°°°
"Aaaaaa!"
Grandis meringis kesakitan. Manda yang mendengar teriakan temannya itu langsung membalikkan tubuh Grandis yang tersungkur. "Gran? Itu lo?"tanya Manda bingung.
"Iya woy! lo ngapain nendang gw?" tanya Grandis sembari memegangi badannya yang mulai membiru.Haduhh! Kasian banget ya Grandis, udah kepleset, di tendang jurus naga pula dia.
°°°°°
Katna keluar dari kamar mandi, ritualnya dikamar mandi telah usai. Katna mendengar suara ribut dari arah dapur. Ia mulai berlari kesana.
"Ada apa ini?" tanya Katna bak pahlawan kesiangan. "Kat, lu lama banget datengnya, bantuin gw bawa si Grandis ke kamar nih!" pinta Manda.
Katna mengangguk setuju walau tidak tahu sebenarnya ada apa.
Mereka berdua mulai membopong Grandis yang sedang menahan sakit.Ketika sampai didepan tangga, pandangan mereka tertuju keatas mengamati banyaknya tumpukan kayu pijak yang harus mereka lewati.
Sungguh, jurus karate Manda yang telah dipelajarinya selama tujuh tahun itu masih melekat kuat di tubuhnya.
"Ayo guys, tinggal sepuluh tangga lagi" Katna dan Manda masih berusaha membopong Grandis. "Berat banget Ndis lu. Makan apa aja sih selama ini?" tanya Manda sedikit kesusahan.
Grandis menoleh kearah Manda, "Woy kaki gw yang kepontok jangan diinjek!" kesal Grandis. Manda segera melihat ke bawah, ia tidak menyadari kalau kakinya menginjak bagian lebam kaki Grandis.
Ketika jarak tangga tinggal dua kali pijakan. Katna terpleset, tangannya langsung menggapai tumpuan tangga. Manda yang membopong Grandis menjadi tak seimbang.
Bruk! Bruk! Bruk! Grududududuk!
"Grandis!!" teriak Katna dan Manda syok melihat Grandis terjatuh dari tangga.
°°°°°°
"Gimana dok keadaan Grandis?" tanya Bu Indah pada Dokter. Katna dan Manda menunggu di samping ranjang Grandis yang masih tak sadarkan diri. Jam telah menunjukkan pukul satu pagi, hari mulai berganti.
Kepala Grandis sekarang sudah terbalut oleh perban. Darah yang tadinya menyucur sudah berhasil dihentikan. Katna sungguh merasa menyesal, karena kakinya terpleset, Manda dan Grandis menjadi kehilangan kendali.
Manda menatap Grandis pilu. Sahabatnya yang terkadang menyebalkan itu harus terbaring diatas ranjang rumah sakit. Tak lama Bu Indah kembali dari luar setelah bertemu dengan dokter.
Manda dan Katna mulai menghampiri Bu Indah dan menanyakan keadaan Grandis sebenarnya. Bu Indah mulai menjelaskan. "Grandis tidak dalam kondisi mengkhawatirkan. Jika besok ia sudah bangun, dokter akan memeriksanya ulang dan setelah itu jika merasa sudah baik, Grandis boleh pulang-"
Katna dan Manda mulai tersenyum, untungnya sahabatnya itu masih bisa diselamatkan. Tadinya pikiran Manda sudah berlari kemana-mana, khawatir akan terjadi hal buruk pada Grandis.
"Kalian tidur saja ya, Grandis tidak terlalu kehilangan banyak darah. Itu penyakit yang sering dokter tangani katanya" jelas Bu Indah.
'Pukul empat pagi'
Katna terbangun dari tidurnya. Tidur di sofa membuat badannya menjadi pegal. Ia melihat kearah Manda, temannya itu masih tertidur lelap, begitu juga Bu Indah.
Katna memutuskan untuk keluar dari kamar dan menghirup udara segar. Ia melihat jendela besar yang berada tak jauh dari kamarnya. Rumah sakit ini juga tak jauh dari rumah kakek.
Lampu lorong rumah sakit sedikit meredup. Katna masih memperhatikan pemandangan malam menjelang pagi dari dalam jendela. Tiba-tiba saja, lorong tersebut mulai berkedip-kedip. Katna segera membalikkan badannya, lampu kembali menyala terang.
Perasaannya mulai aneh, ia ingin segera kembali kedalam kamar Grandis. Katna mulai beranjak pergi dari sana. Ia mulai melangkahkan kakinya perlahan. Seperti ada yang mengikutinya. Katna tak mau menoleh, ia mulai mempercepat langkahnya. Semakin cepat, semakin cepat. Tetap berjalan, tak menghiraukan sesuatu yang sedang mengikutinya dari belakang. Tak menoleh, Katna terus berjalan mendekati gagang pintu kamar.
"Katna!" panggil seseorang yang suaranya sangat familiar di telinga. Katna yang sudah memegang gagang pintu itu mengurungkan niatnya untuk kembali ke kamar. Ia mulai menoleh kebelakang.
"Grandis?" tanyanya dalam hati heran, melihat Grandis yang tiba-tiba keluar dari pintu emergency. Grandis memegang kepalanya dan membungkuk kesakitan. Katna yang melihat itu segera berlari ke arah Grandis dan membantunya berdiri.
"Lo ngapain disini?" tanya Katna membantu Grandis berdiri. Katna melihat ke tangan kiri sahabat karibnya itu. Tak ada bekas tusukan jarum disana.
"Aku mau..."
"Mau ngapain Ndis? ayo gw bantu"
Tak ada sahutan selama beberapa detik. Katna mulai curiga melihat Grandis yang hanya terdiam sambil menunduk. Suasana hening seketika.
Lampu koridor mulai berkedip-kedip. Katna melihat Grandis yang masih memunduk.
Tak lama lampu padam. Katna menarik Grandis yang pingsan memindahkannya agar tidak duduk dekat tangga.
"Ada orang kah disana? Halo?" tanya Katna berharap besar. Sebuah tangan familiar mendarat diatas pundaknya. Lampu pun menyala. Katna terkejut melihat Grandis yang sudah tak lagi berada dihadapannya.
"Man.." ucap Katna membalikkan tubuhnya. Namun sayang, yang ditemuinya bukanlah sosok Manda. Grandislah yang berada dihadapannya saat ini.
"Ndis? lo gak papa kan?" tanya Katna yang masih setengah duduk melihat Grandis yang berdiri tegak dihadapannya. Grandis mulai mengangkat kepalanya, menatap Katna.
"AKU MAU BALAS DENDAM PADAMU KATNA!"
°°°°
Follow and VoteMent for support Author! Readers^^
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTERI SUMUR TUA (End)
Horror❗WARNING❗ [JANGAN BACA SENDIRIAN] ~FOLLOW SEBELUM BACA~ Hani menghilang dari rumah secara tiba-tiba pada ulang tahunnya yang kedelapan. Katna tetangganya yang memiliki kemampuan aneh melihat Hani pada malam kejadian. Tak lama setelah Hani menghilang...