10. Cahaya Pedang seperti Salju Manusia seperti Bunga (1)

378 55 5
                                    

"Piao Er, apakah malam itu kamu lihat jelas tidak para pembunuh itu?"

Di luar kota Ruan, seekor kuda putih berjalan perlahan, diatas kuda naik dua orang, yang duduk di depan adalah Han Piao, yang duduk di belakang adalah Bai Fengxi.

Han Piao menggelengkan kepalanya, "Saya melihat orang-orang itu, tetapi semuanya mengenakan penutup muka jadi tidak terlihat wajahnya."

"Tidak terlihat wajah ya...." Alis Bai Fengxi sedikit mengkerut, "Kalau begitu mereka menggunakan senjata apa?"

"Pedang, mereka semua menggunakan pedang yang sangat lebar dan sangat besar." Han Piao berkata.

"Pedang....." Alis Bai Fengxi mengkerut kembali, "Kalau begitu kamu ingat tidak mereka menggunakan jurus apa?"

Han Piao menggelengkan kepala lagi, "Begitu orang berpakaian hitam itu datang, ayah langsung menyembunyikan saya, katanya kalau dia tidak memanggil saya jangan sekali-kali keluar, karena itu kejadian selanjutnya saya sudah tidak tahu."

"Aih, kamu apapun tidak tahu, jadi suruh kita pergi cari dimana orang berpakaian hitam itu." Bai Fengxi jadi mengangkat tangannya mengetuk kepala Han Piao, "Kamu seumur hidup ini masih mau membalas dendam tidak?"

Han Piao yang mendengar Bai Fengxi berkata begitu jadi merasa sedikit kesal, "Tentu saja mau! Walaupun saya tidak tahu dari mana mereka, tetapi saya tahu orang-orang ini datang ke rumah karena resep obat, karena saya dengar kalau mereka meminta ayah saya menyerahkan resep obat."

"Tidak heran semua obat di rumahmu habis dicuri, sedangkan resep obat ini sekarang ada di tanganku —" Bai Fengxi memegang dagunya, di matanya bersinar nakal, "Kalau kita melemparkan rumor kalau resep obat keluarga Han sekarang ada di tanganku, maka orang yang mencari resep obat keluarga Han semuanya akan datang mengejar, orang-orang berpakaian hitam itu juga pasti akan datang mengejar kita."

"Kamu.... kalau kamu berbuat demikian, semua orang di bawah langit akan datang mengejar dan membunuh kamu!" Han Piao yang mendengarnya jadi berseru, "Kamu sudah tidak sayang nyawa lagi!" Walaupun dia masih kecil, tapi urusan seperti begini dia sangat mengerti.

"Kok begitu bicaranya!" Bai Fengxi kembali mengetuk kepalanya.

"Aiyo, jangan mengetuk saya." Han Piao menutup kepalanya sambil berseru kesakitan.

"Bocah laki, apakah kamu takut kepada orang-orang itu?" Bai Fengxi menggodanya.

"Tentu saja saya tidak takut!" Han Piao membusungkan dadanya, wajah kecilnya yang tampan diangkat tinggi-tinggi, "Kamu saja tidak takut, saya yang seorang pria sejati tentu saja tidak takut! Lagipula saya masih harus membunuh orang-orang itu untuk membalas dendam ayahku!"

"En, begitu baru namanya seorang pria." Bai Fengxi menganggukkan kepalanya, melihat Han Piao berusaha keras memperlihatkan tampang seorang dewasa dan mengangkat tinggi wajah tampannya yang kecil, jadi tidak tahan untuk kembali mengetuk kepalanya.

"Jangan mengetuk kepalaku, sakit tahu!" Han Piao mengelus kepalanya.

"Kata pepatah kalau tidak diketuk jadi tidak pintar-pintar, karena itu ketuk-ketuk sedikit jadi kamu jadi lebih pintar." Bai Fengxi tertawa, tetapi juga benar-benar menghentikan gerakan tangannya.

"Saya sudah sangat pintar, ayah dan guru selalu memuji saya." Han Piao mengelus kepalanya menggerutu, matanya melihat ke depan dengan bengong.

Berjalan ke depan dengan perlahan, tidak tahu akan menuju ke arah mana, otaknya yang kecil terasa kosong tidak berdaya, samar-samar menyadari kelak jalan yang akan dilalui sudah tidak sama lagi. Semua kehidupan mewah sebelumnya yang dikelilingi oleh orang-orang yang lembut, kegembiraan yang polos dalam semalam sudah dicabut, kelak mungkin akan melalui jalan berdebu yang menghadang angin dan hujan.

Who Rules The World (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang