24

2.2K 554 97
                                    

PURNAMA bersinar terang, cahayanya menembus dedaunan dan menyinari tombak perak yang dibawa Sehun. Samar-samar Taeyong melihat kilatan dari senjata mematikan tersebut.

Sekali benda itu menembus jantung, ia tak akan bisa selamat.

Taeyong memejamkan mata, pasrah dengan kondisi di antara hidup dan mati yang ia alami. Lagi pula tak ada yang bisa Taeyong lakukan lagi, dirinya sudah kalah telak.

"Selamat tinggal, Taeyong."

BRAK

"Sial!"

Sehun tersungkur beberapa meter dari tempat awalnya. Wajahnya memerah menahan amarah ketika bangkit berdiri.

"Kau tak boleh membunuh Taeyong, Sehun! Sadarlah!"

"Jangan ikut campur, sialan!" Bentak Sehun murka lalu mulai menyerang Johnny.

Keadaan Johnny sendiri jauh dari kata baik. Ia baru melewati masa-masa downfall yang terjadi setelah meninggalnya Joy. Oleh karena itu Johnny tak mampu membalas satu pun serangan Sehun, ia sama sekali tidak prima.

Bekas luka cabikan dari kuku tajam Sehun mulai menghias tubuh Johnny. Namun luka-luka tersebut tidak membuat Sehun berhenti menyerang, ia justru semakin menggila.

"Taeyong!"

Suara tak asing membuat Sehun berhenti bergerak, begitu pula dengan Johnny. Tak bisa diungkapkan betapa terkejutnya mereka ketika melihat Lisa bersimpuh di samping Taeyong.

"Lisa! Apa yang kau lakukan? Cepat pergi dari sini!"

"Diam!" Teriak Sehun.

Mata Sehun berkilat merah saat emosi mengambil alih kendali kesadarannya. Tanpa ragu Sehun menusukkan tombak perak ke jantung Johnny lalu menariknya kasar, menyisakan lubang besar di tubuh si vampir dewasa.

"Uhuk," wajah Johnny langsung memucat.

Tangan Johnny bergetar dan ringisan keluar dari mulutnya saat merasakan sakit di dada. Rasa sakit dari perak bagai neraka untuk vampir sepertinya.

"Johnny!" seru Lisa nyaring.

Seruan tersebut mengundang Sehun untuk membalikkan badan. Sementara Lisa terpaku di tempat, ia seakan melihat bagaimana rupa sosok iblis yang sesungguhnya.

Bulu-bulu yang tadinya hanya berada di lengan kini merambat sampai pundak dan penampilan badan Sehun terlihat bertambah besar dua kali lipat.

Badan kekar itu juga penuh luka—kemungkinan tergores es Taeyong yang sempat memerangkap tubuhnya tadi. Kedua mata merah Sehun bersinar di antara kegelapan malam.

"Menyingkir darinya, Lisa."

Tubuh Lisa bergetar ketakutan saat mendengar suara Sehun yang mengintimidasi.

Bagaimana pun Sehun adalah soulmate asli Lisa dan mereka masih terikat benang takdir. Serta adalah kodrat Lisa untuk tunduk pada alpha-nya, Sehun.

Namun Lisa memberanikan diri dengan mengangkat wajah dan berucap tegas. "Tidak akan! Kau tak boleh melukai Taeyong lagi!"

Sehun menggeram panjang, iris matanya semakin kelam. Kemudian Sehun meraung keras, memekakkan telinga dan mengusir burung-burung dari pepohonan.

Raungan itu terdengar sampai jarak beberapa kilometer, bahkan tanah ikut bergetar pelan atas kuatnya energi yang dikeluarkan oleh Sehun.

Tiba-tiba Sehun berlari menghampiri lalu menusuk perut Lisa hingga ujung tombak menembus punggungnya. Tanpa melepaskan tusukan, Sehun melempar Lisa sejauh mungkin.

Sehun tak peduli dengan keadaan Lisa sekarang atau jatuh di mana dia, menoleh saja tidak. Amarah membuat Sehun menjadi gelap mata dan melupakan bahwa Lisa adalah soulmate-nya. Dia lepas kendali.

Kini manik Sehun menatap nyalang ke tubuh lemas Taeyong.

Benak Sehun terus menyalahkan Taeyong atas segalanya yang terjadi. Semua tragedi ini, seluruh kematian orang tak bersalah, berbagai macam kesialan yang ia lewati ... semua salah Taeyong.

"Orang sepertimu tak pantas hidup, Taeyong."

Sehun menginjak dada Taeyong berkali-berkali, mengabaikan si vampir yang terbatuk karena sesak mengambil napas. Mata Sehun berbinar kala ia mendekatkan mata tombak menuju dada kiri Taeyong.

"Kau lihat mereka berdua, sosok penting di hidupmu kini tak lagi ada. Lalu untuk apa kau hidup? Bukankah lebih baik kau mati saja?"

Tawa Sehun mengudara, sangat gelap dan mampu mencekik leher bagi siapa pun yang mendengarnya. Suara tawa itu bagai mimpi buruk yang tak akan hilang dimakan waktu.

Mendadak Sehun berhenti tertawa. Ia mengamati bagaimana lemahnya Taeyong yang menunggu ajal.

Menyedihkan, di matanya Taeyong tampak sangat menyedihkan.

"Mungkin malaikat mautmu terlambat menjemput." Ujarnya tenang.

Seringai lebar muncul di bibirnya, Sehun menjilat bibir dan taring panjangnya seperti lapar akan kematian.

"Kalau begitu, biarkan aku yang menjadi malaikat mautmu, Taeyong."

Tanpa menunggu lama Sehun menancapkan mata tombak ke dada kiri Taeyong. Setelah itu Sehun tertawa keras, lebih keras dari sebelumnya.

Tawa itu menggema ke seluruh arah seolah mengumumkan kemenangan telak hanya milik Sehun.

Taeyong telah mati dan Sehun menang.

[tbc.]

AAAAAAA KABUUURRR

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AAAAAAA KABUUURRR

AAAAAAA KABUUURRR

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

08/21

nanaourbunny

[4] ForcedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang