7. Semalam di Gunung Xuan Bagaikan Mimpi (2)

402 52 8
                                    

Begitu keempat orang ini melihat benda tersebut keluar dari kotak, tanpa komando mereka langsung membiarkan Yan Yingzhou dan terbang menuju ke benda tersebut, sedangkan Yan Yingzhou menjadi sangat panik, berteriak keras, dan ikut melompat terbang.

Bai Fengxi baru saja mengalahkan ke enam orang tersebut ketika mendengar teriakan Yan Yingzhou, berbalik badan melihatnya dan langsung melambaikan tangannya sekali, selendang putih terbang keluar dan melilit benda tersebut, begitu dia membuka telapak tangan kirinya, benda itu langsung jatuh di tangannya, rasanya dingin.

Yang Yingzhou begitu melihat Bai Fengxi menangkap benda tersebut, mau tidak mau langsung berteriak panik: "Jangan!"

Bai Fengxi melihat reaksinya seperti itu, tahu kalau dia panik karena benda ini, jadi terbang ke depannya, menenangkannya: "Tenang saja, saya tidak akan menghilangkan barangmu."

Yan Yingzhou malahan dengan cepat memungut kain dari buntalannya, menangkap tangan Bai Fengxi dan berseru dengan suara rendah: "Lepaskan!"

Bai Fengxi yang melihat dia begitu mementingkan benda ini, dalam hatinya agak sedikit kecewa, dia melepaskan tangannya dan benda itu jatuh ke kain, tetapi dia berkata dengan datar: "Saya tidak akan merebut barangmu." Sebelum berkata ujung matanya sudah melihat orang-orang berpakaian hitam itu sudah mengelilingi mereka lagi, dalam sekejap melambaikan tangan kanannya lagi, selendang putih membawa kekuatan penuh menghajar empat orang tersebut, keempat orang ini tidak keburu menghindar, langsung dipukul selendang putih sampai jatuh ke tanah.

Yan Yingzhou mencengkeram pergelangan tangan kiri Bai Fengxi, jarinya melambai, menotok titik jalan darah pergelangan tangan kirinya, kemudian mengangkat kepala dan dengan panik berkata kepada Bai Fengxi: "Kamu cepat minum beberapa obat!"

Bai Fengxi melihat tampangnya yang panik ketakutan jadi waspada, ketika menundukkan mata, menemukan kalau telapak tangan sebelah kirinya sudah berubah menjadi warna ungu, dan warna ungu ini masih terus mengalir ke atas terus melewati pergelangan tangannya, walaupun Yan Yingzhou sudah menotok titik jalan darahnya, tetapi itu hanya menahan pergerakannya sedikit saja. Dia langsung tahu kalau benda itu ternyata dilapisi racun yang mematikan, dan karena dirinya sudah memegang barang itu jadi terkena racun. Dia langsung mengeluarkan pil hati buddha dari sakunya dan menelan dua butir sekaligus.

Beberapa saat kemudian, orang-orang berpakaian hitam ini sudah berhasil mengumpulkan tenaganya kembali, dan kembali mengepung mereka.

Keduanya saling berpandangan, kemudian secara bersamaan melompat mundur ke belakang dan melarikan diri, menuju ke dalam hutan yang lebat. Saat ini keduanya yang satu cedera berat, yang satu lagi keracunan hebat, sudah tidak mungkin lagi bertarung dengan sepuluh orang tersebut, sedangkan siapa tahu masih ada berapa orang lagi di belakang ke sepuluh orang itu?

Yan Yingzhou menarik Bai Fengxi terbang melarikan diri, di awal masih bisa mengikutinya, tetapi lama kelamaan dia merasa kekuatan di seluruh badannya sedikit demi sedikit hilang, badannya semakin lama semakin melemah, kepalanya semakin berat, dadanya seperti tertekan oleh entah benda apa, bernafas pun susah, langkahnya jadi pelan.

Sedangkan Yan Yingzhou itu sudah cedera tambah cedera, kekuatan dan kesadarannya sudah semakin mundur, ditambah lagi mengeluarkan tenaga untuk melarikan diri, sebentar kemudian badannya sudah kecapaian, terhuyung-huyung sekali, keduanya bersamaan terjatuh di tanah.

"Kamu pergi sendiri saja." Bai Fengxi berkata dengan nafas putus-putus. Suaranya sudah melemah, pandangan matanya mulai kabur, mau tidak mau jadi menertawakan diri sendiri, biasanya dia yang selalu mempermainkan dan membunuh orang, ternyata tidak menyangka bisa mengalami hari ini dimana duduk melipat tangan menunggu maut datang.

Yan Yingzhou hanya melihat dia sekali, bola matanya terlalu dalam, seperti ada sesuatu yang sakit menusuk dirinya, membuat dia kembali tersadar sedikit, menggelengkan kepalanya dan mengedipkan matanya, malahan jadi menyadari kalau wajah yang keringatnya menetes itu benar-benar tampan, ekspresinya juga sangatlah gigih dan bertekad.

Who Rules The World (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang