21. Duanhun Berhutang Nyawa yang Tidak Bersalah (2)

284 48 5
                                    

Han Piao menahan nafasnya dan melihat Bai Fengxi dengan tercengang, orang yang berada di depannya ini — orang yang wajahnya tajam penuh dengan aura pembunuh ini, benarkah adalah Bai Fengxi? Benarkah ini adalah Bai Fengxi yang di sepanjang perjalanan kelakuannya asal, suka-suka bisa marah, tetapi baik hati dan ramah?

Perlahan melangkah ke arah situ, terlihat di leher ketiga orang itu ada sedikit bekas jejak darah, itu semua diakibatkan oleh goresan dari selendang putih. Sampai hari ini barulah dia terhitung melihat kemampuan kungfu sesungguhnya dari Bai Fengxi, ketika berada di rumahnya membuat kehebohan di jamuan pesta itu hanyalah keisengan permainan anak-anak belaka, bertarung dengan Huang Chao waktu itu sebelum pertarungan yang sebenarnya sudah berhenti dahulu. Sedangkan kali ini barulah membunuh orang!

Selembar selendang putih yang lembut bisa menjadi lebih tajam dari pedang di tangannya! Kemampuan kungfu seperti ini begitu tinggi mengerikan, bukan merupakan level yang bisa dicapai oleh orang biasa, paling tidak bukan level yang berani dibayangkan olehnya!

"Piao Er, sudah tidak apa-apa." Bai Fengxi menyimpang selendang putihnya, ketika menoleh melihat raut wajah Han Piao yang ketakutan, ekspresi wajahnya dalam sekejap kembali menjadi lembut.

"Kak..... kakak, kungfumu.... kungfumu mengapa begitu tinggi? Itu jurus apa?" Han Piao yang masih tidak percaya jadi bertanya.

Kungfunya sungguh sangat luar biasa mengejutkan, berarti Hei Fengxi yang berbagi nama besar dengannya pasti kungfunya tidak berada di bawahnya! Tidak heran, dia berani berkata tidak memandang sebelah mata pangeran sulung Jizhou. Memang benar, bukankah Bai Feng Hei Xi sudah sepuluh tahun ini merupakan pendekar yang tidak terkalahkan bukan?

"Kungfu saya ya, xixi.... agak campur aduk." Bai Fengxi tertawa ringan, sudah kembali menjadi orang yang tertawa iseng berubah sesuka hati, "Ada yang dari warisan leluhur, ada yang dari hasil curi-curi belajar, ada yang dipaksa orang supaya belajar, macam-macam deh."

"Kalau begitu yang barusan kamu keluarkan itu jurus apa? Yang barusan tadi itu loh, sungguh sangat lihai!" Han Piao sambil berkata sambil memberi contoh, di wajahnya penuh kekaguman.

"Jurus itu ya, namanya Naga berseru ke sembilan langit, itu cuma salah satu jurus yang diwariskan oleh leluhur keluarga." Bai Fengxi memiringkan kepalanya tertawa, "Jurus pamungkas nona ini seharusnya Burung phoenix berseru ke sembilan langit ya."

"Apa?" Han Piao berseru kaget, "Yang tadi masih belum termasuk yang paling lihai? Kamu masih ada yang lebih lihai lagi?"

"Benar." Bai Fengxi menganggukkan kepalanya datar, "Dari saya keluar berkelana sampai hari ini hanya sekali saja mencobanya di satu orang."

"Sama siapa? Orangnya masih hidup tidak?" Han Piao hanyalah peduli akan hal ini, teringat jurus tadi sudah begitu lihai, memangnya jurus entah burung phoenix berseru ke sembilan langit itu masih bisa menyisakan nyawa orang hidup?

"Tentu saja masih hidup dong, ya si rubah hitam itu." Bai Fengxi mengerutkan bibirnya agak enggan, "Hanya si berandal itu saja yang bisa menerima jurus burung phoenix berseru ke sembilan langit-ku, tetapi saya juga menerima jurus anggrek hitam dibawah langit-nya, tidak ada yang kalah atau menang."

"Ternyata." Han Piao berkata lambat, memang hanya si Hei Fengxi saja, kalau tidak mana mungkin bisa berbagi nama besar dengannya, "Kakak, mengapa kamu begitu benci kepada klan Duanhun?" Dia benci kepada klan Duanhun karena dendam mereka membantai keluarganya, tetapi kalau dilihat dari sikap Bai Fengxi tadi, seperti ada kebencian dan kepahitan yang mendalam, jadi tidak sudi melihat ada satu orang klan Duanhun yang hidup di dunia ini, perasaan benci dan sakit hati ini tidak lebih sedikit dibanding dengannya.

Bai Fengxi mengangkat kepalanya melihat ke atas langit, beberapa saat tidak bersuara, pikirannya seperti berada di tempat yang jauh, bagaikan tenggelam ke dalam suatu masa waktu yang hampa, tepat pada saat Han Piao berpikir tidak akan mendapat jawaban, dia membuka mulutnya, suaranya sangatlah datar, sangatlah ringan, seperti sebuah asap yang terbang melintas di langit.

Who Rules The World (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang