"Ada yang liat kacamata gue gak?"
Ya gini kalo lo bawa kacamata ke Sekolah. Belum ada lima menit lo selesai makai, udah dipinjam aja sama anak kelas.
"Tadi sih gue liat dipakai Jay."
Mendengar sahutan itu, gue segera jalan keluar kelas, menghampiri Jay yang lagi nongki, lengkap dengan gitar di tangannya.
"Sok-sokan main gitar lo, siniin kacamata gue!"
Merasa terganggu, Jay menoleh ke arah gue, lalu cowok itu mendelik, "galak banget nyai ronggeng," ujarnya yang membuat gue-si sumbu pendek-emosi.
"Heh!?"
Sebelum terkena geplakan mulus dari gue, Jay segera berdiri lalu menyerahkan kacamata yang bertengger di atas kepalanya.
"Beli atuh, banyak duit gitu. Lagian lo gak pusing apa, kacamata minus gini?"
"Kan makainya dikepala, biar kece."
"Ndas mu kece."
"Daripada lo berdua ribut, mending ngejreng disini bareng kita."
Dongpyo yang gue tebak hari ini menjelma menjadi Raja dangdut langsung menarik tangan gue buat duduk disampingnya.
"Jangan dangdut ah! Lagu ambyar aja, lagu ambyar." Gue mengangguk setuju.
"Lo tau lagu parampampam gak?" Tanya gue sembari mengambil gitar yang tadi ditaruh Jay dikursi.
"Yang my darling, my darling itu bukan?" Sahut Minhee yang gue balas dengan anggukan.
"Tau gue tau, tuh lagu pernah jadi bgm jam makan kita waktu Perjusa bukan?"
"Iya iya! Yang waktu jam Ishoma pas Sabtu siang."
"Mantap, Evelyn jiwa old nih. Gas Lyn! Ngejreng kita!!"
Setelah mendengar seruan dari yang lain, dengan segera gue memainkan gitar yang udah gue atur stem nya untuk menyesuaikan nadanya.
Jangan salah, gini gini gue bisa main gitar karena pernah belajar sama Kevin. Abang gue itu suka nyanyi, soalnya.
"Gue mulai yaa.. five, six, seven, eight!"
"Pampampararam pampampararam~"
"My darling I love you, you know that it's true! SUARANYA!?""YOU KNOW THAT IT'S TRUE!!"
"I will always be with you, you know that i'll do~"
"ASEEKKK"
"WOI, SISIHIN DUIT RECEH! NYAI RONGGENG LAGI NGEJRENG!"
"Bangsat, Jay. Awas lo ikutan nyanyi!"
"Lanjut udah lanjut!!"
"Kay! PLEASE PLEASE DON'T LEAVE ME~"
"Jangan pergiiiii~ Ku! Tak bisa hidup??"
"TANPAMU!!"Ya gini kalo gue udah ngejreng. Gak tau suara jelek atau gimana, nyanyi teros sampai mampos.
Pok! Pok! Pok!
Kita yang tadinya asik ngamen seketika menoleh ke sumber suara.
Udah getar getir dikira guru yang tepuk tangan kenceng, tau tau malah Jake Shim.
"Suara kalian sampai ke ruang BK," ujarnya, membuat kita yang tadinya menghela napas lega langsung tercekat kembali.
"Hah? Ada gurunya?" Kata gue seraya menurunkan gitar.
"Ada, makanya gue disuruh samperin."
"Halah, udah gapapa ngejreng aja. Lagian, free gini kita, mau ngapain lagi coba, masa bantuin anak OSIS?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Same | Jake Shim
FanfictionIni tentang gue, yang selalu jadi bahan gibahan anak kelas akibat selalu sama dengan Jake. Iya, sama. Dari yang blasteran di sekolah, menu di kantin gak pernah ganti, sampe tanggal lahir pun sama, macam-macam deh. Yang membedakan cuman satu, sifat...