LISA menjatuhkan diri di dalam sofa sambil mendesah lega. Tubuhnya terasa sangat kaku setelah semalam membantu Rose melahirkan putra pertamanya.
Beberapa menit kemudian Lisa membuka mata. Ia mengedarkan pandangan dan menelusuri setiap detail rumah yang mungkin suatu saat Lisa rindukan.
Lampu kristal antik menggantung indah di atas kepala. Kemudian langit-langit rumah yang dipenuhi ukiran rumit, Lisa tak dapat mengartikannya.
Seseorang pernah bilang, arti ukiran tersebut adalah cerita mengenai legenda putri naga yang memenangkan perang melawan kegelapan.
Naga, hewan yang mengingatkan Lisa akan suatu kenangan pahit.
Lisa mengalihkan pandangan. Wajahnya datar untuk sesaat kala teringat hal buruk yang pernah terjadi saat dirinya masih muda. Ya, ia masih sangat muda saat itu.
Mata abu-abu Lisa menangkap kumpulan tas besar di lantai. Tiga hari berlalu sementara semua orang sibuk mengepak barang-barang dan keperluan lain.
"Sebentar lagi, ya?" gumamnya pelan.
"Mom?"
"Noel!" seru Lisa terkejut. "Ada apa dengan wajahmu itu?"
Jaemin tidak menjawab dan lebih memilih menubrukkan diri ke Lisa, memeluk ibunya erat.
Lisa tidak lagi bertanya karena paham jika perasaan Jaemin sedikit tidak baik. Tangan Lisa mengusap punggung Jaemin sambil mengamati ekspresi pemuda itu.
Lisa sangat suka melakukannya. Ketika memandang wajah anak-anaknya, Lisa selalu bersyukur karena telah bertahan hidup. Mereka adalah hadiah paling indah untuk Lisa.
"Aku tidak bisa tidur, Mom."
"Kenapa, hm? Apa mimpi buruk lagi?"
Jaemin menggeleng dalam pelukannya.
Hal tersebut membuat Lisa merasa sedikit geli. Ia meraih rambut Jaemin dan baru sadar rambut pirang anak ketiganya sudah sangat panjang.
"Aku pasti akan sangat merindukan kota ini."
Lisa tersenyum menahan gemas mendengar nada bicara Jaemin yang lucu.
"Mom sudah pulang?"
Senyuman lebih lebar muncul di bibir Lisa melihat anak bungsunya, Jisung.
"Kenapa kalian berpelukan? Apa yang aku lewatkan?" tanya Jisung kebingungan.
Lisa menggelengkan kepala sambil terkekeh renyah, lalu mengajak Jisung masuk ke dalam pelukan. Tentu saja Jisung tidak menolak sebuah pelukan hangat di pagi hari. Mereka bertiga berada di posisi yang sama selama beberapa menit.
"Mom, sejak kemarin Brother Noel tidak mau makan."
"Aku tidak lapar, Ji."
"Oh, benarkah?" Jisung bertanya tanpa niat, jelas mengejek kakaknya.
"Makanlah sedikit sebelum naik kapal, ya? Kalau tidak kamu akan sakit, Noel."
Jisung tersenyum penuh kemenangan saat Jaemin mengangguk lemah. Ia tahu Jaemin tak akan bisa menolak permintaan sang ibu, oleh karena itu Jisung mengadukannya.
Suara langkah kaki turun dari tangga mengalihkan perhatian ketiga orang di ruang tamu. Jisung langsung bangkit dari duduk dan wajahnya seketika cerah mendapati perjalanan yang ditunggu-tunggu akan segera terlaksana.
"Sudah siap?"
"Sudah pasti. Lihat, Ji sangat bersemangat, Dad." Sahut Jeno.
Taeyong terkekeh lalu membalikkan badan di mana putra sulungnya berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] Forced
FantasyForced marriage? No, this is a forced soulmate. ° ° ° [neo series iv, Taeyong × Lalisa] Start : 1 May 2021 End : 25 August 2021 2021, nanaourbunny