37

12 1 0
                                    

"Re, kita perlu bicara." kata Sean tegas. Reva mengangguk kemudian mengikuti langkah Sean.

Sean sengaja menjauh dari sekre. Ia butuh tempat untuk bicara empat mata dengan Reva.

"Re, aku minta maaf. Aku gak bilang atau cerita apapun sama kamu soal Lili. Sekarang aku akan cerita siapa Lili dan semua hal yang menyangkut tentang Lili."

"Sebenernya aku gak begitu ingin tau tentang Lili, aku agak kecewa sebagai pacar kamu karena kamu jalan sama kak Lili tanpa sepengetahuan aku. Dan akhirnya aku lihat sendiri kejadian itu kak."

Sean meraih tangan Reva. "Aku minta maaf Re,"

"Aku udah maafin kamu kak, kak Lili mungkin jauh lebih mengenal kamu. Tapi sekarang, aku ini pacar kamu. Coba kalau apa yang terjadi sama aku itu terjadi sama kamu juga. Perasaan kamu pasti akan sama kayak aku,"

"Aku minta maaf ya, sekarang kita baikan kan?" tanya Sean.

Reva mengangguk. "Iya, kak. Aku udah maafin."

"Pulang sekolah nanti, aku mau ajak kamu ke suatu tempat. Kamu mau?" tanya Sean.

Reva terdiam, ia tampaknya berpikir sejenak. Ia sangat ingin menghabiskan waktu dengan Sean, tetapi seketika ia ingat dengan Juan di rumah sakit. "Aku pengen banget sih kak, tapi aku gak bisa, aku harus ke rumah sakit."

"Apa? Rumah sakit? Kenapa?" tanya Sean kaget.

"Papah sakit kak, kemarin dia masuk rumah sakit. Sore ini aku mau langsung kesana untuk jaga papah." jawab Reva.

"Ya allah, kenapa kamu gak bilang Re? Kenapa baru cerita sekarang?"

"Aku gak terpikir buat kasih tau kamu karena apa yang terjadi sama kita kemarin-kemarin. Aku juga panik karena tau papah masuk rumah sakit, padahal pagi-pagi nya papah masih baik baik aja." jelas Reva. Seketika air mata Reva kembali menetes.

Sean tergerak untuk mengusap air mata Reva. "Aku turut prihatin ya, nanti aku akan jenguk papah kamu."

Reva hanya mengangguk.

...

Reva dan Sean kini berada di depan sebuah kamar yang bertuliskan VIP room. Reva melirik Sean yang terlihat tegang. "Kenapa kak?"

"Aku takut Re." jawab Sean cepat.

"Takut kenapa? Kan udah pernah ketemu sama papah." Reva menggenggam tangan Sean kemudian menariknya perlahan menuju kamar rawat Juan.

"Assalamualaikum pah," tutur Reva ketika masuk ke dalam ruangan itu.

"Waalaikumsalam Reva, ehh ada Sean juga." jawab Juan.

"Apa kabar om?" tanya Sean sembari menyalami tangan Juan.

"Ahamdulillah semakin baik Sean, terimakasih sudah jenguk ya." jawab Juan.

"Sama-sama om, maaf juga kalau Sean baru jenguk hari ini, soalnya Sean juga baru tau kabarnya tadi siang dari Reva." ucap Sean.

Juan menggeleng diiringi senyuman. "Gapapa Sean, om harusnya berterimakasih karena sudah dijenguk kamu, dibawain sesuatu juga, jadi ngerepotin."

"Enggak om, sama sekali gak ngerepotin kok," jawab Sean cepat.

"Ya pokoknya kamu kalau mau main kesini ya main saja lah ya, gak usah sungkan." kata Juan.

"Iya Sean, jangan sungkan. Kan udah kenal, anggap aja keluarga yah." tambah Ana.

Reva tersenyum. Ia merasa senang dengan suasana seperti sekarang ini. Walaupun sedikit aneh karena sikap Juan yang tiba-tiba ramah kepada Sean. Berbeda dengan kemarin-kemarin.

Suka SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang