22

2.1K 577 29
                                    

MALAM telah larut sehingga suasana menjadi sangat sepi. Taeyong yang terjaga hanya ditemani suara binatang malam serta sepoi-sepoi angin.

Lisa sedang tidur, Johnny berada di kamarnya, Jaehyun dan Doyoung pergi ke desa sebelah mencari sesuatu, sementara Ten dan Yuta sibuk mengubah jalan menuju mansion mereka.

Dengan kekuatan Ten yang langka, para makhluk lain tak akan tahu keberadaan mansion. Ten mampu mengacaukan alat indera, sehingga penyusup akan kehilangan arah jika berada terlalu dekat dengan mansion.

Setelah yakin aman, Taeyong membuka pintu kemudian melesat pergi.

Tempat di mana semuanya berasal, adalah rumah kosong di hutan yang menjadi saksi kematian Seulgi.

Ya, Taeyong dan Sehun akan bertarung habis-habisan di sana.

Begitu sampai, terlihat sosok Sehun berdiri di depan pintu, sedang mengenang kejadian apa saja yang telah terjadi.

Awal pertemuannya dengan Taeyong hingga saat di mana mereka bertarung dan hampir menjemput ajal. Semuanya terpatri apik dalam ingatan Sehun.

Lalu kini keduanya seolah mengulang peristiwa yang serupa tapi tak sama. Mereka akan memperebutkan Lisa dengan nyawa, dengan kata lain, harus ada seseorang yang mati malam ini.

"Taeyong, apakah kau tak mau mengalah untukku?"

"Tidak." Jawabnya tegas.

"Biarkan aku yang bertanya, pernahkah kau merasa menyesal sekali saja?"

"Menyesal?" Sehun membalikkan badan, tatapannya sangat tajam. "Aku tidak butuh rasa penyesalan, itu membuat seorang makhluk lemah."

"Bahkan untuk Seulgi?"

Sehun diam, rahangnya mengeras. Namun beberapa detik kemudian ia mengukir senyum miring, membuat Taeyong mulai was-was.

"Mengapa segalanya berpusat padamu, Taeyong?" tanya Sehun sambil berjalan mendekat.

"Aku selalu melihat sosokmu bagai tokoh utama dalam sebuah cerita, bahkan di ceritaku sendiri. Lalu kapan aku menjadi tokoh utama? Kapan aku bisa menyaingimu? Kapan kau tak merebut milikku lagi?"

Taeyong memasang posisi waspada ketika merasakan sesuatu yang tak beres. Ia ingin tahu apa rencana Sehun, tapi pikiran pria itu ditutupi sesuatu.

Jelas sekali jika Sehun menggunakan ramuan yang menangkal kekuatan manipulasi pikiran. Mantan sahabatnya itu tahu apa kelemahan Taeyong.

Sehun terkekeh sinis. "Aku akui vampir memang unggul dalam penglihatan dan kecepatan, tapi penciuman kalian tidak sebaik werewolf."

"Apa yang kau lakukan?" gertak Taeyong.

"Kau melihat ke arah mana, Taeyong?"

Sebuah suara terdengar dari belakang tubuhnya. Suara yang sama dengan milik Sehun.

Taeyong membalikkan badan dan tak disangka dirinya menerima sebuah tinjuan keras. Tubuh Taeyong sedikit kehilangan keseimbangan karena tak siap dengan serangan tersebut.

Ia tak paham, seharusnya Sehun ada di depannya tadi.

Kedua mata hitamnya berkedip cepat. Segalanya kini terlihat buram dan sedikit gelap, sudah jelas ada sesuatu yang mengganggu indera penglihatan Taeyong.

Sial, Taeyong tak dapat melihat dengan jelas sekarang. 

"Aku di sini, Taeyong!"

Kini Taeyong menerima tendangan di perut, menyebabkan tubuh linglung Taeyong terhuyung beberapa langkah ke belakang.

"Bukankah bau bunga lili ini tak asing?"

Mata Taeyong membulat. Ia tidak sempat menghindar saat sesuatu yang berbulu menerjang tubuhnya dan menggigit leher bagian belakang begitu dalam.

Beruntung Taeyong mampu melepaskan diri, kalau tidak mungkin lehernya sudah terkoyak.

Taeyong meringis, tangannya mengusap bagian leher untuk merasakan adanya dua lubang bekas taring besar di sana. Tubuh vampir tidak memiliki pembuluh sehingga darah tak keluar dari luka tersebut.

Mayat hidup adalah nama lain vampir. Ungkapan tersebut sangat tepat, vampir susah mati kembali. Vampir tidak bisa mati kecuali kepalanya dipenggal atau jantungnya ditusuk menggunakan logam.

Sehingga meracuni klan vampir adalah sebuah kesia-siaan, tapi ada beberapa ramuan langka yang dapat mempengaruhi kekuatan fisik vampir.

Mungkin ramuan jenis inilah yang Sehun pakai untuk mengacaukan penglihatan Taeyong.

"Punya kata-kata terakhir? Aku akan berbaik hati memberitahu Lisa setelah dia menjadi milikku."

Iris mata birunya muncul, Taeyong tak punya pilihan selain menggunakan elemen es. Mungkin memang ini saatnya.

"Jangan berharap terlalu tinggi, Sehun. Lisa tidak akan bersama siapa pun kecuali diriku."

Kalimat tersebut berhasil memancing amarah Sehun, membuatnya menggeram kencang. "Taeyong, aku harus membunuhmu."

"Tidak, karena akulah yang akan menang."

Suhu udara malam turun secara drastis. Bunga-bunga es muncul di bawah kaki Taeyong, menjalar cepat ke segala arah bagai mencari mangsa untuk dibekukan.

***

Sementara itu seorang pria bertubuh besar berlari melewati pepohonan. Mengandalkan insting, si pria mencoba mencari keberadaan seseorang.

Tidak jauh darinya, ada gadis yang berlari mengikuti. Namun si pria tidak tahu sama sekali karena dia tak merasakan kehadiran orang lain.

Pada beberapa menit di awal langkah kaki si gadis kurang bisa mengikuti, tapi tak lama kemudian gerakannya semakin cepat—tanpa ia sadari.

Tunggu aku, Taeyong!

[tbc.]

08/18

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

08/18

nanaourbunny

[4] ForcedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang