Hari pertama, persiapan kegiatan Seni dan Olahraga di awali dengan diskusi mengenai pengumpulan dana. Osis dan Basket sepakat untuk membuat dana usaha dengan cara berjualan makanan.
"Sal, menurut lo sepakat gak kalo gue jual makanan yang dibikin anak Osis sama Basket ke cafe gue?" tanya Reva.
"Emm setuju setuju aja sih, apalagi cafe lo itu kan lumayan terkenal. Memungkinkan kan kalo makanan yang dijual disana bakalan laku" kata Salma.
Reva berpikir sejenak. "Tapi, gimana caranya usulin ke kak Sean sama kak Farhan? kan gue gamau ada orang yang tau lagi tentang gue, apalagi kalo mereka sampe tau kalo pemilik cafe itu gue"
"Oh iya, terus gimana dong?" tanya Salma.
Keduanya kembali berpikir. "Gue punya ide, Sal" seru Reva."Apaan tuh?" tanya Salma semangat.
"Gimana kalo gue bilang aja itu cafe punya sodara gue" kata Reva.
Salma mengangguk. "Setuju gue" katanya kemudian mengacung.
"Silahkan Salma, apa yang mau disampein?" tanya Sean.
Semua mata tertuju pada Salma. "Sebenernya bukan aku kak yang punya pendapat" ujar Salma. "Tapi Reva" lanjut Salma.
"Oh iya silahkan Reva, kamu bisa berdiri ke depan terus sampaikan pendapat kamu" kata Sean.
Jujur saja Reva sebenarnya malu untuk maju ke depan. Apalagi disana ada Farhan yang sedari tadi memperhatikannya sampai Reva merasa risih.
"Disini aja deh kak" tawar Reva.
"Maju aja ke depan ya ampun susah amat sih" sambar Hilda.
Reva menoleh Hilda kesal. "Ya udah aku maju" katanya.
"Nah bagus, yang lainnya kita sama sama dengerin yuk pendapat dari Reva. Silahkan, Reva" kata Sean.
Seluruhnya bertepuk tangan.
"Jadi, untuk dana usaha dengan cara jual makanan, saya punya ide. Bagaimana kalau makanan nya kita jual di cafe sodara saya aja. Kita titipkan disana, jadi kita punya banyak waktu untuk persiapin hal lain" jelas Reva.
Sean dan Farhan selaku ketua umum dan ketua pelaksana, sama-sama mencerna ide dari Reva.
Menurut Farhan pribadi, ide Reva memang cukup bagus. Ia sangat memuji Reva. "Kalau menurut saya, ide nya bagus. Kenapa kita gak coba idenya aja" ucap Farhan.
Sean mengangguk. "Ya, bisa sih. Kita coba ide dari Reva. Siapa tau ide ini bisa berjalan lancar. Betul apa yang dibilang Reva, kalau ide ini lancar, kita punya banyak waktu untuk persiapin hal lain" kata Sean menyetujui.
"Kak,?" tanya Hilda sambil mengacung.
"Silahkan" jawab Sean.
"Menurut aku pribadi nih ya, aku ga yakin kalo ide kamu ini bakalan disetujui sama sodara kamu itu, apalagi makanan yang kita buat kan ga level buat dijual ke cafe" kata Hilda sambil menoleh ke arah Reva.
Reva terdiam. "Ya jelas disetujui lah, kan cafe nya milik gue" batin Reva.
"Tentu aja yakin, aku bisa jamin kok" tegas Reva.
Hilda hanya mendelik dan kemudian duduk kembali.
Farhan menggelengkan kepalanya. "Ya sudah, mulai besok kita coba minta perizinan aja sama pemilik cafe nya. Buat sekretaris, silahkan buat surat perizinannya" suruh Farhan.
"Okee siap" seru Disa.
"Rapatnya kita jeda dulu, ini udah ashar. Kalo ada yang mau menunaikan kewajiban, boleh kok. Kita break dulu. Nanti jam 4 lebih 15 menit kita kumpul disini lagi" kata Farhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suka Senior
Teen Fiction(Follow sebelum baca) Gak salah kan kalau menyukai atau disukai sama senior? Apalagi kalau senior terkenal di salah satu organisasi atau ekstrakulikuler yang paling dibanggakan di sekolah. Apa yang akan terjadi jika dekat dengan senior populer yang...