26

30 9 5
                                    

"Mah Pah, aku tadi kenapa bis.." ucapan Reva terhenti karena ia melihat pria tinggi sedang duduk di meja makan sambil menyantap makanannya.

"Ada apa Reva? Kenapa lari-lari?" tanya Juan.

Reva masih melongo ditempatnya. Ia tidak percaya dengan pemandangan di depannya.

"Mah, Pah, ada hantu," gumamnya sembari menunjuk pria tinggi.

Juan menatap heran Reva begitupun Ana sang istri.

"Hantu hantu mata lo, ini gue udah pulang." protes pria tinggi.

Reva mendekati pria tinggi, mengulurkan tangannya untuk sedikit menyentuh pipi pria tinggi tersebut.

"Ya ampun, ini seriusan?" tanya Reva pada semuanya.

Pria tinggi akhirnya mencubit pipi Reva supaya tersadar.

"Aww," pekik Reva sembari memegang pipinya yang terasa sakit.

Juan menatap tajam ke arah pria tinggi. "Rendra!"

"Maaf Pah, abisnya dia gak percaya." ujarnya. Pria tinggi yang dipanggil Rendra pun menari lengan Reva agar duduk di kursi sebelahnya. "Lo gak mau peluk abang lo sendiri? Yang udah pergi selama 3 tahun?"

Reva akhirnya sadar dan memasang muka terharu. Ia beralih memeluk Rendra, kakaknya yang sudah 3 tahun jauh darinya.

"Ya ampun bang, seriusan lo pulang? Gue pikir lo gak akan pulang-pulang." lirihnya.

Rendra Pratama Hanafi. Seorang laki-laki muda yang memilih untuk bergabung di dunia militer. Sudah 3 tahun, ia bertugas di Kalimantan. Sebagai komandan muda, ia menjadi sulit bertemu sanak keluarganya. Sehingga dalam waktu 3 tahun ini, ia baru bisa pulang sekarang menemui orang-orang yang ia sayang.

"Ya ampun, lo udah gede aja sekarang, pasti udah punya pacar ya?" celetuk Rendra.

Reva segera melepas pelukannya. "Apaan sih bang, so tau banget deh." protes Reva.

"Bercanda kali," ujar Rendra sambil mencubit hidung adiknya itu.

Juan dan Ana terharu, akhirnya setelah sekian lama, keluarganya menjadi lengkap kembali. Dengan adanya Rendra dan Reva rumahnya akan ramai seperti dulu.

"Nah Reva, bang Rendra akhirnya dipindah tugaskan disini. Jadi keluarga kita lengkap deh." jelas Juan.

Reva melirik Rendra. "Serius bang?"

Rendra mengangguk. "Iya, akhirnya gue bisa jahilin lo lagi,"

"Rendra. Kamu itu udah dewasa masih aja jahilin adiknya. Kamu kan udah mau punya keluarga sendiri." kata Ana.

Rendra menyengir. "Selama belum berkeluarga beneran, Rendra masih jahilin Reva."

Reva mendelik Rendra. "Oh iya bang, hadiah buat gue mana?"

"Hadiah?"

"Iya, hadiah."

"Hadiah apaan?" tanya Rendra bingung.

"Jadi lo seriusan gak bawa hadiah dari Kalimantan buat gue?" kesal Reva.

Rendra menghela nafas. "Reva adikku sayang, gue kesana itu buat tugas negara, bukan foya-foya, bukan liburan."jelas Rendra.

Juan dan Ana menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua anaknya. Di satu sisi, mereka senang karena Reva tidak sepi lagi dirumah. Ada Rendra yang akan menemaninya jika ia tidak sibuk karena saat ini Rendra kembali tinggal disini.

"Udah udah, kalian itu ribut terus. Makan nya abisin dulu bang Rendra, Reva juga ayo makan dulu," suruh Ana halus.

Reva dan Rendra mengangguk. Keduanya melanjutkan aktivitas makan malam mereka, begitupun Juan dan Ana.

Suka SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang