22. Tarian Erotis Menyihir Roh di Malam Musim Semi (1)

386 38 2
                                    

Anggur penuh kekecewaan membawa perkataan penuh amarah, rintihan pahit menyebarkan kekuatiran mati muda.

Ikan yang berada di perairan dangkal sulit diketahui nasibnya, angsa liar yang tertinggal di negara asing mudah dipatahkan hatinya.

Berpakaian rami kaku menari tarian Nichang*, pohon kering berbicara bagaimana menimbulkan wangi anggrek Huizhi.

Dari utara penuh kesulitan berjalan kembali dengan lusuh, bersandar di paviliun tinggi memandang ke bulan di selatan yang bagaikan membeku.

*pakaian indah warna warni delapan dewa melintasi laut.

"Piao Er, kamu masih kecil melantunkan puisi seperti begini untuk apa sih, ganti yang lain saja."

Pinggir danau Changli yang berkelak kelok, pohon willow yang hijau, angin musim semi yang terputus-putus, matahari yang condong terasa hangat, cahaya danau bersinar cemerlang, saat ini benar-benar adalah cahaya musim semi yang nyaman di bulan tiga. Sebuah kereta kuda berjalan dengan perlahan, suara kekanak-kanakan yang sedang membaca terdengar dari dalam kereta, ditambah dengan suara wanita yang malas-malasan.

"Kakak, yang Piao Er lantunkan adalah puisi karya putri Xiyun dari Qingzhou, bagaimana Piao Er membacanya?"

"Puisi ini nanti kalau kamu sudah berumur tiga puluh tahun baru membacanya baru cocok, sekarang kamu masih berumur kecil begini, mana mengerti arti puisi ini."

"Kalau begitu saya bacakan satu puisi lagi untukmu." Suara anak-anaknya sangatlah bersemangat, membawa harapan seorang anak yang sangat ingin mendapat pujian dari orang dewasa.

"Baiklah." Suara ini datar seperti ada dan tiada artinya.

Siapa yang mendengar suara seruling semalam?

Jangkrik yang kedinginan dan cecak yang kesepian tidak berhenti menangis.

Poci teh yang dingin cahaya bulan tidak cemerlang,

Jadi berjalan menuju mimpi dan terus melangkah bernyanyi.

"Kakak, kakak, kali ini bagaimana saya membacanya?" Di dalam kabin kereta, Han Piao menggoyang-goyangkan Bai Fengxi yang sedang mengantuk.

"Kamu anak kecil begini memangnya bisa mengerti dinginnya 'poci teh yang dingin cahaya bulan tidak cemerlang'." Bai Fengxi menguap sekali, melihat Han Piao berkata, "Kenapa sih kamu membaca puisi putri Xiyun terus? Di dunia ini kan bukan hanya dia seorang saja yang menulis puisi, yang cocok dengan umurmu puisinya kan banyak sekali."

"Saya dengar kata guru bakat putri Xiyun di generasi ini sangatlah langka, katanya ketika dia berumur sepuluh tahun dia sudah membuat sebuah karya analek.... analek..." Han Piao memejamkan matanya berusaha keras mengingat hal yang hendak dia katakan kepadanya, tetapi setelah berkata "analek" sampai setengah hari tetap tidak bisa mengingatnya.

"Analek Sepuluh Kebijakan Jingtai." Bai Fengxi menggeleng-gelengkan kepalanya menyambung perkataannya.

"Benar benar benar!" Han Piao menghembuskan nafas lega, "Analek Sepuluh Kebijakan Jingtai! Kata guru waktu itu raja Qing berada di Jingtai sedang berbicara mempertimbangkan cendekiawan berbakat di negaranya, menyuruh mereka berdiskusi tentang masalah politik yang penting, saat itu putri Xiyun sedang menemaninya, jadi juga ikut menulis beberapa hal, pandangannya orisinil, opininya sangat tidak umum, bakatnya menekan para pemimpin Qingzhou waktu itu, walaupun dia seorang wanita kemampuannya sangatlah luar biasa hebat. Karena itu para sepupu-sepupu di keluargaku paling menyukai putri Xiyun, begitu mendengar putri mengenakan pakaian apa, menyisir gaya rambut apa, memakai hiasan kepala apa, mereka akan langsung menirunya."

Who Rules The World (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang