13. Chao Menyetujui Xi Sebuah Kesepakatan (2)

328 37 2
                                    

Dia lahir di lingkungan terhormat, setiap hari wanita yang dia temui semuanya adalah gadis dari keluarga ningrat yang lemah lembut dan sopan, sesekali bisa bertemu dengan para pendekar wanita yang agak berani dan bebas di Jianghu, walaupun mereka tidak terlalu mempedulikan tata krama yang sepele, juga tidak akan seperti wanita yang berada di depannya, bertanya kepada seorang pria apakah ketika dia mandi juga ingin ikut pergi melihatnya mandi.

Huang Chao terdiam, merasa belum melihat dengan sungguh-sungguh tampang Bai Fengxi. Apakah orang di depannya ini seperti orang yang suka-suka dan tidak bermoral? Tidak mirip! Sepasang matanya bercahaya jernih, tidak ada sedikitpun terkesan cabul, senyum di wajahnya lebar polos, walaupun sekujur badannya kotor dekil, tetapi pembawaannya jujur dan cerdas.

Karena itu, di wajah tampan Huang Chao yang bermartabat dan angkuh untuk pertama kalinya muncul keisengan, berkata dengan tertawa yang dibuat-buat, "Kalau memang nona mengundang, Huang Chao akan menyedok air panas wangi dan menunggu dengan kain satin."

"Eh?" Kali ini giliran Bai Fengxi yang tercengang.

Sejak kemunculannya sampai hari ini, kecuali si rubah hitam itu, jarang sekali ada orang yang bisa menjawab dengan begitu bebas dan alami perkataan vulgarnya. Kalau hari ini adalah si Yan Yingzhou, maka sekarang pasti wajahnya sudah akan merah padam dan bicara gelagapan. Kalau hari ini adalah manusia salju yang cantik itu, pasti akan melihatnya tanpa berkedip dengan dingin membeku, tetapi si Huang Chao ini — ah, tidak heran termasuk salah satu dari empat besar pangeran, memang ulung.

"Mengapa? Nona jadi tidak berani ?" Huang Chao melihat Bai Fengxi yang tercengang mau tidak mau jadi menggodanya.

"En, bukan tidak berani." Bai Fengxi melambaikan tangannya, dan menggaruk kepalanya, "Tetapi dilayani oleh seorang pangeran sulung Jizhou, bahkan seorang raja yang duduk di tahta emas saja tidak mempunyai keberuntungan seperti itu, apalagi saya hanya seorang rakyat kecil, saya takut umurku nanti jadi pendek."

"Hahahaha...." Huang Chao yang mendengarnya langsung tertawa keras, dan merentangkan kedua tangannya, "Besok-besok saya akan meratakan bagian gunung ini untuk dijadikan sebuah kolam jernih, sampai saat itu baru mengundang nona untuk membersihkan wajah dari debu bagaimana?"

"En?" Mendengar hal ini Bai Fengxi jadi melihat dia dengan seksama, dari wajahnya yang angkuh dan tidak pura-pura itu tidak terlihat wajah becanda sedikitpun, secara insting merasa kalau apa yang dia ucapkan pasti akan bisa dia lakukan, maka diapun menganggukkan kepalanya, "Kalau kamu benar-benar menggali lubang disini dan membuat sebuah kolam, maka walaupun saya berada di sudut langit dimanapun pasti akan pulang kesini mencuci muka sekali."

"Baik, sepakat!"

"Sepakat!"

Keduanya saling bertepuk telapak tangan sebagai kesepakatan, setelah bertepuk dan melihat pihak lawan, kemudian sama-sama tertawa keras pada waktu yang bersamaan.

Tertawa bebas dan lepas, menerobos ke langit biru.

Xiao Jian yang berada di samping melihat tawa keras mereka, di dalam matanya yang terang jernih juga terlintas sedikit senyum. Kemudian dengan sangat seksama dia melihat Bai Fengxi, dari ujung kepala sampai ke ujung kaki tidak terlewatkan sama sekali, terakhir pandangan matanya berhenti di dahinya, disitu sepertinya tergantung suatu benda.

"Ei, saya sudah lapar, kamu traktir saya makan saja." Begitu tawanya berhenti, Bai Fengxi jadi tidak sungkan lagi untuk meminta kepadanya.

"En?" Huang Chao mengernyitkan alisnya.

"Kenapa? Kamu tidak sudi mentraktir saya seorang gadis dari gunung terpencil?" Bai Fengxi menatapnya.

"Mana mungkin." Huang Chao menggelengkan kepalanya tertawa, dengan lugas langsung menyetujuinya, "Saya traktir kamu."

Who Rules The World (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang