16

2.6K 654 37
                                    

TAEYONG memasuki sebuah rumah tua tanpa rasa takut. Padahal rumah tua tersebut terletak di tengah hutan dan matahari sudah hampir terbenam.

Mata tajam Taeyong mengamati dengan jeli sekitarnya. Lalu ia terdiam saat melihat bayangan yang bergerak dari dalam kamar. Ketika kesadarannya kembali menampar, pemuda vampir itu langsung beranjak mendekat.

Ia bukanlah vampir yang meminum darah manusia, tapi Taeyong kenal dengan baik bau apa yang sedang ia cium sekarang. Ini bau darah manusia dan masih sangat segar.

Namun Taeyong mencoba untuk berpikir hal positif sambil berjalan mendekat. Kamar di depannya terlihat remang-remang, tapi tak menghalangi Taeyong untuk menyadari apa yang sedang terjadi.

Tubuhnya langsung membeku, napas Taeyong tercekat untuk beberapa saat. Di atas ranjang terdapat tubuh seorang gadis berambut hitam yang berlumuran darah.

"Seulgi...." Lirih Taeyong tak percaya.

Kemudian ia berlari dengan cepat, tangannya gemetar ketika menyibakkan rambut Seulgi yang menutupi wajah.

"Seulgi! Bangun!"

Dadanya terasa sangat sesak ketika mengetahui sang soulmate telah tiada. Seulgi tewas dengan sangat mengenaskan, banyak luka lebam serta belasan luka tusukan di tubuhnya.

Seketika Taeyong merasa bahwa hidupnya tak lagi berguna.

Padahal ia dan Seulgi baru saling mengenal kemarin siang di perpustakaan desa. Mereka berdua bersepakat untuk bertemu di suatu tempat pagi ini, Taeyong juga berniat menjelaskan bahwa dirinya adalah seorang vampir.

Namun Seulgi tak kunjung datang. Hingga seseorang memberitahunya untuk datang ke rumah tua di tengah hutan bagian barat. Dia bilang Seulgi sedang menunggu Taeyong di sana.

Tak pernah Taeyong sangka akan ada tragedi seperti ini di hidupnya, untuk kedua kalinya.

"Apakah rasanya menyakitkan?"

Taeyong menggeram. "Sudah aku duga kau dalang di balik ini semua, Sehun."

Sehun muncul dari balik bayangan. Tatapan yang biasanya tampak tegas dan lembut justru berubah penuh amarah juga dendam. Ada banyak bercak darah di tubuhnya, secara tidak langsung menjelaskan apa yang telah terjadi.

"Kenapa?!" teriak Taeyong sambil menatap wajah Seulgi yang pucat.

Rasanya semakin menyesakkan ketika mengetahui bahwa Sehun, sahabatnya, adalah pembunuh Seulgi.

"Kenapa harus Seulgi, hah?!"

Sehun masih terdiam, tak menjawab seruan Taeyong. Matahari tenggelam dengan sempurna dan membuat ruangan semakin gelap. Hanya terdengar suara deru angin serta ranting yang bergesekan dari luar rumah.

"Sehun, apa salahnya?!"

Gigi Sehun bergemeletuk karena tersulut emosi. "Seulgi tidak salah apa pun! Tapi kenapa harus kau yang menjadi soulmate-nya, Taeyong?! Kenapa?!"

"Apa maksudmu?" tanya Taeyong tanpa membalikkan badan.

"Seulgi adalah gadis yang aku suka!" seru Sehun keras.

"Seulgi adalah gadis yang aku cintai, Taeyong! Tapi mengapa kau berusaha merebutnya dariku?!"

Taeyong memunculkan kedua taringnya. "Seharusnya aku tidak diam saja setelah membaca isi pikiranmu minggu lalu, Sehun. Kau werewolf paling brengsek yang pernah ada."

Bukannya tersinggung, Sehun justru tertawa keras seolah menertawakan ucapan Taeyong serta nasib yang mereka dapat.

Salah satu manik mata Taeyong berubah biru dan pemuda vampir itu mengambil posisi siaga.

"Jika Seulgi tak bisa bersamaku, maka dia juga tak akan bersamamu." Ucap Sehun datar dan tajam.

***

"Lalu?"

Taeyong mengedipkan mata beberapa kali. "Aku dan Sehun bertarung."

"Dan ... siapa yang menang?"

Ia melirik Lisa sejenak. "Tidak ada, aku dan Sehun sama-sama terluka parah. Kai dan Yuta datang bersamaan lalu membawa kami pergi."

Lisa mengangguk paham, diam-diam sedikit terkejut karena Taeyong mau berbicara banyak menjelaskan tragedi tersebut.

Namun ia lebih terkejut ketika mendengar cerita Taeyong. Lisa pikir Sehun bukanlah sosok kejam seperti itu, tapi Taeyong juga tak mungkin berbohong.

"Maafkan aku," ujar Lisa dengan kepala menunduk.

"Tidak usah meminta maaf, Dear."

Lisa tetap menundukkan kepala, melupakan bahwa ia sedang berada di atas pangkuan Taeyong. Ia pikir tingkahnya tadi sangat kekanakan karena tak mencoba mengerti kondisi yang dialami Taeyong.

"Rasanya memang sakit dan terkadang sesak, tapi sekarang tidak lagi." Sahut Taeyong mengetahui isi pikiran Lisa yang terdalam.

Kepala Lisa perlahan mendongak, manik bulatnya terarah pada Taeyong. "Kenapa bisa?"

Suara khas anak kecil penasaran terdengar. Lisa mungkin tak sadar bahwa dirinya telah berperilaku imut---hal yang beberapa kali ia lakukan pada Sandara juga Jisoo.

Tapi sikap Lisa yang ini sungguh membuat sang vampir merasa sangat gemas.

"Karena kau,"

Taeyong mendekatkan wajah dan menatap lekat gadis di pangkuannya. "Bolehkah aku menyukaimu?"

[tbc.]

06/19

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

06/19

nanaourbunny

[4] ForcedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang