"Rasanya gak suka aja kalo kamu deket sama cowok lain."
Niatnya, Reva ingin membaca dokumen yang menumpuk di cafe, tapi yang terjadi adalah senyum-senyum sendiri di ruangannya. Mengingat kalimat Sean tadi sore.
Rasanya hati Reva terbang melayang.Sampai-sampai, Mba Tuti yang sedari tadi berdiri di ambang pintu pun terheran-heran melihat atasannya yang sedang duduk sambil tersenyum.
Tok tok tok
"Mba Reva," panggil Mba Tuti.
Tok tok tok
"Mba Reva," panggil Mba Tuti lagi.
Tok tok tok
Reva akhirnya tersadar ketika suara ketukan pintu yang ketiga. "Eh kenapa Mba Tuti? Sini masuk!" suruh Reva.
"Ini es teh manis nya," ujar Mba Tuti sambil menaruh segelas es teh di meja Reva.
"Wah akhirnya dateng juga, aku haus banget tau mba, belum minum dari tadi sore." Reva meraih gelas itu lalu meneguknya sampai setengah.
"Waduh, kenapa bisa begitu?" tanya Mba Tuti.
Reva menyengir. "Sibuk Mba," jawab Reva.
"Sibuk senyum-senyum?" celetuk Mba Tuti. Seketika Reva terdiam.
"Hah? Kapan? Mba Tuti ngaco deh." ucap Reva gelagapan.
Mba Tuti tertawa geli melihat tingkah atasannya itu. Wajar, diumurnya yang mau menginjak 17 itu, pasti Reva sedang merasakan indahnya percintaan.
"Ya udah saya kembali ke dapur dulu, mba." pamitnya. Ia lalu keluar setelah mendapat anggukan dari Reva.
"Emang iya ya gue senyum-senyum sendiri?" gumam Reva sambil memegangi pipinya.
...
"Assalamualaikum." tutur Reva ketika memasuki rumahnya. Hal pertama yang ia lihat adalah Juan tengah sibuk dengan laptopnya.
Sementara itu Ana tidak terlihat, mungkin di dapur atau sedang di kamar. Reva segera menghampiri Juan dan mencium punggung tangannya.
"Kamu dari mana? Jam delapan baru pulang," tanya Juan.
"Dari cafe, banyak dokumen yang harus Reva tanda tangan." jawab Reva.
Juan menoleh sembari mengacungkan jempol. "Bagus, papah lebih senang kamu sering di cafe, dibandingkan di Osis. Kenapa? Karena kalau kamu sibuk Osis, cafe jadi terbengkalai." kata Juan.
Reva menghembuskan nafas pelan. "Iya pah, sebisa mungkin Reva bagi waktu kok. Demi kesenangan Reva dan demi cafe supaya papah bangga,"
"Baguslah, sekarang kamu ganti baju terus makan!" suruh Juan.
"Okey pah." ucap Reva lalu bergegas ke kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya terlebih dulu sebelum mandi.
Tring
Suara notifikasi pesan. Tadinya Reva ingin sekali mengabaikan. Tapi tidak bisa karena rasa kepo nya jauh lebih besar ketimbang rasa abai nya.
Satu pesan dari nomor tidak dikenal. "Siapa nih?" gumam Reva.
Isi pesannya hanya kata "hai"
Diurungkan niatnya untuk membalas pesan tersebut. Ia yakin itu hanyalah nomor random yang ingin jahil. Kembali ia menaruh hp nya di atas kasur. Setelah dirasa berbaringnya sudah cukup, Reva segera meraih handuk lalu bergegas ke kamar mandi.
Setelah mandi dan menunaikan kewajibannya, Reva segera menghampiri keluarganya di meja makan. Hal yang ia lihat pertama di meja makan adalah sebuah kue tart.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suka Senior
Teen Fiction(Follow sebelum baca) Gak salah kan kalau menyukai atau disukai sama senior? Apalagi kalau senior terkenal di salah satu organisasi atau ekstrakulikuler yang paling dibanggakan di sekolah. Apa yang akan terjadi jika dekat dengan senior populer yang...