Ryn, yang semula memimpikan liburan eksotis di Makassar, malah terjerat dalam mimpi buruk penipuan. Terbangun dalam kondisi linglung di sebuah pulau terpencil bernama Badi, Sulawesi Selatan, semua miliknya telah raib. Takdir mempertemukannya dengan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[speedboat Juna bentuknya seperti ini]
***
"Ryn, barusan aku dapat telepon dari nomormu, ternyata hapemu sekarang ada sama pihak kepolisian. Yang nipu kamu kemarin udah ketangkap karena banyak korban yang laporin. Sekarang kamu diminta datang ke Polsek Pelabuhan Makassar, ambil semua barang-barangmu."
Begitulah panggilan tiba-tiba dari Gigi tadi membuat Ryn tersenyum puas usai keluar dari kantor polisi dengan membawa semua barang-barang mahalnya. Di samping mobil yang Juna sewa untuk membawanya ke sini, pria itu bersandar memandangnya perlahan mendekat.
"Semua uangku udah balik, sekarang aku akan traktir Pak Juna makan-makan sebagai bentuk balas budi karena udah nolongin aku beberapa hari terakhir."
"Jadi kebaikan saya hanya senilai dengan makanan, ya?"
Ryn semula tersenyum manis, lekas menabok badan Juna menggunakan tas keluaran Saint Laurent itu. "Nggak usah banyak tingkah, deh, Pak. Aku udah sangat baik lho ini."
"Baik apanya kalau saya ditabok mulu?" Juna melengos, langsung memasuki mobil meninggalkan Ryn melongo di luar.
"Biaya sewa mobil berapa, Pak? Biar kuganti uangmu tadi, sekalian sama uang sewa speedboat, biar aku yang bayarin. Duitku banyak banget," kata Ryn begitu kendaraan roda empat ini sudah melaju di jalanan.
"Kamu sengaja ngomong begitu biar saya tahu kamu kaya raya?"
Ryn lagi-lagi mendengus jengkel, kepada Juna ia mencubit lengannya, berhasil membuat pria itu mengaduh.
"Hei! Kamu tuh, bisa kena pidana, nyiksa saya terus. Saya udah ditabok, dicubit, belum lagi dimarahin padahal nggak salah, dikatain kambing, terus telinga saya pun sakit karena kamu keseringan teriak. Kamu bisa saya tuntut."
"Kamu juga bisa saya laporin ke pihak berwajib karena hampir bikin aku mati di laut, Pak! Nggak ingat, situ udah narik rambutku sampai nyaris botak?"
"Hiperbola sekali ucapanmu." Juna melempar tatapan heran pada Ryn, kemudian kembali fokus menyetir. "Camellia, biar saya beritahu kamu, orang yang tenggelam itu posisinya udah sakaratul maut. Dalam hal ini, kalau saya meluk kamu waktu itu, refleks pertamamu adalah menekan badan saya agar kamu bisa naik ke atas dan menghirup oksigen. Jelas itu sebuah kerugian besar bagi saya yang niat awalnya mau menyelamatkan. Cara paling tepat menyelamatkan kamu waktu ya narik rambut. Dengan begitu saya bisa bawa kamu ke permukaan, dan kita berhasil selamat."
Usai menerima pelajaran baru dari Juna, Ryn hanya bisa manggut-manggut. Kalau sudah begini, ia jadi merasa bersalah karena waktu itu pura-pura tenggelam demi narik perhatian si lelaki. Namun di lain sisi, Ryn enggan untuk mengakui karena takut akan dimarahi Juna. Jadi, ia pun duduk anteng setelah berdeham kecil mengenakkan situasi.