Chapter 10

568 106 20
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Note: speedboat Juna bentuknya seperti ini, tapi atapnya nggak ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Note: speedboat Juna bentuknya seperti ini, tapi atapnya nggak ada. Bisalah ya dibayangkan seberapa gerah sewaktu mereka terjebak di tengah laut XD]

***

"Ryn, barusan aku dapat telepon dari nomormu, ternyata hapemu sekarang ada sama pihak kepolisian. Yang nipu kamu kemarin udah ketangkap karena banyak korban yang udah laporin. Sekarang kamu diminta datang ke Polsek Pelabuhan Makassar, ambil semua barang-barangmu."

Begitulah panggilan tiba-tiba dari Gigi tadi membuat Ryn tersenyum puas usai keluar dari kantor polisi dengan membawa semua barang-barang mahalnya. Di samping mobil yang Juna sewa untuk membawanya ke sini, pria itu bersandar memandangnya perlahan mendekat.

"Karena semua uangku udah balik, sekarang aku akan traktir Pak Juna makan-makan sebagai bentuk balas budi karena udah nolongin aku beberapa hari terakhir."

"Jadi kebaikan saya hanya senilai dengan makanan, ya?"

Ryn yang semula tersenyum manis, lekas menabok badan Juna menggunakan tas keluaran Saint Laurent itu. "Nggak usah banyak tingkah, deh, Pak. Aku udah sangat baik lho ini."

"Baik apanya kalau saya ditabok mulu?" Juna melengos, langsung memasuki mobil meninggalkan Ryn melongo di luar.

"Biaya sewa mobil berapa, Pak? Biar kuganti uangmu tadi, sekalian sama uang sewa speedboat, biar aku yang bayarin," tanya Ryn begitu kendaraan roda empat ini sudah melaju di jalanan.

"Kamu sengaja ngomong begitu biar saya tahu kamu punya banyak uang?"

Ryn lagi-lagi mendengus jengkel, kepada Juna ia mencubit lengannya, berhasil membuat pria itu mengaduh.

"Hei! Kamu tuh, bisa kena pidana, nyiksa saya terus. Saya udah ditabok, dicubit, belum lagi dimarahin padahal nggak salah, dikatain kambing, terus telinga saya pun sakit karena kamu keseringan teriak. Kamu bisa saya tuntut."

"Kamu juga bisa saya laporin ke pihak berwajib karena hampir bikin aku mati di laut, Pak! Nggak ingat, situ udah narik rambutku sampai nyaris botak?"

"Hiperbola sekali ucapanmu." Juna melempar tatapan heran pada Ryn, kemudian kembali fokus menyetir. "Camellia, biar saya beritahu kamu, orang yang tenggelam itu posisinya udah sakaratul maut, dia akan berusaha meraih apa pun untuk membuat badannya muncul ke permukaan. Dalam hal ini, kalau saya meluk kamu waktu itu, refleks pertamamu adalah menekan badan saya agar kamu bisa naik ke atas dan menghirup oksigen. Jelas itu sebuah kerugian besar bagi saya yang niat awalnya mau menyelamatkan. Cara paling tepat menyelamatkan kamu waktu ya narik rambut. Dengan begitu saya bisa bawa kamu ke permukaan, dan kita berhasil selamat."

A Love for JunaediTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang