"Emang rumah cowok lu itu sekitar sini?" tanya Rendra.
"Heem, kenapa emang?" kata Reva.
"Lo udah pernah ke rumah nya emang?"
Reva menggeleng. "Belum sih, tapi Sean pernah cerita kok, dia bilang kalau rumahnya ya daerah sini."
"Oh gitu ya. Dikirain lo pernah kesini."
"Belum dong. Ehh bang itu apoteknya bukan sih??" seru Reva ketika melintasi sebuah apotek.
Rendra spontan menginjak rem. "Oh iya bener, disini kan alamatnya?"
Reva memgangguk sembari melihat maps di ponselnya. "Iya bener."
"Lo tunggu sini bentar ya, ini kayaknya bakalan lama juga, ngantri tuh." kata Rendra.
"Yahhh kalau lama gue mau jajan dulu deh, beli cemilan di deket taman itu, kayaknya ada yang jualan makanan tuh."
"Yaudah, lo jangan jauh-jauh, hp jangan di silent, ntar kalau ada apa-apa hubungi gue okey?" pesan Rendra.
Reva membentuk hormat. "Siap bapak kapten."
Rendra bergegas menuju apotek. Dari sekian banyak apotek, memang apotek inilah yang menyediakan obat untuk Juan. Sementara itu, Reva berjalan menuju taman karena ia tertarik untuk membeli makanan disana. Aroma makanan sudah menyeruak ketika Reva sampai di taman.
"Wow, banyak yang jualan ternyata. Gue beli apa ya." gumamnya.
Setelah melihat-lihat sekitar, Reva memutuskan untuk membeli martabak keju kesukaannya. "Mas, martabak keju spesial nya satu ya,"
"Ohh siap neng, silahkan duduk dulu," sahut penjual martabak.
"Eh mas saya tinggal ke taman ya, nanti saya balik lagi kesini buat ambil martabaknya."
Penjual martabak mengangguk. "Oh siap neng,"
Reva memutuskan untuk berkeliling taman daripada duduk menunggu martabak disana. Sekalian mencari udara segar, pikirnya. Banyak pohon disana yang membuatnya ingin berjalan-jalan sebentar.
Tiba-tiba langkahnya terhenti ketika melihat sebuah motor yang ia kenal tengah terparkir di samping taman. Ia segera mencari sang pemilik motor dan ketika berhasil menemukan pemiliknya, ia sangat terkejut.
"Gak nyangka banget ya, aku bisa lihat pemandangan menyakitkan ini." lirih Reva.
Ia melihat Sean, dan perempuan yang ternyata Lili tengah berpelukan. Hati Reva sangat sakit, air matanya pun seketika tumpah. Ia tidak menyangka akan melihat hal seperti ini secara langsung. Beginikah Sean dibelakang Reva?
Sean dan Lili sama-sama terkejut langsung melepaskan pelukan.
"Re, tunggu." Sean dengan cepat mencekal tangan Reva saat Reva hendak pergi.
"Kak Sean, lepas!" kata Reva.
"Reva, aku bisa jelasin, ini cuman salah paham kok, aku bisa jelasin." Lili akhirnya ikut bicara.
"Kamu diam, aku gak punya urusan dengan kamu." ucap Reva. Lili pun terdiam.
Reva melepaskan cekalan tangan Sean secara paksa. "Yaudah, kalian selesain aja urusan kalian disini. Aku pergi. Dan kamu kak, gak usah ikutin aku, kalau kamu ikutin aku, aku bener-bener gak akan pernah mau bicara lagi sama kamu."
Sean terdiam. Saat ini ia benar-benar merasa bersalah atas apa yang telah terjadi. Ia menuruti apa kata Reva untuk tidak mengikutinya. Biar besok akan ia selesaikan masalah ini.
...
Sepanjang perjalanan, Reva menyantap martabak sembari meneteskan air mata. Rendra yang sedari tadi khawatir dan bertanya pada Reva pun sampai saat ini belum mendapatkan jawaban apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suka Senior
Teen Fiction(Follow sebelum baca) Gak salah kan kalau menyukai atau disukai sama senior? Apalagi kalau senior terkenal di salah satu organisasi atau ekstrakulikuler yang paling dibanggakan di sekolah. Apa yang akan terjadi jika dekat dengan senior populer yang...