai daerah perairan di Indonesia.
"Nampaknya dia nelayan yang punya status lebih tinggi dibanding yang lain," puji Ryn saat melihat foto-foto Juna.
Sampai ke sebuah lembar, isi tulisannya lebih panjang hingga memenuhi satu halaman dan tidak ada foto di bagian itu. Ryn mundur dan bersandar ke lemari, tak menyadari beberapa barang di atas lemari itu mulai berpindah posisi hingga nyaris jatuh.
'Hari ini bekerja bersama spesialis konservasi kelautan asal Raja Ampat, saya banyak belajar darinya, rupanya dia bekerja untuk perusahaan jasa wisata milik seseorang yang saya kenal. Kami bersinergi memberikan edukasi kepada wisatawan tentang pentingnya perlindungan lingkungan laut, kami juga memastikan aktivitas wisata yang ada di sini tidak merusak lingkungan laut sehingga mereka bisa percaya pada perusahaan sebagai pelaku pariwisata yang bertanggung jawab. Di antara semua, hari ini ada sesuatu yang sedikit berbeda, saya melihat makhluk Tuhan yang nampak lebih mencolok dari yang lain, dia membawa kamera yang bahkan lebih besar dari wajahnya, bersemangat sekali merekam penjelasan saya dan rekan setelah kami beri izin untuk dokumentasi, katanya dia mau memasukkan rekaman itu ke channel YouTube, saya penasaran video seperti apa yang pernah dia unggah, jadi saya bertanya nama channelnya dan dia memberitahu—
KAMU SEDANG MEMBACA
A Love for Junaedi
Genç Kız EdebiyatıSederhananya, Ryn hendak berlibur ke Makassar dan berakhir kena tipu orang. Semua barangnya diambil, lantas dirinya dalam keadaan pingsan dibuang ke Pulau Badi, Sulawesi Selatan. Di sana ia bertemu Junaedi. Pria yang mengaku-ngaku sebagai nelayan it...