32

10 4 0
                                    

"Pah, Reva pengen cerita boleh gak?" tanya Reva ditengah aktivitas makan malam.

"Tanya apa sayang ?" sahut Juan cepat.

"Kalau soal donatur acara SeniOr di sekolah Reva, papah jadi mau ikut serta?"

Juan terdiam sejenak lalu menepuk dahinya. "Aduh iya papah lupa. Maaf ya Re, papah beneran lupa, besok deh papah ke sekolah kamu ya."

Reva tersenyum bahagia. "Beneran ya pah?"

Juan mengangguk. "Iya beneran."

"Memangnya ada acara apa sih di sekolah lo itu? Gue perhatiin lo jadi sering pulang maghrib." tanya Rendra.

"Ada acara Seni sama Olahrga gitu, bang. Lo mau ikut jadi donatur juga?" tanya Reva.

Rendra mengedikkan bahunya. "Gak dulu deh. Gue sibuk. Lagian nanti kalau gue datang ke sekolah lo malah jadi serbuan para remaja alay lagi."

Reva mencubit lengan kekar Rendra. "Ih so ganteng dasar."

"Emang ganteng kali sejak lahir. Gue kan terlahir dari bibit unggul."

"Memangnya tumbuhan, bibit unggul." sambar Ana.

"Bang Rendra kan ganteng karena papah nya juga ganteng." timpal Juan sembari merapihkan rambutnya.

"Hemm papah, sebel deh. Mamah juga kan cantik, makanya nular tuh ke Reva. Cantik banget." kata Ana tak mau kalah.

"Apa gak sebaiknya kita bikin lagi adik Reva?" tanya Juan menggoda Ana.

"ENGGAK MAU," teriak Rendra dan Reva kompak.

"Lah kalian ini kenapa jadi teriak-teriak?" tanya Juan diiringi ketawa.

"Papah apaan sih malah bikin rencana gitu, kan Rendra udah mau nikah." protes Rendra.

"Iya pah, Reva juga kan udah mau lulus Sma loh." tambah Reva.

"Ya memangnya kenapa? Gak boleh kalau diumur kalian itu, kalian punya adik?" tanya Ana.

"Ya ampun bang coba deh bayangin kalau sampai itu terjadi?" ujar Reva.

"Gamau, gue gamau bayangin itu. Ngapain juga ya kan?" tegas Rendra.

"Bercanda bang Rendra." kata Ana. "Lagian mamah juga udah gabisa punya anak lagi kan."

"Udah mah jangan bicarain itu lagi ah. Kita cari topik lain aja." jawab Rendra.

Reva mengangguk. Ia sangat bahagia jika berkumpul dengan keluarganya. Ia merasa sangat bersyukur karena dilahirkan di tengah keluarga ini. Papah, mamah, dan bang Rendra yang selalu ada buatnya, Reva merasa sangat lengkap. Tak terpikir jika tidak ada mereka. Tidak akan pernah siap juga jika kehilangan mereka.

...

Selepas makan malam dan membantu merapihkan meja makan, Reva bergegas ke kamarnya untuk sekedar belajar sebentar sebelum tidur. Tapi niatnya tiba-tiba kalah dengan hp nya yang sedari tadi berbunyi. Notifikasi itu jelas dari grup kepanitiaan SeniOr.

Ia segera melihat notifikasi tersebut. Ternyata sudah seratus pesan lebih. "Banyak banget, bahas apa sih?" gumamnya.

Setelah melihat seluruh isi pesan itu, Reva tiba-tiba tertarik dengan sebuah status whatsapp dari Sean. Ia melihat ada sebuah foto perempuan. Dan tertulis juga sebuah caption "Calon dokter nih.".

"Kayak pernah lihat nih cewek. Kalau gak salah, dia ini perempuan yang waktu itu di cafe sama kak Sean, ini kak Lili." gumam Reva.

Ada perasaan kesal setelah Reva melihat status whatsapp Sean itu. "Kenapa yang begini harus di posting segala sih. Tapi, ya kenapa juga gue harus kesal sendiri. Lagian emangnya gue udah bener-bener jadian sama kak Sean?"

Suka SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang